Sekarang ini Ricky sudah mulai kerja disalah satu Bank swasta, dia berangkat dan pulang kerja naik motor. Rangga yang memintanya untuk menggunakan motor bila ingin berangkat kerja atau pergi kemanapun. Awalnya Ricky menolak, dengan alasan ada Rivel temanya yang satu tempat kerja bersedia antar jemput. Namun, Rangga bersikeras memaksa Ricky untuk bawa motor sendiri saja, lebih nyaman tidak perlu menunggu orang lain antar jemput. Setelah dipikir-pikir ada benarnya juga, Rivel pasti tak bisa selalu bisa antar jemput dirinya meski mereka satu tempat kerja, Pasti ada kalanya Rivel ada kepentingan lain.
Setelah tujuh tahun, Ricky meninggalkan kota kelahirannya dia begitu sangat senang bisa kembali lagi ke kota asalnya. Di kota ini dia lahir dan dibesarkan, di kota ini juga dia kehilangan kedua orang tuanya. Banyak kenangan yang tak bisa dilupakan. Ricky saat ini harus berdiri pada kakinya sendiri, menghidupi dirinya sendiri. Janu sepupunya sudah punya kehidupan sendiri, dia sudah bahagia dengan Nandes, hidup bersama orang yang dia cintai. Janu pantas mendapatkan itu setelah kesedihan dan pengorbanannya untuk keluarga serta dirinya.
Kini saatnya dia menata hidup, mengumpulkan uang agar bisa membeli tempat tinggal di kota ini dengan jeri payahnya. Serta menemukan tambatan hati yang bisa dijadikan teman hidup. Tambatan hati? Ricky tersenyum kecut bila memikirkan itu, siapa kira-kira orang itu, belum ada gadis yang menarik perhatiannya sejauh ini. Ahh ... entahlah Ricky belum bisa menemukan orang itu.
Apalagi saat ini harinya sudah cukup hangat dengan tinggal bersama Bella dan Rangga. Ricky seolah punya keluarga. Celoteh Bella dan tawa riangnya bisa mengisi rasa sepi yang kadang menderanya. Melihat Bella, mengingatkan dirinya, dia bukan satu-satunya yang tidak beruntung. Bella yang masih kecil juga tidak beruntung. Di usianya yang masih lima tahun dipaksa mengerti akan kondisi orang tuanya, dia tetap tersenyum meski dia tidak seperti anak-anak lain yang memiliki orang tua lengkap.
Sedangkan kehadiran Rangga, pria itu ada seolah menggantikan sosok Janu sebagai kakak. Didekat Rangga terasa dilindungi, diberi tempat tinggal, juga memberinya semangat. Akan tetapi Ricky tak bisa berharap lebih, sama halnya seperti Janu, suatu hari Rangga pasti juga akan punya kehidupan sendiri. Dan saat itu tiba dia harus berbesar hati menyingkir dari rumah itu.
"Ky ..." Ricky menoleh ke datangnya suara yang memanggilnya.
"Sudah siap mau pulang?" Rivel jalan ke arah meja kerja Ricky.
"Iya, kamu juga mau pulang kan?"
Rivel mengangguk. Melihat ke sekitar workspace yang mulai sepi.
"Pulang bareng ya Ky," kata Rivel menawari.
"Aku bawa motor," jawab Ricky sambil bersiap untuk pulang.
"Sekali-kali jangan kerja bawa motor dong Ky, biar aku jemput aja, kita jadi bisa pulang bareng."
Ricky tersenyum. "Dulu waktu sekolah, kita sudah sering pulang bareng hehehe."
"Itu kan, dulu. Sekarang belum pernah."
"Aku gak enak sama Saskia, dia kayaknya berharap bisa pulang bareng kamu."
"Aku dan dia teman kerja aja, Gak ada hubungan apa-apa."
"Tapi dia sepertinya naksir kamu."
"Ya biarin aja, dia berhak naksir siapa saja, tapi aku gak harus balas perasaannya kan ..."
Ricky kembali tersenyum. "Tega kamu, dia gadis yang baik dan cantik."
"Tapi gak semanis kamu."
Ricky terkekeh sambil mulai melangkah meninggalkan workspace, Rivel mengikuti jalan di belakangnya.
"Apa kamu mau langsung pulang?" Rivel menyusul langkah Ricky, mereka berjalan ke area parkir beriringan.
"Tidak," jawab Ricky. "Aku mau jemput Bella dulu di tempat penitipan anak, kasihan kalau dia harus nunggu Mas Rangga, Mas Rangga pulangnya sore banget sekitar jam lima. Sekalian mau mampir mini market"
KAMU SEDANG MEMBACA
MAMA KITTY-KU
General FictionCERITA TENTANG RANGGA SI DUDA ANAK SATU YANG DITINGGAL ISTRINYA TANPA ALASAN YANG JELAS. SAAT KESIBUKANNYA MENGURUS ANAKNYA YANG BERUMUR LIMA TAHUN, DIA KEMBALI BERTEMU DENGAN SEORANG PEMUDA YANG TUJUH TAHUN LALU PERNAH DIKENALNYA. DAN SEJAK ITU RAN...