Delapan belas

4.2K 387 20
                                    

Sejak hari itu Ricky jadi pendiam, semua hal yang biasa ia lakukan di rumah Rangga tetap ia lakukan, tetap lembut dan menyayangi Bella, tetap membantu Rangga mengurus Bella, tapi sikapnya terhadap Rangga tak lagi hangat seperti biasanya. Yang biasanya dia akan senyum malu bila digoda Rangga, kini hanya diam. Yang biasanya dia membiarkan Rangga mendekatinya, menyentuhnya, sekarang Ricky sengaja menghindar dari pria itu.

Perubahan sikap Ricky yang dingin membuat Rangga kelimpungan. Dia merasa Ricky mengabaikannya, sedangkan dia tak tahu apa salahnya. Bila diajak bicara Ricky selalu menjawab ‘gak ada apa-apa’ padahal jelas sekali Ricky mendadak berubah, tak lagi hangat seperti sebelumnya, tak lagi bersikap manis depannya, malah wajahnya terlihat muram belakangan ini. Hal itu membuat Rangga jadi kepikiran dan mengganggu pekerjaannya.

“Ga, kamu gak nyusul Pak Herman ke tempat konstruksi?”tanya Doni, saat melihat Rangga hanya bengong depan komputernya.

Pak Herman adalah kepala proyek dan Rangga saat ini sedang bekerja sama dengan Pak Herman, karena dialah arsitek yang ditunjuk atasan untuk mendesain rumah salah satu klien perusahaan tempat Rangga bekerja.

Rangga mendesah, dia tahu, ia harus ikut mengawasi jalannya pembangunan rumah itu, yang sudah dimulai seminggu lalu, tapi saat ini dia sedang malas bergerak, gak semangat. Biarlah nanti dia beralasan saja jika Bu Tresia menegurnya.

“Aku sedang malas ke luar kantor, lagi pula baru mulai dikerjakan,” ujar Rangga dengan wajah kusut.

“Kamu kenapa? Dari kemarin aku lihat seperti lagi ada masalah?” Doni mendorong kursi kerjanya mendekati Rangga. Biasa sifat keponya langsung mode on.

“Tidak ada apa-apa,” jawab Rangga malas.

“Apa ini soal cowok manis di rumahmu itu?” tebak Doni.

Rangga tak menyahut, pria itu mengusap rambutnya ke belakang, ia tampak frustasi.

“Cerita Ga, siapa tahu aku bisa membantumu, ya meskipun aku gak pernah punya pacar cowok, tapi pasti sama saja bila soal perasaan.”

“Aku gak tahu salahku apa, sejak pulang dari kolam renang dia mengabaikanku,” keluh Rangga dengan suara pelan. Agar orang di sekitar meja kerjanya tidak ada yang mendengar. Mereka tampak sibuk dengan pekerjaan masing-masing.

“Coba kamu ingat-ingat siapa tahu kamu salah bicara.”

“Entahlah, apa mungkin Ricky marah saat aku bertemu dengan teman kuliah kita si Anton. Kamu ingat dia gak?”

“Oh si Anton, iya aku ingat dia, gimana kabarnya? Dia di kota ini juga? Aku kira dia pindah ikut ke kota asal istrinya.”

“Dia di kota ini anaknya sudah dua.”

“Wah beruntung sekali dia, anak sudah dua, aku pacar saja gak punya hehehe.”

“Curhat ...?”

Doni menggeleng. “Tidak. Terus ... terus ...”

“Apanya yang terus?”

“Ya apa hubungannya si Anton dengan Ricky mengabaikanmu?”

“Waktu Anton bertanya denganku siapa Ricky aku menjawab dia adalah temanku. Tapi Don, emang salah kalau aku jawab begitu? Gak mungkin dong aku jawab dia istriku atau kekasihku.”

“Ya aku paham, gak semua orang bisa menerima hubungan seperti itu.”

“Lalu kenapa dia marah denganku, mengabaikanku?”

Doni mengedikkan bahu.  “Menurutku kalian harus bicara, coba tanyakan lagi padanya apa masalahnya.”

“Ah ..bicara denganmu sama sekali tidak mendapat solusi.” Menggunakan satu kakinya Rangga mendorong Doni kembali ke tempatnya kerja.

MAMA KITTY-KU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang