Mereka berdua turun kebawah, dan duduk di ruang tamu. Nara duduk di pangkuan Bram dan Bram yang memeluknya.
“Apa kamu bosan?” tanya Bram. Telunjuknya mengelus bibir Nara.
“Iya, ayo jalan-jalan,” ucap Nara menatap Bram.
“Baiklah,” Nara turun dari pangkuan Bram. Mereka berdua keluar dari Mansion dan jalan-jalan entah kemana. Bram menyetir mobilnya dan sepertinya Bram membawa Nara ke taman. Sampainya di taman, Nara melihat banyak sekali orang ketaman pada hari Senin. Mereka berdua duduk di kursi panjang dan menikmati keindahan taman tersebut.
“Kakak,” panggil anak tersebut dan duduk dekat Nara. Nara menoleh dan tersenyum melihat anak kecil yang tersenyum manis padanya.
“Iya, kenapa?” tanya Nara mengelus kepala anak tersebut dengan lembut.
“Boleh peluk?” tanyanya dan Nara mengangguk.
“Boleh, kok,” ucap Nara tersenyum.
Anak tersebut memeluk Nara, dan Bram yang melihatnya hanya tersenyum. Bram membayangkan jika Nara dan anaknya seperti itu. Anak tersebut melepaskan pelukannya, ia menatap dalam mata Nara. Nara menatap anak tersebut terdapat kesedihan yang mendalam. Nara mendudukkan anak tersebut di pangkuannya, dan bertanya di mana orang tuanya?
“Orang tua kamu mana?” tanya Nara menatap anak kecil tersebut.
“Kata Bibi, Papah sama Mamah udah tenang di surga,” ucapnya sedih dan menunduk. Nara sedih mendengar perkataan anak tersebut, dan Nara menangkup wajah anak tersebut.
“Jangan sedih ya, kamu mau gak ikut Kakak?” tanya Nara menatap anaknya.
Anak kecil itu hanya diam, dan menatap Nara yang menatap nya juga.
Nara tau anak tersebut masih ragu untuk ikut tinggal bersamanya.“Tenang aja, Kakak gak orang jahat,” ucap Nara tersenyum manis.
Anak tersebut mengangguk dengan ragu, dan Nara yang kesenangan langsung mencium anak tersebut. Bram yang melihatnya hanya cemberut dan menghampiri Nara.
“Ish, jangan di cium,” ucap Bram cemberut dan merebut anak tersebut dan mendudukkannya di kursi.
“Cemburu, ya?” ejek Nara tertawa. Bram hanya memasang wajah kesalnya.
Nara mencium pipi Bram, dan Bram memeluknya. Nara bertanya pada anak tersebut.“Kamu tinggal dimana?” tanya Nara.
“Aku kabur dari panti asuhan,” ucapnya menatap Nara. Nara terkejut mendengarnya karena kabur dari panti asuhan.
“Gimana kalo kita berdua adopsi aja?” tanya Nara pada Bram.
“Boleh, aku suruh Andi ngurusin hak asuhnya dan datang ke panti asuhan,” ucap Bram.
“Tapi, kitakan gak tahu pantinya di mana?” Nara menatap Bram.
“Kamu meremehkanku? Gampang saja,” ucap Bram dan Nara hanya menghela napasnya.
*****
Malam pun tiba, Nara sedang duduk di sofa bersama Austin yang duduk bersamanya dan menonton televisi. Nara mengelus rambut Austin dengan jemarinya. Bram keluar dari kamar mandi, dan menggunakan baju tidur.
Bram menghampiri mereka berdua, Bram duduk dekat Austin dan memangkunya.“Austin, mau gak sekolah?” tanya Bram menatap jungwon.
“Mau,” ucapnya tersenyum dan menampak sumpipitnya.
“Yaudah, Daddy daftarrin Austin Minggu depan,” ucap Bram dan mengelus rambut Austin. Nara yang melihatnya hanya tersenyum melihat mereka berdua. Padahal baru tadi siang mereka kenal, dan sekarang mereka akrab.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ceo Tampan Suamiku
RomanceJangan jadi pembaca gelap, follow dulu baru baca. No plagiat, hasil karya sendiri.