Bab 6

5 0 0
                                    

Pagi yang cerah, burung berkicau dan cahaya matahari yang masuk ke kamar. Nara yang masih tertidur di dekapan Bram dan Bram yang menyusu pada Nara. Nara terbangun karena suara berisik burung, Nara yang melihat Bram masih menyusu dan tidak melepaskannya.

“Bangun,” Nara mengecup bibir Bram dan Bram terbangun.

“Good morning, Honey,” Bram mengecup bibir Nara dan Nara beranjak bangun.

“Too, yaudah bangun. Aku mau mandi,”  Nara  beranjak bangun. Nara mandi dan  Bram bangun, Bram turun dari kasur dan merenggang ototnya. Austin masuk kedalam kamar, Austin memeluk kaki Bram dari belakang.

“Daddy!” Austin memeluk kaki Bram. Bram mengendongnya dan membawanya duduk di sofa.

“Austin, sudah mandi?” tanya Bram pada Austin dan mencium bau wangi.

“Udah, Dad. Bibi, mandiin Austin,” Austin tersenyum dan memegang telunjuk tangan Bram.

“Pantesan wangi, Austin tunggu sini. Daddy mau mandi dulu,” Austin  mengangguk patuh. Bram masuk ke kamar mandi dan ada Nara.

Cklek!

Pintu kamar mandi terbuka, dan Nara keluar dan memakai Daster bewarna coklat di atas lutut. Bram memakai baju santai dan menyisir rambutnya.
Austin yang melihat Nara langsung berlari kearah Nara dan memeluk kaki Nara. Nara tersenyum melihat Austin dan mengendongnya.

“Sayang, kamu kekantor?” tanya Nara. Bram mengangguk menatap Nara, Nara membuka lemari dan menyiapkan baju kerja untuk Bram. Bram memakainya dan juga jam tangannya. Selesai memakai bajunya, Nara memasangkan dasi Bram. Nara menepuk pelan jas Bram. Bram memakai parfum.

Nara juga sedang bersiap-siap, Nara memakai Dress warna unggu dan motif bunga. Nara memakai sepatunya dan menenteng tas Diornya, Nara membawa Austin keluar kamar. Mereka bertiga masuk ke lift dan turun kebawah, sampai di bawah Nara memanggil sekretaris Bram untuk di antar ke TK Nusa Bangsa. Bram mengecup kening dan bibir Nara tak lupa kening Austin.

“Aku berangkat, hati-hati,” Bram memegang pipi Nara dan mencium bibirnya lagi.

“Iya, kamu juga hati-hati. Jika kelelahan jangan di paksakan kerjanya,” Nara memeluk Bram. Bram masuk mobil dan Nara melambaikan tangannya.

Andi membuka pintu mobil dan mereka berdua masuk ke mobil, Andi menjalankan mobilnya dan Austin yang sedang menonton kartun di iPad. Nara tersenyum melihat Austin, pipi yang chubby membuat siapa saja yang melihatnya ingin mencubitnya.

              *****
Nara sedang mengerjakan tugas kuliahnya, juga mencatat materi yang di berikan Dosennya. Nara melihat Austin yang menonton kartun Pororo, Nara memasukan Laptop dan bukunya dalam tas yang satunya. Andi memberhentikan mobilnya dan memarkirkannya, mereka telah sampai di TK Nusa Bangsa. Nara membawa Austin keluar dan masuk ke TK tersebut. Nara berjalan di koridor di temani Andi, mereka bertiga menuju ruangan tempat mendaftar. Nara mengetuk pintunya.

“Masuk.”

Nara masuk ke ruangan tersebut dan membawa Austin.

“Silahkan duduk, Nona,” Nara duduk di kursi dan Austin duduk di kursi sampingnya.

“Saya ingin mendaftarkan anak saya,” ucap Nara menatap Guru tersebut.

“Baiklah, isi formulir pendaftarannya dan tanda tangan di bawah ini,” Nara mengisi formulir pendaftaran tersebut untuk mendaftarkan Austin masuk di TK. Nara selesai mengisi formulirnya dan mendatanganinya. Austin di terima di TK tersebut dan masuk hari besok.

“Terimakasih, dan Austin boleh masuk hari besok,”

“Ya, kalau begitu kami permisi.” Nara dan Austin keluar dari ruangan tersebut. Mereka bertiga masuk ke mobil dan pulang menuju Mansion.

Nara telah mendapatkan hak asuh Austin dari pihak Panti Asuhan yang di urus oleh Andi dan sepenuhnya Austin tanggung jawab mereka berdua Bram.

POV Bram.

Kini Bram sedang mengerjakan pekerjaan kantor yang menumpuk, apalagi jam 02.00 nanti ia akan meeting bersama klien dari luar negeri. Cukup melelahkan, tapi memiliki kantor sendiri adalah impian Bram dan kini perusahaannya terkaya no.1 di dunia dan se-Asia.

Bram membuka ponselnya dan tersenyum melihat foto Nara di layarnya, Bram melanjutkan pekerjaannya dan melihat layar monitor di Mansion. Ternyata baru saja sampai di Mansion.

POV Nara.

Nara masuk kekamar dan Austin yang menonton televisi di kamarnya, Nara mengambil Laptop dan iPadnya. Hari ini Nara akan masuk kuliah, Nara memasukan Laptop, iPad, dan buku kedalam tas Yslnya. Nara juga membawa tas kecil merek Celine dan Nara memasukan dompet, kacamata, earphone, dan powerbangnya. Nara sudah siap berangkat dan masuk kekamar Austin.

Cklek.

“Austin,” panggil Nara dan Austin melihatnya.

“Iya, Mom,” Austin bangun dan duduk.

“Mommy, mau kekampus. Austin Mommy tinggal dulu ya, kalo Austin butuh sesuatu. Panggil aja Bibi,” Nara mengecup kening Austin dan Austin juga mengecup pipi Nara.

“Hati-hati, Mommy,” ucap Austin.

“Bye-bye, Mommy berangkat dulu,” Nara menutup pintu kamar dan turun kebawah. Mobil sudah terparkir didepan Mansion, Nara masuk kemobil dan berangkat menuju kampus. Ponselnya berdering dan tertera nama Bram, Nara mengangkatnya dan tersambung di earphonenya.

“Halo,”

“Kamu kekampus?” tanya Bram.

“Iya, aku udah berangkat ke kampus. Kenapa?”

“Oh, baiklah. Hati-hati,”

“Iya, apa pekerjaanmu sudah selesai?” tanya Nara.

“Belum, Sayang. Aku matikan dulu, ada klienku.” Bram mematikan panggilannya dan Nara memutarkan lagu.

Nara telah sampai di kampus Universitas Bina Nusantara, ia berjalan masuk di kelasnya dan hari ini mereka ada praktek operasi. Nara mengambil jurusan Dokter, dan biaya yang tidak murah. Bahkan Nara sudah menghabiskan  ratusan juta karena mengambil jurusan tersebut.

               *****
Austin sedang merapikan tempat tidurnya dan memasukan bajunya yang kotor kedalam keranjang untuk baju kotor, Austin merapikan buku belajarnya dan menyimpan ketempat semula. Austin juga memasukan mainannya dalam laci.

“Mommy, belum pulang?” Austin melihat jam di dinding yang sudah jam 12.00 siang. Austin keluar dari kamar dan turun tangga, Austin pergi kedapur dan menghampiri Bibi.

“Bibi,” panggil Austin dan duduk di kursi.

“Iya, Nak. Ada apa?” tanya Bibi.

“Austin lapar,” Bibi tersenyum dan menghampirinya.

“Austin, mau makan apa?” tanya Bibi.

“Mau sup ayam,” ucap Austin.

“Yaudah, Austin tunggu dulu. Bibi, mau buatin supnya,” Austin mengangguk. Bibi, mengambil ayam dan sayuran dalam kulkas dan mencucinya hingga bersih. Bibi memotong ayamnya dan sayuran untuk supnya, lalu membuatkan bumbunya. Bibi, memasaknya dan Austin hanya diam duduk di kursi melihat Bibi yang sedang memasak.

   

Ceo Tampan SuamikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang