04. Sneak Out

11.3K 1.3K 11
                                    

Isak's POV

Aku sedang patroli saat menemukan dua wanita sedang mengendap-ngendap di sekitar kandang kuda. Tak kukira kalau salah satu dari mereka adalah Duchess dikeluarga yang kulayani.

Jika melihat ke belakang dia tidak mungkin melakukan hal tidak mencerminkan bangsawan seperti itu tapi seperti kata semua orang dan apa yang kulihat kalau dia memang sudah berubah.

Dulu dia memandang jijik pada ksatria biasa dan bangsawan kelas bawah sepertiku namun sekarang tidak lagi. Aku mendengar kalau dia berubah karena Duke mengancam dan memerahainya dengan keras, hal ini karena pelayan melihatnya begitu kacau di pagi hari sebelum perubahan sifat ini.

Tapi aku tidak percaya itu, pertama karena Duke selama ini selalu acuh tak acuh pada apapun yang Duchess lakukan. Lalu kalau memang dia berubah karena ancaman, aku mungkin tidak akan merasa ketulusan dari setiap tindakannya.

"Kau sungguh tak ingin mengganti pedangmu?"

"Iya, nyonya, pedang saya masih bagus."

Dan disinilah aku sekarang, membantu 'pelarian' dia dan pelayannya. Awalnya aku menolak untuk membantunya tapi daripada dia nekat keluar sendiri tanpa pengawal lebih baik aku ikut.

"Wakil ketua memang seperti itu, nyonya, dia hanya akan ganti pendang kalau betul-betul sudah tidak bisa dipakai," sahut Martin, anak ini aku ajak saat melewati gerbang tadi.

Tujuan awal kami adalah pasar tapi Duchess ingin melihat kemajuan pembuatan peralatan untuk ksatria jadi kami mampir dulu ke daerah pengrajin.

"Ah, itu memang seperti Sir Isak," balas Duchess sambil melihat ke arahku.

Entah apa kesannya padaku tapi aku harap itu kesan yang baik.

"Nyonya, bagaimana kalau kita segera ke pasar? Sebentar lagi makan siang, anda harus mengisi perut dulu sebelum jalan-jalan," kata Maria, wajah tegangnya yang tadi kini terlihat lebih rileks.

"Maria benar, nyonya, sebaiknya kita segera menuju pasar," kataku yang setuju dengan ucapan Maria.

"Baiklah, aku juga memang sudah lapar."

Duchess juga menyetujui usulan kami. Setelahnya, dengan kereta kuda yang usang, aku membawa mereka ke pasar yang jaraknya sudah tidak jauh lagi.

Seperti biasa pasar telihat ramai, kegiatan transaksi berjalan dengan tertib. Sejak Duke menginjak usia dewasa dan masalah internal bisa teratasi, Duchy ini jadi lebih stabil, warga di sini hidup tenang dan nyaman. Walaupun sikapnya dingin tapi Duke mengelola wilayahnya dengan baik.

Di kekaisaran Beilort terdapat tiga duke dan dua diantara mereka meninggal di waktu yang sama. Bukan hanya kehilangan mereka beberapa kepala keluarga termasuk kaisar saat itu harus kehilangan nyawanya akibat kemuculan bencana 15 tahun lalu.

Saat itu aku masih kecil tapi aku tahu kalau keadaan saat itu sangat kacau, banyak warga kelaparan dan kericuhan di mana-mana. Seiring berjalannya waktu akhirnya aku tahu penyebabnya, perebutan tahta yang tidak hanya terjadi di kursi kaisar tapi juga dikalangan bangsawan membuat wilayah mereka terabaikan.

Saat usiaku 10 tahun, aku bergabung dengan pasukan ksatria Duke Chasteler dan keadaannya saat itu sangat kacau. Sering sekali Duke muda yang belum siap dengan gelarnya menerima ancaman pembunuhan dari kerabatnya. Keadaan ini membuat sikapnya menjadi dingin dan tidak mudah menunjukan perasaannya.

"...jadi bagaimana menurutmu?"

Aku tersentak. Karena sibuk dengan pikiranku, aku baru sadar kalau kami tengah berjalan di pasar.

"Maaf, nyonya, tadi anda bertanya apa?"

"Aku tanya bagaimana kalau aku memanggilmu Isak dan kau jangan memanggilku nyonya."

Villain's MomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang