06. Can We...

11.2K 1.3K 81
                                    

Abella's POV

"Apa kau sudah tenang?" tanya Derrick.

Aku tengah duduk di sebuah batu, tadi Derrick membawaku kepinggir desa hingga aku berakhir di sini. Dalam keadaan biasa mungkin aku tidak akan menerima ajakan dia tapi tadi aku sangat malu karena menangis di depan banyak orang.

Aku juga tidak tahu kenapa bertingkah seperti itu tapi rasanya sangat sedih melihat sate yang kutunggu-tunggu tergeletak ditanah begitu saja.

"Ini." Padahal aku belum menjawab pertanyaannya tapi dia malah menyerahkan setusuk sate yang tadi begitu aku inginkan.

Dengan enggan aku menerima sate itu, sebenarnya aku sudah tidak menginginkan itu tapi aku tahu dia akan mengomel jika aku menolaknya.

"Dimana Maria dan yang lain?" tanyaku karena dari tadi tidak melihat mereka.

"Aku menyuruh mereka menunggu di tempat lain," jawabnya sambil menurunkan tubuhnya dan hendak memegang kakiku.

Aku yang tengah duduk sambil meluruskan kaki pun sontak menarik kakiku namun tangannya lebih cepat meraih kakiku.

"Mau apa kau?" tanyaku waspada.

"Hanya ingin memeriksa kakimu yang sakit."

"Tidak usah berlaga jadi suami yang perhatian, sekarang tidak akan ada yang melihatnya."

"Kau pikir aku peduli dengan itu?" balasnya tak acuh dan terus memeriksa kakiku yang agak bengkak.

Bukankah tadi dia perhatian padaku karena ada banyak orang?

"Ini akan sedikit sakit jadi tahanlah."

"Ap- Akh!"

Apa yang dia lakukan?! Sakit sekali~

"Nanti akan terasa lebih baik," katanya tanpa mengubah posisi tubuhnya.

"Kenapa kau melakukan itu? Bukankah lebih baik diperiksa dokter dulu?!"

"Kau memang harus diperiksa dokter juga nanti. Itu hanya penangan pertama."

"Penangan pertama apanya?" gumamku.

Bagaimana kalau justru memperburuk kakiku?! Tapi yah, harus kuakui kakiku terasa lebih baik.

"Kau tidak memakannya?" tanya dia melihat sate yang dari tadi hanya aku pegang.

"Aku sudah tidak ingin."

"Apa? Tadi kau menangis sampai seperti itu karena makanan ini tapi sekarang kau tidak mau memakan?"

"Aku tahu. Hanya saja... aku sudah tidak ingin," jawabku tanpa memenatap kearahnya.

Aku tahu dia kesal, aku tidak suka mendapat tatapan dingin dari dia.

"Kalau begitu, apa yang kau mau sekarang?"

Hah? Kenapa dia seperti ini? Bukankah dia seharusnya marah-marah? Kenapa dia bersikap sebaik ini padaku? Apa kepalanya terbentur sesuatu?

"Kenapa? Bilang saja kalau ada yang kau inginkan," katanya karena aku tak kunjung menjawab dan hanya menatap dia.

"Apa kau baik-baik saja? Kau tiba-tiba baik seperti ini bukan karena akan segera mati, kan?"

"Apa?"

"Tidak, hanya saja rasanya aneh kau tiba-tiba baik padaku."

"Aneh apanya? Bukankah kau juga melakukan hal yang sama pada yang lain?"

Ah, benar juga. Apa ini perasaan mereka saat melihat sikap Abella berubah?

"...tidak padaku."

Aku tak mendengar jelas apa yang dia katakan tapi suaranya terdengar pelan dan rendah.

Villain's MomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang