ENAM BELAS

23 1 0
                                    

Beberapa waktu, akhirnya hari dimana acara yang dirancang oleh Agatha dan Awan tiba. Organisasi komplek mereka berencana untuk mengadakan kelas belajar untuk anak jalanan. Acara ini disetujui oleh semua penghuni komplek yang artinya mereka boleh mengadakannya di dalam komplek itu seminggu sekali setiap hari sabtu. Lagi-lagi taman, tempat sejuk itu dipilih untuk menjadi kelas terbuka hijau. Semua kebutuhan sudah disiapkan. Mereka semua bekerja keras untuk itu. Awan adalah penggagas ide, Agatha adalah pengatur acara yang hebat, Reina adalah narasumber yang baik, dan Rosy menjadi ikon kebahagiaan. Mereka sibuk untuk itu, Agatha yang mencari banyak hal diantara banyak kerepotan yang dialami Awan. Mereka hanya siswa sekolah menengah atas, belum ada yang menginjak kelas dua belas meskipun Awan sudah mengunjak tujuh belas tahun.

Sedikit cerita dari mereka bertiga, hanya banyak ocehan Rosy didalamnya. Mereka jarang bertemu, dengan semua jadwal padat yang ada pada Agatha dan Awan. Reina dan Rosy hanya menjalani kehidupan sehari-hari dengan penuh ketidak seriusan. Setiap hari Rosy selalu berbicara tentang Awan. Apa pun itu, kapan pun, sampai dia bertemu di sekolah dan hanya mendapatkan senyuman ramah lalu ditinggalkan begitu saja. Pada suatu hari yang lalu itu Rosy pernah bertanya pada Reina,
"Rei, Awan kok jarang gue temuin di sekolah? dia hilang kemana?"
"Dia lagi sibuk mungkin, dia kan amat sangat produktif."
"Kangen banget, udah lama gak ngobrol sama dia, kalo ketemu mentok-mentok senyum doang
terus keliatan buru-buru."
"Ya coba tanyain aja, gue gak tau."
"Terakhir itu yang beli es krim kan? yang pulang naik mobil dia?"
"Iya."
"Dah seminggu ada? atau lebih ya? kek udah lamaaa banget." oceh Rosy.
"Gak ngitung gue, gak merhatiin juga." Jawab Reina.

Terakhir kali ketika Awan mengantar mereka pulang, setelah membeli komik dan pasar malam itu. Tapi Agatha bilang dia sibuk mengurus berkas dan beberapa ujian. Entah apa, entah untuk apa, Reina tidak tahu. Dia tidak berhubungan apa pun lagi dengan Awan. Tidak ada update apa pun yang Awan buat di media sosial, tidak ada percakapan aku-kamu yang menggelitik. Awan bahkan sering dispen kelas. Agatha tidak tahu, mungkin dia akan mengikuti suatu perlombaan. Awan sangat sibuk, jarang berinteraksi dengan teman kelasnya. Dia bahkan di perbolehkan untuk belajar di rumah. Agatha pernah menanyakan hal tersebut kepada Awan, namun dia hanya bilang akan mengikuti ujian dan mewakili sekolah. Ujian apa?

***

Hari itu tiba, di pagi hari yang cerah, grup chat organisasi yang Agatha buat itu mendapatkan notifikasinya. Pesan dari nomor baru, tanpa nama apa pun di ponsel Rosy.

Halo selamat pagi semuanya. Sehubungan dengan rencana acara kita pada besok hari, di mohon semua anggota hadir pada pukul 07.00 berlokasi di taman komplek dengan memakai dress code berwarna biru. Tidak lupa mengingatkan untuk semua persiapan yang sudah selesai ataupun yang masih dalam proses agar di cek kembali hari ini. Tetap semangat. Terimakasih.
Salam hormat, Awan Revaldi.

"Oh ini nomor Awan ya? Ketua kok baru muncul? aneh." ucap Rosy pada dirinya. Rosy menyimpan nomor itu, dia tidak peduli disimpan balik atau tidak. Dia hanya merasa senang ketika menyangkut semua hal tentang Awan.
"Lo kemana aja si? kenapa menghilang? gue juga gak tahu lo udah ganti nomor, tapi gapapa, sekarang lo udah muncul seenggaknya ngasih tanda bahwa lo baik-baik aja." Ucap Rosy.
Rosy mengatur semua hal yang menyenangkan dalam acara itu, Agatha yang memberikan tugas pada setiap orang dengan sama rata. Rosy bertugas untuk menyiapkan makanan, hadiah, bahkan games yang nanti akan dilakukan di sana dan nantinya Rosy harus membuat jadwal jangka panjang jika rencana itu berhasil. Tapi sudah selesai, Agatha memilih grup dengan orang-orang yang cocok dengan Rosy, jadi mudah untuk melakukannya, dan dia harus cek ulang lagi sekarang agar persiapannya lebih matang.

Reina tersenyum membaca pesan dari Awan. Laki-laki yang rajin dan penuh semangat, pikirnya.  Reina bertugas untuk mengumpulkan anak-anak jalanan, dia kebetulan memiliki koneksi dengan orang yang sering mengadakan hal serupa. Ternyata tidak mudah untuk membujuk anak-anak, apalagi Reina adalah orang asing bagi mereka. Mereka mungkin lebih memilih untuk bekerja karena mereka dituntut untuk itu. Mereka mungkin takut tidak bisa makan dan tidak bisa menyambung hidup jika meninggalkan pekerjaan. Namun semuanya sudah teratasi, Reina sudah mengonfirmasikan bahwa anak-anak itu akan hadir dan pada setiap hari jumatnya dia akan menemui mereka sepulang sekolah untuk mengingatkan apa-apa yang menyangkut hal itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 16 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AWANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang