EMPAT

63 4 0
                                    

  Sama seperti yang lainnya, Reina dan Rosy sedang berbaris. Pagi ini sinar matahari terik sekali, meskipun sinarnya bermanfaat untuk kesehatan tetapi tetap saja membuat kepala Reina pusing. Rosy terlihat khawatir ketika menyadari keadaan Reina, sedangkan upacara masih belum selesai. "Lo gak papa Rei?" Reina menjawab pertanyaan Rosy dengan anggukan yang meyakinkan bahwa dia baik-baik saja.
"Tapi muka lo pucet banget, gue anter ke belakang ya biar lo dibawa ke UKS aja." Tetapi Reina menolak dan bersikeras bahwa dia bisa menahannya sampai upacara selesai. Rosy hanya bisa menyetujui Reina meskipun ia tetap khawatir dan berjaga-jaga.

Saat di tengah berlangsungnya upacara bendera, Reina ternyata tidak sanggup menahan dirinya dan jatuh pingsan. Rosy yang berdiri tepat di sebelah kiri Reina tidak mampu menahan tubuh Reina, Rosy sedikit terbawa jatuh dan memanggil petugas UKS. Akhirnya Reina dibawa ke UKS sedangkan Rosy tetap di lapangan sampai upacara selesai. Rosy sebenarnya ingin sekali menemani Reina tapi guru melarang dan menyuruhnya kembali masuk barisan karena sudah ada petugas yang menangani Reina.

Setelah beberapa waktu Reina tersadar dan merasa berada di ruangan yang asing. Ia tidak bisa mengingat apakah dia pernah berada di sana sebelumnya atau tidak. Lalu, tiba-tiba seseorang bicara dan suaranya berhasil mengagetkan Reina yang baru sadar dari pingsannya.
"Akhirnya kamu sadar juga." kata seseorang yang sedang berdiri di dekat pintu itu. Bahunya ia sandarkan di pintu yang terbuka dengan pakaian lengkap petugas kesehatan UKS.
"Gue dibawa kemana?" tanya Reina kepada seseorang itu tanpa melihat wajahnya, ia sibuk memperhatikan ruangan itu yang terlihat seperti ruangan kelas.
"Kamu dibawa ke kelas ku, UKS penuh. Jadi kamu dibawa kesini soalnya kelas ini sebelah UKS dan dijadikan ruangan darurat untuk upacara hari ini." jawab seseorang itu. Reina hanya menjawab seadanya tanpa bertanya apapun lalu menutup matanya kembali. Reina masih merasakan sedikit pusing.

Sekolah mereka cukup ternama di daerah tempat mereka tinggal tetapi tidak termasuk sekolah mewah dengan fasilitas sangat lengkap. Oleh karena itu ruangan UKS disana hanya terdapat dua tempat pemeriksaan yang katanya akan segera di renovasi menjadi lebih besar. Reina dengan dua orang lain di sisi kanannya berbaring dalam tandu darurat yang disediakan apabila UKS penuh.

"Eh? "Ucap Reina menoleh, saat menyadari seseorang menyentuh sikutnya. "Maaf ya, aku mau ngobatin sikut kamu, mungkin tadi luka karena jatuh pingsan.” ucap orang itu. Namun Reina belum mengetahui siapa lelaki yang sedang berbicara dengannya karena dia memakai masker medis. Saat orang itu mengangkat wajahnya, Reina tertegun. Jantung Reina berdegup kencang dan telapak tangannya dingin. Orang itu adalah Awan, Reina yakin karena dia tahu siapa pemilik sorot mata itu.

Reina tidak berkutik, matanya nyaris tidak berkedip dan mulutnya menganga. Hal yang sangat memalukan untuk diingat kemudian hari. Namun Reina adalah Reina, ia belum menyadari hal bodoh yang dia lakukan saat ini. Awan mengibaskan tangannya di depan wajah Reina.
"Halo, kamu gapapa kan?" Reina tersadar mendengar ucapan Awan, dia merasa malu dengan kejadian tersebut.
"Kamu gapapa kan? Aku salah ngomong ya?" tanyanya.
"Eh enggak, gapapa." jawab Reina terbata-bata menutupi rasa malu setengah mati.

"Gue baru tahu ternyata Awan adalah petugas UKS, dan hari ini dia ngobatin gue? Mimpi apa gue semalem? " ucap Reina dalam hati. Reina merasa dia sedang bermimpi disiang bolong atau mungkin seperti sedang memenangkan undian yang sama sekali tidak ia bayangkan. Reina hanya diam, ia terlalu canggung dengan Awan. Reina tidak tahu banyak tentangnya, tidak tahu harus membahas apa dan tidak tahu harus bagaimana. Namun tanpa Reina duga, Awan membuka maskernya dan membuka pembicaraan.
"Aku pernah lihat kamu kayaknya, kalo gak salah waktu di acara organisasi di komplek rumah, kamu ada di sana kan?" tanyanya. Reina mengangguk sebagai jawaban.  "Loh berarti kita satu komplek? Kok aku gak pernah liat kamu?" Tanyanya lagi.
Kali ini Reina berbicara “Aku pernah liat kamu kok, aku juga tau kamu. Tapi aku jarang keluar rumah aja jadi mungkin kamu gak pernah liat."
"Oh gitu ya, kalo gitu kenalin, aku Awan Revaldi." Lelaki itu mengulurkan tangannya, ia berharap Reina membalas uluran tangan itu dan mengucapkan namanya.
Hati Reina tidak bisa diam, ia berbicara banyak hal. Reina tidak pernah membayangkan kejadian ini akan terjadi dalam hidupnya pada hari ini. Reina membalas uluran tangan Awan "Reina Anatasha." Kini mereka berjabatan tangan untuk beberapa detik.
"Oke Reina, kalo gitu aku pergi dulu ya, aku harus bantu yang lain juga." ucapnya lalu pergi meninggalkan Reina yang masih berada pada waktu dimana mereka berjabat tangan. Kejadian itu akan menjadi memori inti, beberapa detik itu akan melekat dalam ingatan. Memori inti yang membuat Reina terbang tinggi itu semoga tidak menyakiti dirinya sendiri.

Rosy dengan nafas yang nyaris tersenggal datang menemui Reina setelah mengetahui keberadaan Reina. Rosy sebelumnya mencari ke ruang UKS namun ia tidak menemukannya. "Rei gapapa kan?" ucapnya khawatir sembari memeriksa seluruh badan Reina.
"Udah cukup, lo ngapain si gue geli, ini udah gapapa kok" jawab Reina.
"Gue khawatir sama lo, dasar bego."
"Iya gue tau, santai-santai." ucap Reina.
Kemudian Rosy mengajak Reina untuk memasuki kelas mereka, karena kelas yang di tempati mereka saat ini mulai ramai.

Pada jam pelajaran, kini Reina yang susah untuk konsentrasi. Ia terus terbayang kejadian tadi dan Rosy menyadari itu bertanya pada Reina dengan suara pelan atau berbisik. "Rei, lo kenapa?" tanyanya.
"Engga, gue gapapa."
"Beneran? Gue rasa lo bohong." ucap Rosy lagi.
Sebelum Reina menjawab pertanyaan Rosy, mereka tertangkap basah sedang mengobrol oleh Bu Dewi, guru yang sedang mengajar mereka saat ini. "Hei kalian sedang apa? Kalau kalian gak mau belajar, keluar." ucap Bu Dewi dengan nada mengancam.
"Maaf bu, kami tidak akan mengulanginya lagi." ucap Rosy.
"Nanti istirahat gue ceritain." bisik Reina setelah bu Dewi kembali mengajar.

***

"Jadi kenapa?" tanya Rosy ketika mereka tengah memakan makanan yang mereka pesan. "Apanya?" tanya Reina tak berdosa, seolah ia lupa pernah berjanji.
"Yang tadi Reina, lo pikun ya?"
"Oh iya maaf," jawab Reina.
"Jadi kan tadi tuh gue pingsan dan sikut gue luka, terus yang..."
Belun selesai Reina bicara, Rosy memotong dan berkata "Iya gue tahu, gue bisa liat sikut lo pake plester, terus yang bikin lo gak konsen itu apa?"
"Sabar dong, ini gue mau cerita. Jangan motong makanya, mau dilanjutin gak nih?" Jawab Reina. Rosy mengangguk sambil memakan baksonya.
"Yang ngobatin luka gue dan yang nungguin gue waktu pingsan tadi itu Awan, ya maksudnya yang nunggu di ruangan tempat gue tadi, soalnya itu kelas dia." ucap Reina jujur. Semetara Rosy yang sedang makan baksonya itu langsung tersedak dan hampir mengeluarkan bakso dari dalam mulutnya itu.
"Eh minum nih," ucap Reina.
"Beneran lo? "Tanya Rosy.
"Iya bneran, dan parahnya lagi dia ngajak gue kenalan. Nanti gue kenalin sama lo,"
"Hah seriusan? Awas aja lo kalo bohong," ucap Rosy.
"Iya, tapi itu kalo gue gak lupa ya, btw kenapa lo gak marah? Lo gak cemburu gitu?"
"Engga, gue gak cemburu. Pas gue cemburu waktu itu, gue juga gak tahu kenapa gue bisa cemburu dan gue bisa gak cemburu sama lo saat ini, gue juga gak tahu kenapa. Aneh banget, tapi menurut gue karena lo saudara gue, lo ga mungkin rebut dia dari gue. Tapi kalo lo sama dia juga gapapa, jodoh gaada yang tahu, tapi kalo mau lebih sempurna sih gue yang sama dia." ucapnya panjang lebar dan terakhir dibarengi tawa Reina.
"Kenapa lo ketawa? Emang bener kan gue yang lebih cocok sama Awan? mirip Romeo and Juliet." ucapnya percaya diri.
"Iya deh gue percaya." timbal Reina sembari tertawa.
"Tapi makasih ya, lo udah jadi saudara terbaik buat gue, meskipun kadang lo bego. Bukan kadang sih, emang lo bego." lanjutnya. Rosy yang mendengar itu langsung menoyor kepala Reina hingga mengaduh kesakitan.

***

"Mengenal lo gue bahagia, tapi hidup sama lo bisa bikin gue lebih bahagia."
-Rosy Anatusha-

AWANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang