DUA

72 9 2
                                    

Sepanjang perjalanan pulang, Reina dan Rosy tidak pernah diam. Mereka menertawakan apapun, tentang segala hal yang mereka bayangkan. Karena rumah mereka dekat dengan sekolah, mereka selalu memilih untuk berjalan kaki. Kali ini mereka pulang berdua, tanpa Agatha karena ia sudah pulang duluan. "Rei?" ucap Rosy, seperti biasa Reina hanya menjawab dengan menengok saja.
"Kenapa lo biasa aja sama Awan? Sedangkan gue yang murid baru aja langsung terpukau sama dia? Apa jangan-jangan lo gak suka cowok ya?" Rosy berbicara asal yang membuat Reina marah. "Apa lo bilang? Emangnya kalo gue suka sama cowok harus gue pajang pengumuman di mading sekolah? Ngawur banget lo kalo ngomong!"
"Galak banget sih, gue kan becanda." Rosy mencoba becanda lagi dengan mencolek dagu Reina. "Apaan sih ga lucu," ucap Reina sambil menyingkirkan tangan Rosy dari dagunya.

Sebenarnya Reina juga menaruh hati, sejak saat pertama kali ia melihat Awan di sekolah. Tapi Reina hanya memilih diam diantara banyaknya suara yang berbaris menunggu laki-laki itu, bahkan mungkin ia tidak menyadari bahwa perasaan itu ada dalam hatinya. Sekarang, Reina akan semakin diam mengetahui bahwa Rosy menaruh rasa pada Awan. Reina takut Rosy dan seseorang lain akan terluka.

"Aku pulang!" Reina memasuki rumah dan menghampiri mamanya. "Kenapa kamu baru pulang?" tanya mama. "Oh tadi aku sama Rosy mampir ke toko buku yang ada di depan komplek itu ma." jawab Reina. "Oh gitu, sekarang kamu ganti baju terus jangan lupa makan ya. Mama udah masak makanan kesukaan kamu." jawab mama Reina lembut.
"Iya ma, aku masuk kamar dulu ya." sahut Reina sambil berjalan pergi memasuki kamarnya.

***


"Rumah dia yang mana Rei?" tanya Rosy. "Itu yang ada di sebrang toko buku." jawab Reina. "Kalo gitu anterin gue kesana yuk!" Ajak Rosy sambil menarik tangan Reina.
"Kemana? ke rumah dia? yang bener aja lo? gue gak mau!" tolak Reina mentah-mentah.
"Hih bukan, temenin gue ke toko buku itu." jawab Rosy.
"Oh kirain, emangnya lo mau beli buku apa? Buku yang ada di rumah aja engga lo baca, malah lo jadiin bungkus gorengan." ucap Reina sarkas bermaksud menyindir Rosy.
"Udah diem, nurut aja napa? protes mulu." jawab Rosy. Reina hanya menuruti kemauan saudaranya itu. Lalu ketika di dalam toko, Rosy hanya memandangi rumah besar itu dari kaca yang berada tepat menghadap gerbangnya.
"Lo lagi ngapain? Jadi gak beli bukunya?" tanya Reina.
"Sttt diem. Lo aja yang beli bukunya ya. Duit gue udah abis, gue cuma mau liat rumahnya doang kesini." jawab Rosy sambil cengengesan.
"Kalo tau gini, gue gak mau nurutin lo tadi." ucap Reina kesal.

Tak lama setelah percakapan itu, ketika Reina sedang asyik memilih buku, Rosy datang dan menarik Reina ke depan kaca besar tempat ia memandang tadi, "Ih lo kenapa sih? gue lagi pilih bukunya," ucap Reina. "Lihat Rei, itu Awan kan? Dia baru pulang sekolah. Dia kok bisa ganteng banget ya? Pengen jadi milik dia deh gue." kata Rosy sambil mengelus jari tangan Reina. Melihatnya membuat Reina geli dan langsung melepaskan tangannya.
"Heh sadar! Ini dunia nyata bukan alam hayalan lo. Lagian kalo mimpi itu yang masuk akal dikit gak bisa ya?" ucap Reina.
"Sirik aja lo. Ayolah kita pulang. Let's go!" ucap Rosy seraya melangkah keluar toko buku dan menarik tangan Reina.
"Tapi gue belum beli bukunya." jawab Reina.
"Udah biarin aja. Kapan-kapan kan bisa."

***

Setelah ia mematuhi apa yang mamanya perintahkan yaitu mengganti baju dan makan, Reina langsung naik lagi ke kamar dan memainkan ponsel miliknya. Ketika ia sedang asyik menonton Youtube, seseorang membuka pintu kamarnya tanpa mengetuk terlebih dahulu. Sontak hal itu membuat Reina kaget dan orang yang memasuki kamarnya itu adalah saudara dan sahabatnya yaitu Rosy dan Agatha.
"Kalian kebiasaan banget kalo masuk kamar orang gak ngetuk pintu dulu." omel Reina.
Tapi kedua manusia itu tidak mendengarkannya dan ikut tiduran di kasur yang sedang Reina duduki. Suara pukulan seketika terdengar, Reina memukul kedua orang itu dengan guling yang ada di kasurnya. Hal tersebut membuat mereka terdiam dan saling menatap, kemudian mereka berdua melirik sinis ke arah Reina. Lenggang beberapa saat, lalu keduanya kompak membawa bantal yang sedang dipakai mereka untuk memukul Reina dengan senangnya.

Di ruangan bawah, Yulia, mama Reina mendengar kegaduhan di kamar putrinya itu dan memutuskan untuk mencari tahu. "Hey ada apa ini?" mendengar seseorang bicara, ketiganya langsung diam dan hanya bisa menyengir kuda.
"Eh tante, gak ada apa-apa kok. Kita lagi main perang bantal aja tan." jawab Agatha jujur. Reina menyikut tangan Agatha setelah dia mengucapkan hal itu.
"Nanti kita beresin lagi kok ma, tenang aja." Reina menjawab.
"Yaudah kalo gitu mama kebawah lagi ya." ucap Yulia lalu meninggalkan kamar Reina.

Selagi mereka membereskan kamar Reina yang sekarang mirip kapal pecah, Reina memulai percakapannya.
"Kalian ngapain kesini?"
"Emangnya gak boleh?" timbal Agatha dengan senangnya.
"Ya boleh sih. Tapi kan biasanya kalian ngasih tau dulu gue." jawab Reina.
"Kita kesini itu mau ngomongin Awan." ucap Rosy. Reina terkejut mendengar ucapan itu.
"Hah? Gak salah?" tanya Reina.
"Gak salah kok. Rosy ngotot banget ngajak gue ke sini." kata Agatha.
"Oh yaudah kalian aja, gue mau nonton."
"Jangan dong, kita kesini kan buat ngobrol bertiga. Kalo berdua mending di rumah gue aja." jawab Agatha. "Iya tuh, gimana sih." sambung Rosy.
"Emangnya gomongin apa?" jawab Reina.
"Aku itu mau tahu banyak soal Awan, terus karena Agatha satu kelas sama Awan, jadi aku ajakin dia, sekalian ajakin lo. Kali aja lo mau tahu juga." ucap Rosy memperjelas.
"Eh Awan itu anak tunggal ya?" sambung Rosy bertanya.
"Engga, dia itu anak bungsu sama kaya Reina tapi bedanya dia punya kakak cewek sama cowok sedangkan Rei cewek semua." jelas Agatha.
"Ih kok gue?" tanya Reina.
"Ini kan cuma perumpamaan nya aja gitu." jawab Agatha.
"Terserah deh." Mereka asyik mengobrol tentang Awan. Rosy terlihat paling antusias, tapi Reina hanya sering menjadi pendengar tanpa ikut berkomentar dan bertanya banyak hal.

***

AWANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang