❥ dreiundzwanzig

1.5K 156 92
                                    

"jadi beberapa hari lalu itu lo pulang kampung makanya ga masuk kuliah?"

changbin bertanya dengan wajah serius setelah mendengar cerita-cerita dari minho. saat ini keduanya tengah berada di gazebo dan menghabiskan waktu hampir dua jam disana.

"iya." jawab minho singkat seraya mengangguk.

"tapi lo udah keseringan izin, min. emang lo ga takut apa nilai lo anjlok? kehadiran termasuk penting loh buat nilai semester."

changbin menyandarkan tubuhnya di pinggiran gazebo, membawa kedua tangannya menyilang di atas dada sambil memperhatikan sahabatnya yang ada di depan.

dia geleng-geleng kepala mengingat betapa jarangnya minho masuk ke kampus akhir-akhir ini. dulu minho anak yang rajin, selalu masuk kelas dan ga pernah izin kecuali kalau memang ada halangan. tapi sekarang—di semester ini lebih tepatnya setiap minggu ada saja presensi minho yang kosong.

kadang-kadang cowok satu itu minta tolong ke changbin buat titip absen. alasannya sakit, dan itu membuat changbin sempat berpikir kalau minho penyakitan.

tapi setelah hampir satu semester changbin manut dan selalu percaya apa yang minho katakan, ternyata selama ini sahabatnya itu bohongin dia.

minho sakit bukan karena penyakitan, tapi karena di wikwik pak chris.

"iya, bin, gue tau."

"tapi gapapa juga sih, lagian kan lo punya orang dalam." ujar changbin membuat minho berdecak.

"terserah lo aja deh mau ngomong apa." minho menghela nafasnya lalu ikutan bersandar dipinggiran gazebo.

kaki mereka berdua sama-sama selonjoran, sesekali minho sama changbin main-mainin kaki mereka sambil menendang satu sama lain.

"btw, gue penasaran itu si pak chris kenapa ikut lo pulang kampung dah? mau ngincer kembang desa?"

kedua bahu minho mendelik, "entah, beliau maksa pengen ikut bilangnya mau jalan-jalan liat kampung halaman gue. ya karena gue takut nolak apalagi beliau dosen, jadi gue bolehin aja dan sampe disana lumayan sih pak chris bisa dijadiin babu bapak gue berkebun."

changbin mengernyit, coba membayangkan bagaimana pak chris bercocok tanam di kebun. pasti jago soalnya beliau sering 'bercocok tanam' diranjang bareng minho.

"subur kagak?"

"apanya?"

"benihnya."

"benih apa?" minho mengerutkan keningnya bingung.

"benihnya pak chris." sahut changbin santai.

mata minho terbelalak, "ANJING LO! KALO NGOMONG TUH COBA DIPIKIR DULU!!!"

kaki changbin makin di tendang-tendang brutal. changbin berusaha menghentikan aksi minho yang sedang dalam mode reog agar kalem lagi seperti semula.

"ampun, min, ampun.."

akhirnya amukan minho berhasil dihentikan. changbin menghembuskan nafasnya kasar.

"kok bisa ya pak chris suka cowok modelan minho?" cicit changbin pelan.

"apa lo bilang?"

"ngga, ngga papa kok gue ngomong sendiri tadi." changbin buru-buru menggeleng.

lantas minho berdecak sembari membuang muka ke samping. tiba-tiba eskpresi wajah minho mendadak berubah sendu. ia berkali-kali menarik nafas lalu memejamkan matanya, changbin menyadari hal itu dan segera menegakkan tubuhnya untuk menyentuh pundak minho.

sepertinya ada yang salah dari minho, dia tengah memikirkan apa?

"lo kenapa jadi merenung gini? mikirin apa? pak chris? lo ada masalah sama dia?"

Surreptitious - [Banginho]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang