[Name] PoV
.
.
.
"Hei, kita adalah teman kan? Lalu kenapa kau melakukan ini padaku?""[Name], kemarilah... Anakku yang manis."
"Dengarkan Kakak, Kakak yakin, suatu hari nanti [Name] akan memiliki ikatan yang kuat dengan seseorang atau bahkan lebih. Dan jika saat itu tiba, [Name] pasti akan merasa bersyukur karena telah terlahir ke dunia ini."
Aku menutupi kedua telingaku dengan earphone dan menaikkan volume lagunya agar suara yang berputar-putar di kepalaku bisa berhenti.
Ah... Sial. Kenapa di kepalaku ada banyak kata yang bermunculan sih? Menyebalkan.
Padahal aku sudah menyumbat telingaku dengan earphone dan memasang musik dengan volume maksimal, tapi kenapa perkataan Kakak masih terdengar olehku?
'Ikatan yang kuat', ya...? Apa benar ikatan itu memang ada? Bisakah aku memilikinya suatu hari nanti? Aku juga ingin terhubung dengan seseorang...
--tunggu, apa yang ku pikirkan? Sudah jelas perkataan Kakak hanya sebuah kata-kata manis biasa. Kakak pasti mengatakan hal semacam itu hanya untuk menghiburku kan? Jadi untuk apa aku mempercayainya?
Sadarlah, [Name]! Orang sepertimu tidak mungkin bisa terhubung dengan seseorang! Sekalipun yang namanya 'ikatan' memang ada, orang sepertimu tidak akan mungkin bisa memilikinya! Lagipula kau juga tidak pantas untuk itu!
Aku menepuk kedua pipiku dengan kencang untuk membuatku kembali ke realita.
Samar-samar aku dapat mendengar suara teriakan yang memanggil namaku dari kejauhan. Jadi aku melepas earphone ku dan berbalik ke belakang.
Dapat terlihat seorang gadis berkerudung putih dan berjaket merah dengan bros berbentuk tengkorak yang terpasang di kerudung putihnya.
"[Nameeee]! Yahoooo!" serunya yang berlari kearahku dengan melambaikan tangannya.
Aku hanya terdiam tanpa merespon.
Saat dia sudah berada di dekatku, ia lalu merangkulku, "Hari ini juga kau berangkat pagi ya."
"Begitulah." jawabku sekenanya.
"Kamu masih ingat namaku kan?" tanyanya.
Aku mengangguk kecil, "Amu, kan?"
"Benar! Seratus untukmu!" ucapnya yang menunjukkan jempolnya padaku.
Amu lalu beralih menggandeng tanganku, "Sudah memutuskan mau gabung klub apa?"
"Klub musik." jawabku singkat.
"Hee, ternyata kamu bisa main alat musik ya..." tanggap Amu.
"Hanya piano." kataku lagi-lagi dengan singkat.
"Tapi menurutku itu sudah termasuk hebat loh..." ucap Amu.
"Terima kasih."
Tiba-tiba saja aku menghentikan langkah hingga membuat Amu ikut menghentikan langkahnya dan beralih menatapku, "Ada apa [Name]?"
"Bisa lepaskan tanganku?" tanyaku dengan nada datar.
"Tidak bisa. Nanti kau malah tiba-tiba menghilang." jawabnya tanpa ragu.
Aku menatap Amu dengan tatapan datar, "Memangnya aku anak kecil yang akan menghilang jika tidak diawasi?"
"Bukan sih... Tapi kebiasaanmu kan begitu! Tiba-tiba menghilang kalau lepas dari pengawasan." bela Amu.
Yah, ku akui, yang dikatakannya memang benar. Jadi aku tidak bisa menyangkalnya.
Selama perjalanan menuju kelas, Amu bercerita tentang banyak hal padaku. Dan aku hanya menyimak sambil sekali-kali memberikan tanggapan singkat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Bond (WEE!!! x Reader)
FanfictionKejadian buruk yang terjadi di masa kecil membuatnya tak lagi mempercayai adanya ikatan. Penindasan, juga kekerasan yang dilakukan oleh keluarganya sendiri membuatnya tumbuh menjadi gadis tertutup dan lebih memilih untuk menghindari adanya ikatan de...