[Name] PoV
.
.
.
Hari demi hari terus berlalu, begitu pula dengan bulan yang telah berganti. Akhirnya, festival sekolah tiba dan inilah saatnya untuk menampilkan hasil latihan kami selama kurang lebih empat bulan.Saat memasuki gerbang sekolah, terlihat halaman depan yang telah dipasangkan panggung serta diberi beberapa hiasan sedemikian rupa.
Aku menghela nafas lega saat melihat suasana sekolah yang masih sepi menandakan bahwa acaranya belum dimulai. Itu artinya, tidak sia-sia aku bangun lebih pagi dan bergegas menuju ke sekolah secepat mungkin yang ku bisa.
Dengan begini, kurasa aku bisa lanjut memoles latihanku sedikit lebih lama lagi.
Aku bergegas masuk dalam kelas dan membuka pintu kelas. Dan untungnya saja, kebetulan aku yang membawa kunci kelasnya. Begitu pintu kelas terbuka, keadaan kelas masih sepi dan tertata rapih.
Aku melirik jam dinding yang terpasang di dinding depan kelas atas papan tulis. Waktu masih menunjukkan pukul 05:15. Masih ada waktu yang tersisa sebelum festival yang akan dimulai pukul 07:00.
Diluar dugaan, pemeran "Thia" tidak bisa tampil entah karena apa. Saat meminta izin untuk tidak tampil dia hanya bilang ada urusan yang tidak bisa ditinggalkannya tepat pada hari festival dimulai, yaitu pada hari ini.
Karena tidak ada yang mau mengambil peran "Thia", dengan setengah terpaksa aku yang mengambil peran itu. Untung saja, dia izin kurang lebih dua minggu sebelumnya. Jadi aku masih bisa berusaha menghafal dialog dan berusaha untuk mendalami karakternya.
Aku pun mulai latihan sendiri di ruang kelas yang masih sepi ini. Dengan susah payah, aku berusaha menerapkan rentetan kalimat serta adegan-adegan itu dalam kepalaku.
Samar-samar dapat ku dengar suara kebisingan dari luar kelas. Dan saat aku mencoba melihat dari jendela kelas, murid-murid sudah mulai berdatangan.
Ah, ternyata sudah jam 06:35. Sepertinya aku terlalu asyik berlatih sendiri tanpa memperhatikan jam.
'Ceklek'
Pintu kelas yang tadinya tertutup kini terbuka, memperlihatkan sosok pemuda berambut biru yang menjadi gitaris sekaligus vokalis yaitu Kiki.
"[Name], masih sibuk latihan?" tanya Kiki.
"Udah enggak sih, kenapa emang?" jawab sekaligus tanyaku balik.
"Kita latihan lagi yuk, aku masih deg-degan soalnya." ajaknya.
"Oke. Aku juga mau latihan keyboard lagi sih..." kataku.
Dengan begitu kami pun berjalan menuju ruang klub musik bersama.
Beberapa kali latihan dan kami sama-sama saling menunjukkan kesalahan satu sama lain. Mulai dari Kiki yang tiba-tiba lupa lirik, aku yang salah memainkan nada, pemain drum yang salah ketukan, hingga pemain gitar satunya lagi yang tidak sengaja memutuskan senar gitarnya.
Apa mungkin ini efek dari gugup? Sepertinya begitu.
Setelah istirahat beberapa saat, latihan pun kembali dimulai dan untungnya kami berhasil mengatasi rasa gugup itu.
Kini festival sudah dimulai. Salah satu murid yang bertugas sebagai pembawa acara mulai menyapa penonton yang hadir dari atas panggung.
"Terima kasih atas kehadiran ibu dan bapak sekalian dalam acara festival sekolah kami yang pertama ini!"
Suara sorakan serta gema tepuk tangan terdengar menyahut si pembawa acara itu.
"Ini memang festival kami yang pertama... Tapi, tentu saja kami akan berusaha memeriahkan festival ini sebaik mungkin! Karena itu, kami harap bapak dan ibu sekalian bersedia untuk tetap berada disini sampai acara selesai."
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Bond (WEE!!! x Reader)
FanfictionKejadian buruk yang terjadi di masa kecil membuatnya tak lagi mempercayai adanya ikatan. Penindasan, juga kekerasan yang dilakukan oleh keluarganya sendiri membuatnya tumbuh menjadi gadis tertutup dan lebih memilih untuk menghindari adanya ikatan de...