-: ✧ :-゜08 ・.

1.8K 295 0
                                    

Amu PoV
.
.
.
Awalnya aku tidak mengerti apa-apa tentang [Name], termasuk jalan pikirannya. Aku memang mengerti, setiap orang memiliki jalan pikiran yang berbeda-beda. Tapi tetap saja aku tidak mengerti kenapa [Name] lebih memilih untuk sendiri--maksudku, bukankah rasanya akan menyenangkan jika ada banyak orang disekitar kita? Lagipula, kita juga bisa saling membantu dan menolong satu sama lain jika bersama kan? Lalu kenapa dia malah memilih sendirian? Memangnya dia tidak merasa kesepian jika terus menyendiri seperti itu?

Tapi kini aku mengerti. [Name] lebih memilih untuk sendiri karena lingkungannya juga.

Saat itu Sho memberitahukan banyak hal tentang [Name] pada kami, termasuk tentang kedua orang tuanya yang sejak dulu memang tak pernah bisa akur.

"Sebelum kejadian itu, Kakaknya [Name] sering bercerita padaku kalau Ayah [Name] suka berjudi dan 'bermain' dengan perempuan, sedangkan Ibu [Name] selalu berusaha menasehati Ayahnya tanpa lelah. Namun setiap kali dinasehati, Ayah [Name] tidak pernah mau mendengarkan dengan alasan dia tidak merasa melakukan kesalahan--dan dari situlah pertengkaran mereka dimulai.

Sejak kecil [Name] dan Kakaknya sangat sering melihat orang tuanya bertengkar dan saling mencaci satu sama lain. Kata-kata kasar sering mereka dengar, dan tak jarang pula ada benda yang dilempar oleh  kepala keluarga itu.

Tapi untungnya Ibu dari kedua gadis kecil itu adalah seorang wanita berhati lembut dan memiliki kasih sayang tak terbatas untuk anak-anaknya. Walaupun sering mendapatkan perlakuan kasar dari suaminya, Ibu [Name] selalu berusaha untuk melindungi kedua putrinya itu dan berusaha untuk menenangkan mereka yang takut pada Ayahnya.

Ibunya [Name] juga termasuk orang yang jujur dan terus terang. Dia akan mengatakan apapun yang ada dalam pikirannya tanpa memikirkan resiko yang mungkin akan ditanggungnya. Dan setiap kali Ibu [Name] mengatakan apa yang ada di pikirannya, Ayah [Name] akan menyiksanya lagi dan lagi. Mungkin karena itulah [Name] lebih memilih untuk diam daripada membicarakan sesuatu yang mungkin akan mendatangkan hal buruk.

Dulu di sekolah [Name] juga termasuk anak yang aktif dan ceria, dia memiliki teman-teman yang sangat ia sayangi dan sangat dia percaya. Namun saat ia bercerita tentang keluarganya terutama Ayahnya, 'mereka' mulai menjauhi [Name] dan membocorkan hal itu kepada anak-anak lain hingga membuatnya dijauhi dan ditindas karena di cap kalau dia tidak ada bedanya dengan Ayahnya itu.

Seolah itu semua masih belum cukup, masalah yang lain pun kembali menghampirinya.

Anak-anak yang tadinya dekat dengan [Name] menghilang dan ditemukan tewas beberapa hari kemudian. Dari luka-luka yang didapatkannya, polisi dapat memastikan kalau 'mereka' dibunuh.

Karena di pisau yang kemungkinan besar digunakan untuk membunuh itu terdapat sidik jari [Name], [Name] dicurigai sebagai pelaku dari pembunuhan anak-anak itu. Berkat itu [Name] pun semakin dijauhi dan ditindas. Tak jarang juga tubuh kecilnya dilempari sampah atau kerikil yang membuatnya semakin menarik diri dari pergaulan.

[Name] juga jadi ikut menyalahkan dirinya sendiri atas kematian teman-temannya juga atas hal-hal buruk yang telah terjadi di sekitarnya. Dia mulai berpikir bahwa hal buruk yang terjadi di sekitarnya itu adalah karena kesalahannya. Dan dia berpikir bahwa dia memang pantas untuk diberi hukuman.

Tadinya [Name] juga mencoba untuk menjauhiku, tapi aku selalu mendekatinya dan mencoba meyakinkannya kalau aku tidak akan sama seperti teman-temannya yang lain. Aku berjanji padanya kalau aku tidak akan berakhir seperti teman-temannya yang mengkhianatinya dengan membocorkan rahasianya.

Sejak saat itulah [Name] menjadi terbuka padaku. Seperti Kakaknya, dia tanpa ragu menceritakan tentang banyak hal padaku. Apa yang dirasakannya, apa saja yang terjadi di rumah itu--bahkan hal kecil sekalipun akan tetap ia ceritakan padaku.

Our Bond (WEE!!! x Reader) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang