Antonio memang sinting.
Apa mentang-mentang dia sudah lama jadi ayah tiri Nina, dia lantas tidak bisa melihat betapa menariknya gadis itu? Melihatnya beberapa menit saja otakku nyaris rusak, sampai-sampai aku berani mengagahinya sejauh itu, apalagi dijadikan sekretarisku? Sepanjang karirku, tak ada sekretaris yang tidak berakhir di tempat tidurku. Memangnya dia tidak khawatir akan nasib anak tirinya, kalau dia memang sangat menyayanginya?
Meskipun aku tadi mempermainkannya sampai aku sendiri nyaris kehilangan kendali, bukan berarti aku ingin melanjutkannya. Aku justru berniat menjauh setelah apa yang barusan kulakukan padanya. Kalau aku terus berada di dekatnya, aku yakin aku tak akan sanggup menahan diri. Tadi saja, begitu aku menutup pintu kamarnya, aku langsung menyesal. Akan tetapi, begitu melihatnya kembali ke meja makan dan melihat wajah manis serta tubuhnya yang aduhai, tanganku langsung bergerak menggodanya lagi. Jika berada di dekatnya, otakku seperti tidak sanggup mengendalikan motorik tubuhku. Semuanya bergerak berdasarkan nafsu.
Antonio sepertinya berniat mengikatku. Dia tahu akan kembali sulit menghubungiku kalau pernikahanku dengan Nancy tak terjadi. Kakakku itu sudah tahu benar perangaiku, makanya dia mendesakku membeli rumah di dekat sini sebagai rumah tinggalku bersama Nancy. Dia selalu ingin mengumpulkan keluarganya kembali. Terutama aku, adik kesayangannya.
Kalau aku membawa Nina, dia tidak akan kehilangan jejakku. Dia akan terus menggangguku dengan tetek bengek masalah keluarga. Menghadiri pernikahan si ini, si itu, mengirim hadiah untuk sepupuku, keponakanku, dan tidak sekadar mengirimi mereka cek dengan jumlah yang fantastis. Antonio, sejak dulu selalu menginginkan hidup dikelilingi keluarga. Karena ia sendiri tak bisa begitu dan tetap harus menjalankan bisnis di Amerika, dia menggantinya dengan perhatian berlebih kepada semuanya. Aku tak bisa melakukan itu. Aku tak sanggup membagi perhatian antara bisnis dan mengurusi hal-hal remeh.
Aku melirik pada Nina yang terpelongo mendengar saran Antonio. Dia sepertinya juga tak menduga ayah tirinya justru mengumpankannya pada seorang paman yang baru saja melecehkannya. Kulihat ludahnya terteguk. Leher jenjangnya yang putih dan seksi seperti memanggilku untuk membelainya. Sialan. Aku jadi ikut-ikutan menelan ludah. Sejak kapan seorang Roberto Mancini kesulitan menahan hasrat di depan anak ingusan? Usianya baru 19 tahun, baru memasuki legal age, dan dia bahkan belum pernah bercinta!
Belum pernah... bercinta... arrrgh!!! Sekarang alat kelaminku justru berkedut memikirkannya. Betapa enaknya bercinta dengan gadis semuda dan semolek Nina... siapapun yang berhasil mengambil kali pertamanya adalah lelaki paling beruntung di dunia. Dan hei, Roberto, jangan pernah berpikir kau akan jadi lelaki itu!
"Bagaimana, Nina?" tanya Mathilda, ibunya.
Aku mengernyit padanya. Bagaimana, Nina, tanyanya? Apa dia juga segila Antonio?!
"Yah... kalau kau ingin mengambil jurusan seni, silakan saja, tapi... menurutku seni bisa dipelajari sendiri sambil mempelajari hal-hal lain yang jelas akan berguna untuk masa depanmu, Nak. Kurasa ide ayahmu bagus juga, daripada kau menghabiskan liburan musim panas dan menunggu beberapa aplikasi perguruan tinggimu direspons dengan menganggur... kau mungkin bisa membantu Roberto, sekaligus belajar padanya...."
Aku mengembuskan napas kasar sambil mengaduk linguine-ku. Mataku menyorot tajam pada Antonio di seberangku. Dia menukikkan alis sambil menggerakkan bahunya, tak paham mengapa aku begitu kesal padanya.
Mathilda menyambung, "Yah... kalau Roberto tak keberatan."
Sekarang, semua mata menatap padaku, termasuk Nina di sampingku. Aku kebingungan harus berkata apa. Maksudku, Mathilda adalah seorang perempuan luar biasa yang mengurus Antonio dengan baik dan aku sangat berterima kasih padanya. Pernikahan Antonio sebelumnya berantakan, dan sebagai seorang family man, dia sempat sangat terpukul gara-gara pengadilan menjauhkan anak-anak kandungnya darinya. Profesinya sebagai seorang produser film porno dianggap tidak baik untuk tumbuh kembang anak-anaknya. Dia hanya diberi jatah bertemu sekali sebulan. Saat mereka semua hijrah ke Kanada, Antonio sempat oleng. Aku hampir saja meninggalkan bisnisku sesaat untuk mengurusnya sampai kemudian tiba-tiba dia meneleponku dan mengatakan dia akan menikahi seorang janda beranak satu. Sejak itu Antonio berbahagia dengan keluarga kecil barunya. Kalau saja putri Mathilda tidak seseksi ini, aku akan dengan senang hati memberinya pelajaran dan pandangan baru mengenai masa depannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/308237477-288-k372811.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Disaster
RomanceNina terpikat pada pamannya yang berasal dari Italia. Dia mengira, rahasia itu akan dibawanya sampai mati. Siapa sangka, Senor Mancini memiliki perasaan yang sama dengannya?