"FILO SHOPIE PUTRI!!!"
Teriak seseorang menggelegar diambang pintu kelas 11 Ips 1.
Siapa lagi kalo bukan Pak Tano.
Salah satu Guru killer dan juga kocak.
Ia pecinta batu akik. Tak heran begitu banyak cincin di jemarinya. Setiap hari ia selalu saja gonta-ganti warna cincin.Pak Tano memanggil Filo dikarenakan sudah masuk jam pelajaran. Dan Filo masih saja berada diluar kelas pikirnya.
Filo melirik pak Tano dari tempatnya, lalu lelaki paruh baya itu menaikkan kacamata berbentuk bulat sembari melototi siswinya.
"Mati gue."
Filo menundukkan wajahnya kemudian berbalik. Selang beberapa detik, Filo langsung saja lari menuju kelasnya. Ia takut pak Tano akan mengamuk.
~~~
Semua siswa-siswi kelas 11 Ips 1 sudah berada di dalam kelas. Mereka merapikan posisi duduk masing-masing.
Terlihat pak Tano yang sudah setia,
disinggasananya, bersama beberapa buku pelajaran beserta buku absen yang sudah terbuka, siap mengabsen muridnya satu- persatu."ADAM." Pak Tano mulai mengabsen.
"Hadir Pak," jawab salah satu anak lelaki berkacamata.
"NUTELLA PUTRI," panggil pak Tano lagi membuat sang pemilik nama tersebut menoleh.
"HADIR PA," sahut Ella merengut.
"BUKAN NUTELLA PA, TAPI NATALIA. JADI NATALIA PUTRI," imbuh Ella sedikit tegas. Ia sungguh jengkel dengan pak Tano yang selalu salah meyebut namanya.
"OH YA, MAAF, MAKLUM SAYA MASIH MUDA." ucap pak Tano, membuat seisi kelas tertawa.
Pak Tano melirik buku absennya lagi.
"FILO," panggilnya
"HADIR PAK," sahut Filo.
"ADA BAWA FULLO GAK?" tanya pak Tano mengejek, seakan ingin meminta wafer roll yang sering Filo bawa 1 box.
"ADA PA", "DI MINIMARKET," lanjut Filo sedikit ketus, dikarenakan ia mengingat-ngingat hari kemarin, saat 1 box wafer roll yang ia bawa, langsung habis dalam sekejab. Bagaimana bisa habis, semua teman-temannya ikut memakan, bahkan Pak Tano juga sempat mencicipi 1 bungkus wafer roll kesukaannya.
Semua teman-temannya kembali tertawa.
"CUKUP-CUKUP," ucap Pak Tano.
"BAIKLAH ANAK-ANAK, MARI KITA MULAI PERSENTASINYA, DIMULAI DA-RI," ucap pak Tano sambil menaikkan jari telunjuk kanannya kemudian mengarah ke murid-muridnya.
"Gue gugup." Vivi berbisik kepada Filo yang sedang mengutak-ngatik bukunya.
"Udah lo rilex aja, sans gitu," sahut Filo santai.
Ella yang posisi duduknya di belakang Filo
terlihat gelisah. Ia menarik ujung rambut Filo."Sakit tau," kesal Filo.
"Hehe maaf, gue takut nama gue duluan yang disebut. Terus gue juga takut maju kedepan," ucap Ella was-was.
"Kenapa harus takut? Biasanya juga lo teriak-teriak didepan papan tulis, masa takut cuma maju kedepan. Udah lo tenang aja."
"FIILOO"
Filo tersentak begitupun Ella dan Vivi.
"MAJU KAMU."
"SIAP 86."
Vivi dan Ella saling menghembuskan nafas lega, karena bukan nama mereka yang disebut.
"Lo yakin?" tanya Ella sedikit khawatir dengan sahabatnya itu.
"Yakin dung," jawab Filo enteng.
"Puisi tadi, udah lo gantikan? tanya Ella lagi.
"Udah. Lo tenang aja, gue pasti dapet 100," jawab Filo dengan pede. Membuat seisi kelas mencibirnya.
Filo mulai melangkahkan kakinya kedepan papan tulis. Tepat Filo berdiri menghadap teman-temannya. Ia mulai membuka bukunya yang sedari tadi ia pegang. Sesekali ia melirik ke Ella dan Vivi. Kedua sahabatnya itu, mengancungkan jempol tanda menyemangati Filo. Kemudian, Filo membalas dengan senyuman manisnya.
"Ehemm .... Ehemmm ....," batuk Filo di buat-buat.
Semua siswa melirik Filo dengan tatapan sinis terkecuali kedua sahabatnya.
"Biji kedondong ...."
"Biji tomat ...."
"Masih pagi, bukan siang ...."
"Muka kalian kok, kusut amat ...."Filo terkekeh dalam hati setelah melontarkan pantun gajenya.
Ia melirik bukunya lagi dan mulai membaca puisinya."Cinta."
"Cinta itu kamu."
"Iya kamu."
"Kamu yang selalu aku rindukan."
"Kamu yang selalu menjadi alasan aku kesekolah."
"Kamu yang selalu ku sebut dalam doaku."
"Meski kau sering mengabaikanku."
"Aku tidak akan pernah berhenti membuatmu jatuh cinta kepadaku ...."Teman-teman sekelasnya tertawa terpingkal-pingkal.
"HU .... HUU.... HUUU," suara gaduh teman-teman sekelasnya.
Ella menganga tak percaya saat mendengar puisi yang Filo baca.
Filo menutup wajahnya dengan buku,
ia sedikit malu.Pak Tano geleng-geleng kepala.
"KELUAR!" ucap pak Tano tegas.
"Lah kok saya keluar, saya dah maju kedepan ini perlu effort loh Pa!"
"KAMU SADAR GAK?"
"ENGGAK PA, SAYA BIASANYA HALU PA."
"KELUAR DARI KELAS SAYA! AMBIL SAMPAH DI LAPANGAN!"
Filo tersenyum kecut, mendengar penuturan guru killer di depannya ini berani sekali mengusirnya.
Mendengar percakapan Filo dan Pak Tano membuat Ella sedikit kasihan terhadap sahabatnya itu. Ella menepuk jidatnya pelan, pasalnya ia menyuruh Filo mengganti puisi bukan berarti puisi cinta lagi kan. Sepertinya otak sahabatnya itu semakin tidak beres, ditambah Filo habis ketemu Fari pikirnya.
"Huhh." Filo menghembuskan nafas, seraya memutar bola matanya malas. Lalu ia melangkahkan kaki, menuju pintu kelas.
"Awas aja! Gak akan gue kasi wafer Fullo lagi! Salah dikit aja dihukum! Gimana murid mau pinter! Kenapa gak koruptor aja yang dihukum kan udah jelas salah, plus ngerugi'in negara, bahkan rakyat!" Filo bermonolog seraya menghempaskan kakinya, ia menatap hampa ke jalanan koridor kelas yang kini telah sepi, karena jam pelajaran masih berlangsung.
"Ka Fari tolongin Filoo!"
"Filo memang gak terima dihukum sama pak Tano!"
"Tapi kalo ka Fari yang hukum, gak papa deh!"
"Filo malah senang banget. Biar bisa berdua'an sama ka Fari!"
Begitulah gerutu Filo. Ia sadar dirinya akan malu, jika semua orang melihatnya tengah dihukum oleh seorang guru ter-killer di sekolah ini. Namun, disaat seperti ini, ia masih saja memikirkan Fari. Memang Filo sudah tergila-gila dengan lelaki itu. Hingga ia tak sadar, dirinya terluka karena ulahnya sendiri.
🦋🦋🦋
Terimakasih buat yang sudah baca🖤
Jangan lupa klik Vote and Coment🖤
YOU ARE READING
following you
Teen FictionMemperjuangkan sesuatu yang sulit untuk dicapai memang cukup melelahkan. Sama halnya dengan Filo, gadis remaja menduduki bangku kelas 11 SMA tersebut, selalu sabar dan kuat ketika menghadapi Fari yang selalu menolak dirinya. Apalagi fakta terbaru...