6

9 2 0
                                    

Sinar matahari menembus sebuah kaca jendela kamar bewarna putih nuansa coklat krim. Hingga menyilaukan mata seorang gadis yang kini tengah dibaluti selimut pink, membatasi tengkuknya. Ia terbangun seraya mengucek matanya.

"Aaaa ....," Filo berteriak. Matanya membelalak, saat meraih jam beker yang berada di nakas samping tempat tidurnya, kini menunjukan pukul 07.00 AM. Ia melompat dari ranjang menuju kamar mandi.

"Awas jatuh. Hati-hati sayang," ucap ayah Filo kini tengah menyiapkan sarapan untuk putrinya itu.

Filo tak menggubris ucapan ayahnya.
Ia hanya ingin cepat-cepat ke kamar mandi.

Filo mulai menyalakan shower serta mengusapkan shampo di rambutnya bersama gelembung-gelembung buih shampo.

"Ayah .... Yahh ...."

Heri mendengar suara putrinya langsung saja mendekat ke kamar mandi.

"Tolong ambillin handuk, Filo lupa," teriak gadis itu tanpa merasa berdosa.

Heri hanya menggeleng-gelengkan kepala, mendengar tingkah putrinya itu.

"Ini handuknya tuan putri," ejek Heri sembari mengenggam handuk pink milik putrinya itu.

Filo membuka pintunya sedikit. Lalu meraih handuk dari tangan ayahnya.

"Thanks yah."

"Cepetan mandinya, entar kamu telat."

"Iya Ayah."

***

Usai ritual mandinya, Filo bersiap-siap untuk pergi ke sekolah, seperti memasang seragam lengkap, tak lupa beberapa aksesoris yang ia gunakan. Kemudian ia bergegas mengambil tas sekolah beserta sepatunya.

Setelah semua beres. Filo kini tengah rapi layaknya Sorang siswi anak SMA yang akan segera berangkat ke sekolah.

Klik.

Filo menutup pintu kamarnya. ia lalu melangkah ke meja makan. Dan mengambil sebuah gelas berisi susu putih hangat, yang telah disiapkan ayahnya.

"Enak banget Yah," ucap Filo setelah meneguk susu, lalu ia meletakkan kembali gelas itu di meja.

"Ehh .... ehh ....," Ayah Filo tersentak saat Filo buru-buru menyalimi tangan dan mencium pipinya.

"Filo pamit."

"Habisin susunya sayang. Kamu gak sarapan?"

"Dah telat yah. Gak sempat. Ayah si gak bangunin aku." Filo terkekeh.

"Ayah bangunin kamu dari matahari belum terbit. Kamu aja tu yang susah bangunnya. Bilangnya, iya-iya tapi gak bangun-bangun. Sekarang nyalahin Ayah," ucap Heri tak terima, seraya terkekeh melihat putrinya cenge-ngesan.

"Bye Ayah."

"Belajar yang rajin. Jadi anak pintar."

"Gak bakal pintar Yah. Anak pungut soalnya!" ucap kedua kakak perempuannya yang baru saja turun dari tangga menuju meja makan. Sepertinya mereka baru bangun tidur.

Nyess.

Ulu hati Filo saat ini seperti tersayat pisau tajam. Sakit. Sakit sekali rasanya Filo harus mendengar ucapan kakak-kakaknya yang belum bisa menerima kehadiran dirinya di rumah itu.

"NAURA!! LAURA!!!" Heri melototi kedua putrinya.

"AYAH! AYAH KENAPA SI MANJAIN DIA? PAKE NGEBELA DIA SEGALA! DIA GAK PANTES! DIA CUMA BISA NGEREPOTIN KITA!" Kedua wanita itu meninggikan pita suaranya.

"Dia memang bukan anak kandung Ayah, tapi Ayah sudah menganggapnya seperti anak kandung sendiri, sama seperti kalian harus menganggap Filo sebagai Adik kalian sendiri!"

following youWhere stories live. Discover now