5

11 2 0
                                    

Mobil Black CR-V mendarat di sebuah rumah mewah. Rumah berpoles putih tingkat dua. Terdapat balkon di atas, terlihat sangat nyaman untuk bersantai. Di depannya juga, terdapat beberapa tanaman, taman yang indah serta halaman luas membuat siapa saja pasti betah jika berkunjung ke rumah milik pribadinya Fari. Setelah memarkirkan mobil, Fari melangkah menuju pintu masuk rumahnya.

Fari selalu mengunjungi rumah ini jika ia sedang bosan di rumah orang tuanya. Ataupun saat dirinya di landa masalah. Ia selalu menenangkan dirinya ke rumah ini. Rumah hasil jerih payahnya sendiri. Banyak orang tak mengetahui. Di usia Fari yang bisa dibilang masih sangat muda. Berkat kepintaran yang Fari miliki, ia bisa menjadi CEO disalah satu perusahaan ternama di Indonesia yang tak lain pemegang saham utamanya ialah Ayahnya sendiri. Maka tak heran ia bisa mandiri dan membangun rumah semewah ini.

"Tuan," ucap Bi Ita asisten rumah tangga Faru.

"Iya Bi."

"Mau makan apa Tuan?"

"Gak usah Bi. Saya udah makan."

"Oh. Ya sudah saya siapkan air panas ya Tuan." Fari mengangguk.

Fari menaiki tangga yang terletak di pojok ruang tamu. Lalu ia masuk ke kamarnya seraya meletakkan tas sekolah serta jas sekolahnya dikasur. Kemudian, ia mengambil sebuah bingkai yang terletak di nakas samping tempat tidur. Di dalam bingkai itu terdapat foto dua anak kecil, sedang bermain basket. Fari menatapnya sendu, jemarinya mengusap bingkai itu.

"Kangen Ris ...."

"Andai lo masih ada. Semuanya nggak akan kaya gini ...."

"Pengen kaya dulu lagi ris ...."

"Lo di mana sih ...."

"Gue kangen banget sama lo ...."

"Gue sayang sama lo ...."

Tiba-tiba Fari memegangi kepalanya, ia merasakan sakit luar biasa. Fari merintih, badannya tehuyung lemas ke tepi ranjang. Namun dengan sisa-sisa kesadaran. Fari membuka laci nakasnya, lalu mengambil pil dan air putih yang tersedia diatas nakas. Ia jangkau sebisa mungkin, kemudian meneguk pil itu seraya meminum air putih dengan tangan yang gemetar.

~~~

Hari sudah malam Filo baru saja memasuki perkarangan rumahnya. Usai mengerjakan tugas kelompok bersama Vivi dan ElIa. Ia memarkirkan Vespa kuningnya dengan rapi. Tak lupa melepas helm dan menaruhnya di kaca spion.

Filo menghempaskan tubuhnya di kasur kesayangannya itu. Hari ini hari yang sangat melelahkan bagi Filo. Tubuhnya seakan remuk. Ia menghembuskan nafas kasarnya. Filo meraih handphone yang terletak di atas nakas. Ia membuka whatshap lalu beralih ke roomchat-nya bersama Fari.

Ka Fari 💟

"Ka Fari,"

"y,"

"di rumah kan?"

2 menit kemudian.

Typing.

"Y."

"Y. Y mulu dari tadi?"

"Suka-suka guelah."

"Udah makan belum?"

"Kalo blm kenapa?
Kalo udah kenapa?"

"Filo cuma nanya.
Emng gak boleh ya?"

Read.

"Lagi ngapain ka?"

"Rebahan."

"Pasti lagi mikirin Filo kan."

"Halu!"

"Gak papa halu, kali aja beneran."

"Udah malem! Tidur!"

Entah angin dari mana, kata-kata itu lolos dari keyboard melalui jemari Fari yang tampak kaku.

"Cie perhatian."

"Pede!"


"Bagus dong. Kalo pede artinya happy."


"Jadi sekarang lo happy?"

"Happy. Tapi tergantung."

"Apa?"

"Cie kepo."

"Terserah lo!"

"Kalo Ka Farinya chat sama Filo karna suka, Filo Pasti happy. Tapi kalo Ka Fari chat sama Filo cuma karena janji, Filo gak happy."

"...."

***

Fari memutar bola matanya, ia menatap layar Handphone dengan malas.  Sebenarnya, ia tidak berniat membalas chat Filo. Namun mengingat sudah janji dengan Filo, sebagai gentle men dirinya harus menepati janji.

Filo meletakkan Handphone di atas nakas samping tempat tidur. Ia mulai menarik selimut, lalu merebahkan kepalanya. Ketika hendak memejamkan mata, telinganya menangkap suara yang tak asing lagi kini sangat menggema.

"DARI MANA SAJA KAMU?"

"KENAPA BARU PULANG?"

"GAK MALU APA SAMA ANAK KAMU?"

"KALAU DIA LIAT KAMU BEGINI?"

"GIMANA KAMU MAU NGURUS FILO, KAMU GAK LAYAK JADI IBU."

Lelaki itu menekankan kata-kata nya. Ia sudah sangat muak dengan sikap maura, istrinya sering pulang malam.

"OH YAA, KAMU BILANG AKU GAK LAYAK, KAMU YANG GAK LAYAK." Maura tak mau kalah.

"KAPAN KAMU BISA CARI UANG YANG BANYAK BUAT PENUHI KEBUTUHAN KITA!Maura tersulut emosi.

Filo menutup daun telinganya menggunakan bantal, Ia seperti sudah terbiasa. Hampir setiap hari orang tua angkatnya itu selalu bertengkar hebat.

Heri, ayah Filo kalut. Ia sedikit merasa bersalah. Mungkin benar ucapan istrinya, ia bukan suami dan ayah yang baik untuk Filo. Sebab ia tidak bisa memenuhi kebutuhan hidup seperti yang Maura mau.

Ibunya. Maura, sering pulang malam. Ia bekerja di sebuah club. Di mana club tersebut milik ayahnya Mira, terkadang ayah Mira mengantarkan Maura pulang dalam keadaan mabuk berat. Hal itu tak lepas dari opini-opini negatif para tetangga.
Jangan tanya mengapa ayah Filo tak bisa memenuhi kebutuhan hidup, lebih tepatnya seperti yang Maura inginkan. Sebenarnya cukup saja. Namun dikarenakan Maura terlalu mengikuti gaya hidup teman-temannya yang bisa dibilang deretan orang kaya. Hingga membuatnya tak mau kalah saing dengan teman-temannya. Contohnya, ia sering menuntut Heri untuk membelikan barang-barang branded. Karena itu, Maura menjadi sangat boros.

Begitulah sedikit gambaran kehidupan Filo. Mungkin di sekolah, ia anak yang periang, anak yang cerewet bukan anak yang pendiam. Ia juga anak yang manja ketika berusaha menaklukan hati Fari.

Namun, itu semua berbanding terbalik, ketika ia di rumah maupun di luar sekolah. Tak banyak orang mengenali Filo.

***






TERIMAKASIH BUAT YANG UDAH BACA

JANGAN LUPA KLIK VOTE AMD COMMENT

🖤🖤🖤

following youWhere stories live. Discover now