Part 1 "Murid Baru"

41 15 10
                                    

"Manusia hanya bisa berencana, namun ada sang pencipta yang mengatur segalanya. Tak perlu risau, sebab kecewa, sedih, senang, bahagia itu merupakan bumbu dari kehidupan. Jika tidak ada semua rasa itu mungkin kita tidak bisa merasakan betapa nikmatnya sabar dan ikhlas"

Pagi ituu...

Hujan cukup deras hingga mampu menggoyahkan hati kecil embun untuk tidak masuk sekolah, bukan karena apa melainkan karena jarak sekolah Embun dengan rumahnya yang cukup jauh, kira-kira 17km. Butuh waktu setengah jam untuk ia sampai menuju sekolah, itupun dengan kecepatan sepeda motor 60km/jam. Sembari menatap kearah jendela , suara ibu memecah lamunan Embun

"nak, sudah jam setengah 7.. jadi berangkat sekolah?" .

"jadi bu, embun berangkat ya,, hujan juga sudah tidak telalu deras" Embun kaget sembari menatap ibunya dengan tersenyum lalu bersalaman untuk pamit pergi ke Sekolah

Dengan memakai mantel pink polkadot Embun menstater sepeda motor beatnya kemudian berangkat menuju sekolahnya, tak lupa helm pink juga ia kenakan. "tinnn" lambaian tangan ibu pun menyertai.

Setelah 30 menitan Embun sampai di gerbang sekolahnya, dengan mantel yang masih ia kenakan ia masuk ke sekolahnya tak luput rok sekolahnya cukup basah karena derasnya hujan yang menerpa selama perjalanan. Dengan wajah yang cukup gelisah ia berjalan dari parkiran menuju musholla untuk mengeringkan bajunya yang basah tadi, tak lama ia mendengar suara langkah kaki "siapa?" ucap embun.

"aku agung"
jawab si pemilik suara langkah kaki tersebut.

Agung merupakan ketua osis di sekolah embun, dan ia juga terkenal pintar dan berprestasi dalam bidang olahraga. Agung dan Embun satu kelas, dan duduk hanya selisih 1 bangku dalam kelasnya. 

Ia menghampiri embun yang sedang memakai sepatu diteras musholla sembari bertanya "tumben telat kamu mbun?"

"iya gung, soalnya selama perjalanan dari rumah ke sekolah aku kehujanan, yaa hujannya deras jugaa jadi otomatis aku sedikit pelan naik motornya" (saut embun sambil sedikit membenarkan jilbab yang sebenarnya sudah rapi).

"embunn, kemana aja kamu kok telat?" teriak seorang gadis dengan jilbab rapi menutup dada dan berjalan sangat anggun, dia Lintang, teman sekelas Embun sekaligus sahabatnya Embun. dengan wajah yang cukup khawatir Lintang menghampiri Embun dan agung. "kok ada agung disini? bukannya seharusnya kamu keruang osis buat rapat kepanitiaan?" tanya Lintang kepada Agung. dengan wajah yang bingung dan sedikit gugup agung menjawab

"iya waktu mau jalan keruang osis aku lihat Embun lari dari parkiran ke musholla, jadi yaudah aku samperin,, yaudah deh aku mau keruang osis dulu" (sembari menatap Embun dengan tersenyum).

"yaudah sana nanti ditegur sama pak hamid" saut Lintang dengan suara lembutnya. Pak hamid merupakan pembina osis di SMA Harapan Bangsa (sekolah mereka) sekaligus guru olahraga. 

"LIntang. ayo ke kelas" ucap Embun yang memecah tatapan LIntang ke Agung. 

"ehhh ayo-ayoo, aku kira kamu izin mbun, kok tumben telat gitu soalnya" sembari jalan menuju kelas dari musholla. ditengah perjalanan embun dan lintang bertemu dengan Bu Arini (wali kelas mereka). Dengan seragam yang masih setengah basah embun bersalaman mencium tangan Bu Arini

 "Embun, kenapa telat nak? gak lupa kan sekarang ada bimbingan buat OSN kamu?" ucap bu arini. Embun merupakan siswi yang cukup berprestasi di sekolahnya, dalam bidang akedemik maupun non akademik. Pada tahun ini Embun termasuk salah satu siswi yang mewakili sekolahnya untuk mengikuti OSN dalam bidang akademik,

Embun terpilih untuk mewakili dalam cabang pelajaran Kimia. Dan Bu Arini juga termasuk guru mapel Kimia di sekolah ini sekaligus guru yang ikut membimbing embun selama 1 bulan kedepan ini untuk mempersiapkan menuju OSN.

Pelangi Tak Kunjung BertemuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang