XIII : Problematik orang dewasa

112 17 31
                                    

Bim salabim Efemeral sad ending prok prok prok

...

"Tepuk amai amai belalang kupu, bagi duit aku yang semua kau sapu."

Lian tertawa karena nyanyiannya sendiri, seraya menatap bengis ayah Erlang yang baru saja selesai ia pukuli. 

"Itung - itungan banget jadi temen, ck." Lian tersenyum sinis, mendekat ke arah ayah Erlang yang sudah nampak babak belur.

"Pram Charles Aruan, nama keren, orangnya cupu, bisanya main nyinyir sama nyindir, mana yang diapa apain bini gue."

"Ya karena Sinha udah ngerebut lo dari gue!"

Lian menaikkan salah satu alisnya, "Ngerebut? Kan dulu kita udah putus bego, kan lo sendiri yang selingkuh, anak bego."

Pram bangkit dari posisinya, menatap nyalang ke arah mantan kekasihnya yang lebih tinggi darinya itu. Pram mengusap darah yang keluar dari bibirnya, karena pukulan Lian memang tidak main - main.

"Gue ga akan biarin Erlang bersatu sama Ael."

"Terus kalau Tuhan menakdirkan mereka mau apa lo?"

"Sinha mati di tangan gue."

"Anceman lo ga lucu bangsat."

Lian kembali memukul wajah Pram hingga Pram tersungkur di tanah. Mereka tengah saling baku hantam di gang sempit yang ada di sebelah rumah sakit, setelah Lian mengirim uang pada Sinha, ia bertemu dengan Pram yang mengajaknya berduel.

Nafas Lian memburu, emosinya benar - benar di ambang batas saat ini. Emosinya benar - benar tersulut kala Pram mulai membawa nama Sinha diantara mereka, karena memang Sinha dibenci oleh Pram.

Lian sendiri pun masih heran dengan Pram, sudah jelas mereka saat itu sudah memutuskan hubungan dan Pram berencana untuk straight, lantas, apa lagi yang ingin Pram incar? Tidak ada, kan? Ayolah, mereka hanya mantan kekasih.

"Seme kok lembek." Sinis Lian kala melihat Pram yang terlihat tak kuat berdiri.

Pram tertawa sinis, "Lo ga inget gue pernah bikin Zergan mati di tangan gue, hm?"

"GA USAH BAWA BAWA ORANG YANG UDAH MATI!"

Kepala tangan Lian mengerat, diiringi dengan Pram yang kini kembali tertawa puas.

"Orang yang lo gantungin selama berbulan - bulan, ya mending gue bikin mati aja kan daripada nungguin lo tanpa kepastian?" 

Lian memejamkan matanya, mencoba tak mengeluarkan air matanya. Sebelum bersama Sinha, tentu Lian pernah menjadi sang pihak bawah, tapi orang tuanya tak tahu menahu tentang hubungannya dengan sosok Zergan maupun Pram, ya karena dulunya mereka hanya dianggap sahabat masa kecil oleh orang tua mereka.

"Lo... Lo gila, Pram." Lian perlahan memundurkan dirinya, hingga menabrak tembok gang sempit tempat mereka berada.

Air mata Lian turun dengan deras, ia menyembunyikan wajahnya di lipatan tangannya dengan posisi duduk. Perkataan Pram ada benarnya, mengingat betapa brengseknya ia dulu, menggantung seseorang yang tulus kepadanya dan meninggalkannya begitu saja.

Pram menatap Lian dengan tatapan iba, bagaimana pun, mereka pernah menjadi sahabat, kan? Sebelum semuanya hancur karena Lian pergi tiba - tiba.

"Lo juga udah bikin hati Ael sama Erico sakit karena bikin Zergan pergi dan harus mati di tangan gue, bahkan waktu dia sekarat, nama lo, Erico sama Ael yang terakhir kali disebut." 

Efemeral | Bbangsun ft. Yunho [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang