XIV : Keputusan

94 16 32
                                    

Click clack prr prr brrmm like boom aku keceplosan spoiler di komen chapter 13...

...

"Kamu kok natap saya kaya mau gigit saya, El?"

Ael mendengus, seraya tetap menatap tajam ke arah Pram yang tengah membawa Lian yang tertidur menuju sofa yang ada di ruangan Ael. Entah mengapa, Ael masih menyimpan rasa dengki pada Pram.

"Walau aku amnesia, tapi ga seluruhnya aku lupain ya, om." Pram kini hanya terkekeh, rupanya anak kecil yang dulunya hanya tahu cara membuat istana dengan tanah liat dan lebih sering diam kini sudah tumbuh dewasa dan berani berbicara.

"Perubahan drastis, ya, kamu udah berani bicara lagi setelah Zergan ga ada."

Tatapan Ael berubah sendu saat Pram menyebutkan nama Zergan, ia benar - benar merindukan Zergan rupanya. Selain Anjani, Zergan adalah orang berharga dalam hidup Ael, yang tak akan Ael lupakan sedikit pun. 

Kepindahan Ael dan Erico bersama Lian tanpa Pram benar - benar merubah dirinya yang dulu introvert dan pemalu menjadi anak yang extrovert dan cenderung banyak bicara. Ael awalnya memang ingin mengingat wajah Erlang, tapi, sebuah kejadian membuatnya melupakan Erlang dan hanya ingat dengan beberapa orang saja.

"El, kalau saya beneran bawa Erlang ke Paris, kamu rela?" 

Ael tentu merasa ragu, di satu sisi ia merasa tak ingin Erlang pergi, tapi di satu sisi, ia juga tak berhak melarang kehendak Pram pada Erlang. Ael memainkan ujung piyama miliknya, ia tak menggunakan pakaian rumah sakit karena kurang nyaman katanya, jadi ia menggunakan piyama bermotif kelinci dan beruang layaknya piyama anak kecil.

Ael menggigit bibir bawahnya, sedang Pram masih menunggu jawaban, sebelum ia kembali ke ruangan istrinya untuk menemui Erlang sebelum hari menggelap. 

"Kalau kamu ga rela-"

"Boleh, om."

Pram menatap tak percaya ke arah Ael, sedang Ael kini masih menundukkan kepalanya. Pram tentu tak tega untuk memisahkan Ael dan Erlang, ucapannya pada Lian hanya main - main, untuk memancing Lian agar mengingat segala yang ia lakukan.

Pram mendekat ke arah lelaki manis yang pernah memanggilnya dengan sebutan 'Papa' itu, walau dulunya dengan nada sangat tidak ikhlas karena Ael maupun Erico benar - benar membenci Pram yang mereka labeli sebagai pembunuh ayah mereka.

Pram membawa Ael dalam dekapannya, ia merasa kalau tubuh Ael bergetar hebat namun isakannya benar - benar tidak terdengar. Jika ditanya apa Pram merindukan Ael, tentu saja, siapa yang tidak rindu dengan orang yang pernah disayangi dan dimanja - manja?

"Ael, kamu yakin? Konsekuensi nya, kalian ga akan bisa berkomunikasi, dan ada kemungkinan Erlang bakal menengok ke yang lain selain kamu, sudah ada persiapan untuk mengikhlaskan dan melepaskan?"

Ael sejujurnya agak kesal dengan ucapan Pram, kenapa kesannya seperti mendo'akan Erlang akan berpaling darinya?

Tapi, ini bukan suasana yang cocok untuk melampiaskan amarahnya dengan kata - kata, karena air matanya tengah turun dengan deras. Karena itu, Ael tak menjawab karena ia tengah merasa dada nya sesak.

Tak lama Ael menangis, kini ia tertidur di pelukan Pram, membuat Pram kembali tersenyum kecil, mengingat Ael dan Lian yang memiliki banyak persamaan. Walau mereka tak sedarah, tapi Pram akui kalau Ael benar - benar seperti Lian.

Pram menidurkan Ael secara perlahan di brankarnya, walau Ael sedikit terusik karena kegiatan Pram. Layaknya anak kecil yang baru saja ditidurkan oleh ayahnya, Ael menggeliat kecil, lantas kembali membenahi posisinya, membuat Pram terkekeh karena tingkah menggemaskan Ael.

Efemeral | Bbangsun ft. Yunho [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang