7 || Jangan Pernah Memejamkan Mata Lagi

1.8K 264 21
                                    

Rintihan kesakitan sudah mereda. Padahal tak ada tanda-tanda manusia itu akan mati, akan tetapi sikap keterlaluannya itu menunjukkan kalau dia sekarat dan akan menghadapi sakaratul maut. Sebenarnya tak apa sih, kalau mati. Namun pria ini dibutuhkan kehadirannya di persidangan nanti.

Adalah Kim Taehun yang kedua kakinya dinyatakan lumpuh sementara karena tiga peluru bersarang di kedua pahanya. Keluarga Jo sudah menjenguknya dan berkata akan menyembuhkannya. Entah apa rencana yang akan mereka susun, tentunya Keluarga Kim hanya membutuhkan satu bukti untuk mematahkan tudingan itu.

"Jam besuk Keluarga Jo?" Tanya Yoongi sembari mengecek jam yang melingkar di pergelangan tangannya. "Padahal kemarin sudah datang."

"Seperti yang Anda ketahui bahwa mereka tidak akan melepas perusahaan Food Impact begitu saja." Salah satu pengamat bernama Myeong Ji berujar, sembari matanya fokus terhadap jalanan karena dia menyetir.

"Aku sudah mengatakan pada Kim Namjoon untuk pria itu membuat perusahaan Food Impact bangkrut, akan tetapi pria itu tidak setuju karena jika perusahaan itu bangkrut, tak akan ada keadilan bagi Jeon Jungkook. Dan aku rasa itu benar." Yoongi berujar datar. Tatapannya terpaku pada sebuah stan tteokbokki yang dipenuhi banyak pembeli. "Kenapa tiba-tiba aku ingin tteokbokki?" Lirihnya pelan.

"Apakah Anda mau mampir ke sana dan membelinya?"

"Boleh." Yoongi mengangguk. "Aku juga tak sudi menunggu di rumah sakit selama berjam-jam karena jam besuk Keluarga Jo."

"Baiklah, Tuan. Saya akan memarkirkan mobil dan memesankan makanan untuk Anda."

"Tidak perlu, Myeong Ji. Aku yang turun. Kau pergi saja menjemput Namjoon." Ujar Yoongi, membuat Myeong Ji mengangguk lantas melajukan mobil setelah Yoongi berdiri di stand.

Siang hari kala mendung dan ingin makan pedas, Yoongi lebih baik mengantre memesan tteokbokki daripada harus menunggu jam besuk Keluarga Jo selesai. Menunggu orang yang mengantre berkurang dan sekarang gilirannya, Yoongi memesan satu porsi tteokbokki besar.

"Ini pesanan Anda, Tuan."

Yoongi baru sadar jika hanya dirinya yang berada di sini. Dia mengangguk, menyerahkan uang dengan pecahan besar kemudian mulai memakan tteokbokki itu. "Ada odeng dan kimchi? Tolong buatkan satu porsi untukku."

"Kami ada menu lain yaitu kimbab, Tuan."

"Oke, tambah itu juga boleh."

Sementara penjualnya menyiapkan pesanannya, satu pekerja yang Yoongi duga bekerja sebagai pekerja galeri datang dengan pakaian yang lusuh. Topinya dia lepas. Rambut lebat terurai, poni panjang menutupi mata. "Bibi, ada tteokbokki sisa?"

Sang Pemilik menoleh. "Oh, Jimin? Datang lagi? Kenapa tak membeli tteokbokki baru?"

"Saya mau membeli yang baru dan yang sisa. Sungwoon menginginkan tteokbokki."

"Bibi siapkan dulu, ya? Duduk dulu saja, Jim."

"Terima kasih."

Yoongi bisa merasakan pria itu berdiri menunggu. Dia membaca gerak-gerik pemuda itu; walaupun diam dan terlihat mengamati bibi penjual itu. Padahal tidak apa kalau pria itu duduk di sebelahnya asalkan tidak mengganggunya tengah makan. Namun, saat sosok seorang pria lain masuk dan memanggil pria itu, tubuh Yoongi sontak menegang dan dia langsung membatu.

Ada sosok yang masuk dengan tongkat penunjuk jalan ke arah pria yang berdiri di sebelah Yoongi. "Jimin Hyung..."

"Sungwoon? Kau tahu aku di sini?"

"Iya." Tangannya meraba-raba sekitar untuk meraih tangan Jimin. "Hyung, aku mau tteokbokki dan sup kimchi."

"Iya. Nanti aku belikan. Kau duduk saja dulu."

Mugunghwa || VKook [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang