24 || Tidak Pernah Lupa

954 143 7
                                    

Jimin masih setengah syok.

Dia tidak tahu kenapa dia bisa terjebak dalam situasi di mana dirinya hanya memesan tteokbokki untuk Sung Woon adiknya, justru harus berada dalam keadaan genting di mana ada sebuah bom meledak. Ini mengingatkannya pada sesuatu yang dia lupakan, tetapi apa? Mengorek-orek informasi tentang dompet yang ditemukan Sung Woon, Jimin justru tak asing dengan nama Min Yoongi.

Min. Yoongi.

Siapa pria itu? Namanya tak asing, bahkan wajah pria itu rasanya pernah dia lihat. Siapa, ya? Apa ada masa lalu yang pernah dia lupakan?

Jimin mengembuskan napas perlahan. Matanya terpejam, merilekskan pikiran. Suara bom dan tembakan itu pernah dia dengar sekali di masa lalunya. Ada percikan ingatan seperti korek api yang menyala dalam layar hitam. Pelukan seseorang, teriakan Sung Woon, dan jeritannya. Tunggu! Kenapa ada teriakan Sung Woon? Jimin mengingatnya lagi. Di sebuah tempat tinggal lamanya bersama Sung Woon, lalu seseorang datang memakai topi dan jaket serba hitam dan mengenakan masker, di saku celananya terdapat pistol, lalu Jimin ingat dia bercekcok dengan laki-laki itu. Tak lama kemudian ada suara tembakan terdengar, lalu Jimin melihat kedua mata Sung Woon berdarah. Kemudian Jimin hendak menyelamatkannya akan tetapi dia justru terjebak dalam ledakan kedua yang membuatnya kehilangan kesadaran. Pada akhirnya... yang Jimin ingat sekarang karena sosok laki-laki itu.

"PARK JIMIN! BANGUN! KUMOHON BANGUN!"

"Aku mohon jangan jadikan Park Jimin sebagai tawanan. Sesuai perjanjian, aku tak akan lagi mengganggunya. Aku tak akan lagi menemuinya. Aku akan membayar mahal!"

"Min Yoongi, kau sudah membuat Park Sung Woon kehilangan penglihatannya dan kau sudah membuat Park Jimin hilang ingatan. Apa yang akan kau bayar?!"

"Kehidupan mereka. Aku akan menanggungnya!"

"Bajingan Sialan ini benar-benar membuat darahku mendidih! Min Yoongi! Kukatakan sekali lagi padamu, kau tidak akan memiliki kesempatan untuk bertemu dengannya. Kalau kau menginginkan Park Jimin dan adiknya selamat, jauhi mereka. Dengan begitu kita impas. Kau sudah membunuh adikku, sebagai bayarannya jika kau berani mendekati Park Jimin, aku akan membunuh mereka semua!"

"Seandainya kau tahu jika adikmu yang ingin mencelakai Park Jimin dengan menghilangkan nyawa orang yang kucintai..."

"Sayangnya kau terjebak dalam pembelaanmu itu, Min Yoongi! Kau tak akan bisa mendekatinya atau kau harus merelakan Park Jimin terbunuh di tanganku!"

"Jiminnie Hyung."

Mata Jimin terbuka saat melihat Sung Woon berdiri di sebelahnya.

"Hyung tidur, ya? Aku baru saja datang membawa makanan dari luar."

"Sung Woon..." suara Jimin tercekat, bergetar seolah ingin menangis tetapi dia ingat kalau dia tidak boleh ketahuan lemah di depan adiknya. "Kau ke sini dengan siapa?"

"Itu, Tuan yang menyelamatkanmu." Sung Woon berujar. "Dia menjemputku lalu mengantarku ke sini untuk menemuimu."

"Apa dia ada di sini?" Tanya Jimin.

"Sepertinya masih di sini. Katanya dia mau pergi bekerja setelah bertemu denganmu."

Jimin menelan ludahnya kasar. Dia lalu bangkit untuk duduk di tepi brankar. "Hyung mau berbicara dengannya."

"Ah! Kalau begitu biar aku panggilkan. Tunggu sebentar, Hyungie."

Pada akhirnya Sung Woon keluar, memanggil Yoongi untuk masuk ke dalam dan akhirnya berbicara dengan Jimin secara empat mata.

Mugunghwa || VKook [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang