17 || Mari Mulai

1.7K 247 6
                                    

Sehari berlalu pasca operasi dan lima hari berlalu setelah insiden penusukan Jungkook. Karena Ahreum sempat memvideokan kejadian itu di ponselnya sebelum Seokjin datang dari pasar, gadis itu diberi imbalan uang yang sangat banyak oleh Kim Taehyung. Kemudian, Jeon Jungkook tidak diperkenankan memegang stand tteokbokki dan kini Seokjin yang mengambil alih. Taehyung juga sudah membeli sebuah tempat untuk dibangun menjadi kafe kecil selain menjual tteokbokki, dengan Kim Seokjin sebagai manager kafe dan Ahreum sebagai tangan kanannya. Dia juga meminta Seokjin merekrut beberapa orang yang membutuhkan pekerjaan part time. Karena masih dalam tahap renovasi dan Seokjin masih belajar tentang tata cara memegang kendali sebuah restoran/kafe dari Namjoon, maka pembukaan kafe itu ditunda selama beberapa waktu. Ahreum juga lebih bisa meluangkan waktu untuk fokus pada kegiatan sekolahnya dan sekali-kali menraktir teman-teman dekatnya.

Perkara video itu, Taehyung menyimpannya sebagai bukti untuk menjatuhkan Jo Hanna ke pengadilan hukum saat Jeon Jungkook sudah siap menjadi saksi. Taehyung berpikir membiarkan mereka mencari cara untuk memenangkan tuntutan perkara adalah hal yang bagus. Sebab, Taehyung juga membutuhkan bukti-bukti yang kuat. Min Yoongi bahkan berkata jika mereka sedang mengambil atensi publik supaya publik percaya bahwa Jeon Jungkook bersalah. Untungnya, selama Jungkook bersamanya, Taehyung tak memperbolehkan Jungkook menonton televisi maupun mengoperasikan ponsel. Akibatnya sangat fatal jika Jungkook sampai tahu berita itu. Dia akan semakin depresi dan Dokter Oh mengatakan bahwa Jungkook bisa bunuh diri.

"Sudah dua hari aku di rumah sakit." Ujar Jungkook. "Perutku dioperasi?"

"Iya." Taehyung melipat koran yang selesai dia baca, meminum teh dari cangkir yang tersedia lalu membenarkan kacamatanya yang bertengger apik di hidung. Dia duduk di sebuah kursi dengan kaki menumpu satu kaki yang lain, sementara Jungkook tidur bersandar pada brankar yang sudah dinaikkan sedikit. "Aku mau izin. Ada masalah di stasiun. Barang yang seharusnya diselundupkan ternyata dicuri oleh pejabat lain. Aku harus membereskannya."

Jungkook mengembuskan napas. Denting jam, suara cairan infus yang menetes, napasnya yang memburu dalam selang oksigen, dan suara elektrokardiografi yang menggema di ruangan menambah kesan sunyi. Mereka berisik, tetapi Jungkook merasa sepi. "Apa sebelumnya... kau pernah membunuh orang?"

Kernyit di dahi Taehyung langsung muncul. "Kenapa kau bertanya seperti itu?"

"Jawab saja..." lirih Jungkook.

"Ya." Taehyung membasahi bibirnya sekilas. "Beberapa kali, dengan pistolku."

Jungkook menelan ludahnya. "Kau mau berangkat jam berapa?"

"Jam satu. Kupastikan aku akan pulang sebelum subuh." Taehyung berujar sembari melirik jam tangan bermerk Gucci di lengannya. "Sayang, kenapa kau bertanya apa aku pernah membunuh orang atau tidak? Apa kau bermimpi buruk?"

Jungkook menggeleng. "Pulanglah dengan selamat kalau begitu. Jangan sampai kau melukai orang. Lalu... aku mohon jangan membawa bau darah ke sini. Itu menggangguku..." Jungkook mengepalkan tangannya di atas perutnya.

Taehyung bangkit, mendekati Jungkook kemudian mengecup kening Jungkook. "Tentu, Sayang. Aku akan mengingat ucapanmu. Kalau ada sesuatu segera hubungi aku."

"Aku tak akan mengganggu waktu kerjamu. Tapi apa kau tak lelah? Pagi hari kau bekerja di bawah sinar yang terang, di malam hari kau bekerja di dalam gelap. Jangan sampai jatuh sakit. Aku berjanji akan sembuh secepatnya."

Mata binar Jungkook mengisyaratkan bahwa pria itu benar-benar khawatir akan kondisi Taehyung. Pria itu tersenyum, mengangguk. "Aku tak akan jatuh sakit. Aku akan pulang dengan selamat. Aku tak memintamu untuk cepat sembuh. Dokter Oh mengoperasi perut dan tulang kakimu sekaligus, jadi semuanya perlu waktu pemulihan. Lambat atau cepat, aku akan terus menunggumu sampai sembuh; sampai kau bersedia menjadi saksi di persidangan, sampai kau terbebas dari Taehun."

Mugunghwa || VKook [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang