Twice - Behind The Mask
°•°
Acara pernikahan Dahyun dan Nayeon digelar dengan begitu mewah dan megah. Kedua belah pihak keluarga besar mempelai serta tamu dari kalangan atas memenuhi Ballroom Hotel. Acara berlangsung secara khidmat dipimpin oleh seorang Pendeta.
Dahyun mengucapkan janji sucinya setengah hati tak ikhlas karena wanita yang dinikahinya bukanlah wanita yang dicintainya. Nayeon hanyalah pelarian disaat dirinya tak mendapat apa yang diinginkannya dari Sana.
Jiso menangis antara bahagia dan sedih. Bahagia melihat anak pertamanya telah menikah tapi sebagian hatinya merasa resah karena wanita yang dinikahin Dahyun bukanlah Sana, wanita yang selama ini dicintai oleh anaknya.
Jiso sudah menilai perangai Nayeon sejak menjadi Sekretaris Dahyun. Wanita yang baik hati, sopan dan pekerja keras. Tapi, yang menjadi pertanyaan utamanya adalah apakah pernikahan keduanya akan bertahan mengingat mereka menikah karena insiden? Rasanya sesak sekali membayangkan jikalau masalalu terjadi untuk kedua kalinya.
"Ada apa, Sayang? Malam ini kau tampak gelisah sekali?" Tanya Lay lembut sambil mengelus sayang bahu istrinya.
Jiso menggeleng lemah, menghapus pelan airmatanya memakai tisu "Aku hanya sedang memikirkan nasib pernikahan mereka berdua kedepannya. Aku takut apa yang pernah aku alami terjadi kepada pernikahan mereka dan membuat Nayeon merasakan seperti yang aku rasakan dulu!"
Lay merubah posisi istrinya menghadap kepadanya. Tangannya mengelus lembut rambut dan bahu Jiso. Matanya menyorot tajam namun penuh ketulusan mata sendu sang istri "Jangan berkata seperti itu. Setiap manusia punya takdir masing-masing yang sudah diatur oleh Tuhan. Mungkin dulu kau hanya kurang beruntung saja bertemu pria brengsek itu dan berakhir tak bahagia"
Jiso menggeleng lelah, memori otaknya kini berputar kembali mengingat suatu kejadian dimasalalunya "Darah pria brengsek itu mengalir deras didalam nadi anakku! Aku takut Dahyun mengikuti jejaknya!" Ucapnya lirih.
Lay menggeleng lalu memeluk erat tubuh mungil istrinya "Dahyun adalah anakku! Darahku yang mengalir deras didalam nadinya bukan darah pria lain! Dahyun pasti akan sama seperti aku yang setia kepada istrinya dan selalu setia mencintai keluarganya!!!"
Jiso terkekeh geli mendengar suaminya memuji dirinya sendiri. Tapi, perkataan Lay memang benar adanya dan semoga saja Dahyun bisa mengikuti sifat suaminya. Pria setia yang sangat mencintai keluarganya. Asalkan Dahyun tak mengikuti sifat kasar Lay. Bisa-bisa nanti anak Dahyun akan ada satu yang mengikuti jejak nakal Tzuyu.
"Ini acara pernikahan bukan acara peluk-pelukan wahai tua bangka!" Gerutu seorang pria tampan yang memakai tuxedo mahal.
Lay melepas pelukannya lalu menoleh. Ternyata anak nakalnya, si penganggu. Lay pun hanya menatap Tzuyu acuh tak acuh sambil menebar kemesraannya dengan Jiso yang malam ini sangat-sangat cantik.
Jiso terkekeh geli melihat tingkah suaminya yang menampakkan sifat dominan dan posesifnya "Dimana Nenekmu?" Tanyanya setelah menghapus airmatanya.
Tzuyu menunjuk keberadaan Neneknya memakai dagu tanpa melepas tatapan matanya yang begitu tajam dari sang Ayah "Kau yang membuat Mommy menangis?" Tanyanya penuh kecurigaan.
"Bukan Ayahmu, Nak. Ibu menangis karena bahagia melihat Kakakmu sudah menikah!" Jiso mengelus pelan dada bidang Tzuyu. Bisa gawat kalau suami dan anaknya bertengkar hanya karena dirinya menangis mengingat masalalu "Jadi, kapan kau menyusul?" Tanyanya dengan kedipan mata menggoda.
Tzuyu memicingkan matanya tak percaya atas jawaban Ibunya "Menikah itu merepotkan, Mom!"
"Bagaimana bisa anakmu itu menikah jika yang ada diotaknya hanya uang dan uang!" Ucap Lay acuh tak acuh.
Tzuyu mendengus kesal. Jiso tertawa terbahak-bahak sehingga mereka bertiga kini menjadi pusat perhatian semua tamu undangan. Keluarga yang bahagia bukan?
Acara pemberkatan pun selesai dan para tamu undangan segera dipersilahkan untuk menikmati hidangan.
Tzuyu keluar dari Ballroom menuju ke taman Hotel. Namun matanya menangkap penampakan yang begitu menyedihkan, sungguh hati kecilnya tersentil sedikit melihat manusia yang sedang mengintip sambil menangis tanpa suara.
"Jangan menangisi apa yang tidak menjadi takdirmu! Itu hanya akan sangat menyiksa hatimu!" Celetuk Tzuyu setelah berdiri disisi si penguntit.
Si penguntit tak bersuara ataupun bergerak dari posisinya. Matanya fokus menatap seorang pria yang begitu dicintainya, yang telah menghianati cinta tulusnya. Hatinya hancur lebur melihat senyum bahagia si pria bersama pasangannya.
Tzuyu mendengus kesal "Ikut aku!"
Tzuyu menyeret si penguntit menuju ke tempat duduk yang berada ditaman Hotel. Mendudukkan si wanita cengeng secara paksa disampingnya.
"Look at me!"
Tak ada respon
"Sana Noona! Lihat aku!" Teriak Tzuyu sekali lagi.
Sana kembali tak memberi respon. Tatapan matanya kosong. Hanya airmatanya yang semakin deras berjatuhan membasahi telapak tangan Tzuyu yang sedang mengenggam tangan mungilnya.
Tzuyu menghela napas kasar lalu menarik Sana ke dalam pelukannya. Berharap wanita cengeng itu mau berkeluh kesah kepadanya. Rasanya tidak tega sekali melihat seorang wanita menangis, apalagi hanya karena pria brengsek seperti Kakaknya.
"Keluarkan suara tangismu agar hatimu terasa lega setelahnya!" Bisik Tzuyu sambil mengelus pelan punggung Sana. Bukannya tidak sopan menyentuh wanita yang tak punya ikatan dengannya tapi sepertinya kali ini Sana butuh elusan. Mungkin!
Sana pun langsung menangis keras, mengeluarkan seluruh rasa sakitnya lewat airmata.
Dahyun mematung kaku dipojok taman melihat Sana menangis didalam pelukan Tzuyu. Hatinya remuk tak tersisa karena tak bisa berbuat apa-apa untuk menyelamatkan cintanya dan cemburu buta melihat adiknya memeluk wanitanya.
"Aku mau pulang!" Cicit Sana lirih "Lepaskan pelukanmu!"
"Ahhh... Ini sangat nyaman" Gumam Tzuyu mengeratkan pelukannya. Kaki kanannya kini melingkar dipinggang ramping Sana.
Dahyun mengepalkan kedua tangannya kuat-kuat. Jika Tzuyu bukan adiknya mungkin saja kedua kepalan tangannya sudah meluluhlantakkan wajah Tzuyu.
Sana mendorong kuat tubuh kekar Tzuyu sehingga pelukan mereka terlepas "Dasar brengsek, mengambil kesempatan dalam kesempitan!" Maki Sana lalu beranjak dari duduknya.
"Heee??? Apa maksudmu? Bukannya tadi kau menikmati pelukanku?" Tanya Tzuyu mendongak menatap heran Sana.
Sana memutar bola matanya kesal. Mengambil beberapa lembar tisu dari dalam tasnya lalu membersihkan airmatanya. Setelahnya, Sana melemparkan tisu tersebut tepat diwajah Tzuyu.
"Hei! Kau jorok sekali! Buehhhkkk... Asin!" Tzuyu meludah beberapa kali karena tisu yang dilempar oleh Sana penuh airmata mengenai bibirnya.
Sana terkekeh geli kemudian meninggalkan Tzuyu. Entah kenapa hatinya langsung baik-baik saja setelah menangis dipelukan Tzuyu. Rasanya nyaman saat menghirup aroma tubuh pria brengsek itu.
"Hey! Hey! Wanita cengeng, tunggu aku!"
Tzuyu berlari mengejar Sana yang berjalan santai padahal tadi wanita itu baru saja menangis keras karena patah hati melihat pria yang dicintainya menikah dengan wanita lain. Wanita aneh!
Sana melambaikan tangannya ke belakang acuh tak acuh. Langkahnya begitu ringan begitupun dengan hatinya. Senyum manis pun tercipta disudut bibirnya.
Dahyun mengerang marah melihat Tzuyu dan Sana bercanda dikejauhan sana.
"
JANGAN LUPA VOTE 😉😘
Maaf baru up soalnya lagi sibuk kerja plus puasa 😁😜

KAMU SEDANG MEMBACA
Love Feeling
RomanceREAL STORY If A Mate Is Hard To Bend "Aku hanya ingin disetiap kau melangkah ada hasratmu untuk kembali demi aku yang mencintaimu"