PART 5

2 1 0
                                    


Jam menunjukkan pukul 11 siang, namun hujan belum juga reda. Abi yang merasa rani nyaman berada dipelukannya pun tersenyum.

Tidak pernah ia sepeduli itu kepada seorang perempuan, namun semenjak ia berada di café dekat lampu merah tempat rani dan ayahnya berada, hati dia peduli Ketika ia melihat perlakuan ayah rani kepada rani.

Ia dan temannya melihat semuanya, kemudian ia mengajak 2 orang temannya untuk membantu. Lalu disinilah ia berada bersama rani. Sungguh, ia tidak faham dengan jalan fikiran ayah rani itu.

Kenapa ia tega mempermalukan anaknya sendiri di jalan umum. Sungguh, mengingat bagaimana wajah rani yang ketakutan tadi, ia ingin langsung berlari dan membawa rani saja. Ia tidak tega.

Karena asik dengan fikirannya, ia sampai tidak merasa bahwa hujan sudah reda. "Eunghhh kak, engap" ucap rani berusaha keluar dari pelukan abi karena merasa engap.

"Eh iya maaf dek. Lho hujannya udah reda. Gimana? Masih pusing?" Tanya abi memastikan keadaan rani

"Alhamdulillah, udah mendingan kak, makasih ya. Maaf tadi !" ucap rani merasa tidak enak sudah merepotkan abi

"Hustt gpp dek, yaudah yuk pulang. Ini masih mendung, takutnya hujan lagi." Ajak abi kepada rani, tidak lupa ia memberikan usapan dikepala rani yang terbalut jilbab itu

"Iya kak" ucap rani menuju ke motor abi karena ia merasa tidak enak hati berada di deka tabi

Abi menyusul rani lalu ia menaiki motornya, tak lupa ia membantu rani untuk menaiki motornya yang tinggi karena rani merasa kesusahan.

Setelah dirasa rani sudah nyaman berada di atas motornya, ia menghidupan motornya lalu melenggang pergi mengantarkan rani untuk pulang. Selang beberapa menit mereka sampai di halaman rumah rani yang sederhana itu, kemudian rani turun dari motornya dan menghadap ke arah abi.

"Kak Abi, makasih banyak ya. Maaf udah banyak ngerepotin tadi. Kalau gk ada kak Abi, aku gk tau nasib aku sama ayah tadi. 

Sekali lagi makasih ya kak, tolong sampaikan ucapan maaf dan terima kasih aku ke temen kak abi tadi" Ucap rani tulus kepada abi. Ia merasa sangat berhutang budi kepada abi dan teman-temannya.

"Sama – sama dek manis , cepet sembuh ya.. wajah kamu pucat itu. Istirahat yang cukup. Yang tadi jangan difikirin!" ucap abi sembari tersenyum kea rah rani

"Iya kak makasih, eh iya mau mampir gk kak? Didalem ada mama aku!" tawar rani kepada abi. Namun ia berdoa supaya abi tidak meng iyakan ajakannya. Ia ingin segera istirahat.

" Enggak dek, lain kali saja ya. Kamu harus cepet-cepet istirahat. Aku pulang dulu ya dek, Assalamualaikum" ucap abi menolak ajakan rani lalu pamit untuk undur diri

"Alhamdulillah peka dia" batin rani bermonolog

"Emm iya kak, hati-hati dijalan. Waalaikum salam" Balas salam rani. Setelah dirasa abi sudah hilang dari pandangan, rani memasuki rumah dengan mengucapkan salam

"Assalamualaikum mah" salam rani memasuki rumah

"Waalaikum salam, kok udah pulang mbk? Tadi itu siapa? " tanya mama rani bertubi-tubi, karena ia melihat rani di antar pulang oleh seorang pemuda yang asing baginya. 

Tidak biasanya anaknya itu pulang di antar selan ayah atau sepupu laki-lakinya.

Rani menjelaskan semua pada mamanya, mulai dari ia pinsan saat upacara sampai ia diantar pulang oleh abi. Terkecuali Ketika ia berada di rs, ia tidak menceritakan pada ibunya.

"Sabar ya mbk, ayah emang seperti itu. Kalau gitu cepat ganti baju gih, makan, minum obatnya, trus istirahat. " ucap sang mama kepada anak perempuannya itu

Takdir RANINDIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang