Tidak terasa sudah hari Rabu, pagi ini adalah jadwal rani untuk chek-up ke dokter ela.
Kemaren, ia diingatkan oleh dokter yang merangkap sebagai guru di sekolahnya itu, ia bernama Fadhiah Ayu Ningrum, seorang perempuan yang berparas cantik, memilliki kulit yang putih bersih, tinggi.
Intinya pasti diidam idamkan oleh kaum adam deh. Disekolahnya saja, banyak pak guru ataupun murid laki-laki yang tertarik pada dokter guru cantik itu. Sudah cantik, penyabar pula. The best emang!!
Rani pergi ke rumah sakit pukul 3 sore dengan menaiki angkot. Mamanya tidak tau jika rani pergi ke rumah sakit. Setahunya, rani pergi untuk kerja kelompok kerumah teman sekolahnya. Karena rani ijin kepada mamanya seperti itu.
Awal memasuki rumah sakit, bau obat-obatan sudah menyerang indra penciumannya. Banyak orang yang berlalu lalang, membuat rani menjadi sedikit takut.
Rani adalah tipe seseorang yang introvert, ia tidak mudah bergaul dengan orang asing, dan juga tidak suka keramaian seperti tempat yang ia datangi sekarang.
Setelah sampai di depan ruang praktik dokter ela, ia mengambil nomor antrian terlebih dahulu. Ia bingung harus mulai dari mana, karena ini adalah baru pertama kali menginjakkan kaki di rumah sakit.
Tak jarang, banyak orang yang melihat ke arah dia.Mungkin mereka bertanya-tanya. Kenapa seorang remaja perempuan berada di kursi tunggu khusus penanganan kanker? Sendiri pula, kemana orang tuanya, kemana temannya? .
Rani menghiraukan tatapan bertanya-tanya yang dilontarkan ke arah dia.
Dia kesini, hanya niat ingin melihat bagaimana perkembangan kanker yang bersemayam di rahimnya.
Tidak, dia tidak ada niatan untuk berobat. Karena jika ia berobat, ia akan mendapatkan biaya dari mana? Sungguh ia tidak ingin merepotkan siapa-siapa."Nomor ururt 15, Ranindia Putri Rahayu" Nomor urut terakhir dan nama rani sudah dipanggil oleh perawat.
Saatnya ia masuk ke ruangan dokter ela.
Tak lupa ia mengetuk pintu terlebih dahulu
Tok tok tok
Setelah mendapatkan sahutan dari dari dalam ruangan, ia pun masuk
"Ranindia ya? Murid dokter dhiah?" tanya dokter ela kepada rani."Iya dokter" jawab rani disertai senyuman canggung.
Rani menjalani beberapa pemeriksaan serta tes yang dilakukan untuk memantau perkembangan kanker yang tumbuh di dinding Rahim rani."Dek, kamu yakin tidak mau operasi untuk pengangkatan sel kangkernya? Saya takut jika sudah memasuki stadium 3, maka akan lebih sulit untuk di angkat."
Tanya dokter ela untuk menanyakan lebih lanjut, bagaimana keputusan rani untuk kankernya.
"Insya allah saya kuat dokter, saya akan berusaha semaksimal mungkin untuk melawan kanker yang ada ditubuh saya ini.
Bukankah dengan mengikuti kemoterapi gratis yang dokter bilang, sedikit demi sedikit kanker yang ada ditubuh saya akan hilang" jawab rani meyakinkan. Sejujurnya ia takut jika harus mengikuti kemoterapi ini. Karena efek yang ditimbulkan pun cukup besar.Seperti rambut rontok, berat badan menurun, dan lain-lain. Tapi, jika tidak mengikuti kemoterapi ini, bagaimana bisa ia sembuh selain tidak operasi.
"Ya sudah kalau begitu, saya tidak mau memaksakan keputusan kamu. Ini saya resepkan obat penghilang rasa sakitnya ya.. kamu tidak perlu menebusnya, karena saya sudah menebusnya untuk kamu" ucap dokter ela disertai senyuman tulus yang terbit dari wajah manisnya itu
"Terima kasih banyak dokter, saya tidak tau harus berucap apa lagi karena kebaikan dokter. Sekali lagi terima kasih dokter" Rani mengucapkan terima kasih yang sangat amat besar untuk dokter ela, hingga tidak terasa ia menangis karena merasa terharu.
"iya sama-sama. Udah nih, diambil obatnya. Jangan lupa jadwal kemoterapinya dilakukan minggu depan ya. Selama itu, kamu harus bener-bener jaga pola hidup yang sehat , Jangan kecapean, istirahat yang cukup" ucap dokter ela mengingatkan
"Sekali lagi, saya ucapkan terimakasih dokter. Saya pamit dulu" Ucap rani berpamitan kepada dokter ela dan dibalas anggukan serta senyuman.
Disaat rani ingin membuka pintu, seseorang sudah terlebih dahulu membukanya dari luar.
"Bundaaaaa aku tadi keee... " ucapan seseorang itu terhenti ketika melihat seseorang yang ia kenal berada di depannya.
"Lho Dek Rani" Ucap dia lanjut dengan keterkejutannya.
Sementara Rani juga ikut terkejut berhadapan dengan seorang yang ia kenal, baru saja membuka pintu dengan tiba-tiba.
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir RANINDIA
RandomHarap bijak dalam membaca ya. Isi dalam cerita ini mengandung 17+ Sebelum membaca, harap follow dulu ya!! Tak kenal maka tak?😉