Sang Rasul Jalanan part 5

5 0 0
                                        

Nophi baru saja selesai Ibadah Misa. Ia pulang ke rumah duduk di sofa ruang tamu. Ia meletakan buku nyanyian madah bakti diatas meja. Menarik nafas panjang lalu menghembuskannya. Pagi itu Paman dan Bibinya tidak ada di rumah. Ia bisa sedikit lebih santai dengan menonton acara televisi di ruang tamu. Kalau Paman dan Bibinya di rumah, Nophi tidak bisa sesantai itu. Paman dan Bibinya akan langsung mengganti acara musik yang sedang di tayangkan. Maklum saja mereka benar-benar anti dengan musik. Menurut mereka musik adalah budaya orang kafir.

Setelah bosan melihat tayangan di televisi, Nophi masuk ke dalam kamarnya. Ia meninggalkan buku madah bakti itu di atas meja ruang tamu. Cukup lama Nophi berada di dalam kamarnya. Tanpa ia sadari Paman dan Bibinya sudah pulang.

Terdengar suara orang mengetok pintu kamarnya dengan keras. Nophi membuka pintu kamarnya. Di depannya Pamannya berdiri dengan membawa buku madah bakti miliknya yang ia tinggalkan di meja ruang tamu. Wajah Pamannya merah padam.

"Buku ini milik siapa?!"

Nophi tidak berani menjawabnya, Ia hanya menundukkan kepalanya. Ia bahkan tak berani menatap wajah Pamannya. Adrenalin Nophi terpacu.

"Kali ini aku pasti tamat," ucap Nophi dalam hatinya.

"Kenapa kau diam saja?! Aku tanya buku orang kafir ini milik siapa?!"

Lalu Pamannya mulai membuka buku itu. Di halaman paling depan ia melihat nama Nophi tertulis di lembaran depan buku itu.

"Katakan padaku! Apa kamu sudah murtad!"

"Aku tidak murtad, aku memilih keyakinanku sendiri, agama yang membuatku lebih damai!

"Tarik kembali ucapanmu! Hanya Islam lah yang membawa damai! Tidak ada agama lain di dunia ini yang lebih benar dan baik dari Islam!"

"Kebenaran dan kebaikan itu relatif! Tergantung oleh siapa dan dari sudut pandang apa itu dilihat!"

Mendengar Nophi mulai berani menjawab kata-kata Pamannya, Pamannya mulai naik pitam. Ia menyeret Nophi keluar kamar. Lalu membawanya ke ruang tengah. Disana ada Bibinya yang sudah menunggunya.
"Istigfhar Nophi, apa kamu sadar dengan apa yang kamu lakukan?" ucap Bibinya lembut.

"Aku sepenuhnya sadar. Aku tidak membunuh, aku tidak menipu dan aku tidak melukai orang lain. Jadi apa yang salah dengan diriku?"

"Kamu murtad Nophi, ingat tidak ada surga untuk orang-orang yang murtad."

"Surga? Apa Bibi dan Paman pernah melihatnya?"

"Astaghfirullah Nophi! Kamu sudah kerasukan jin kafir!" teriak Pamannya.

"Tidak Paman, aku sepenuhnya sadar dan tidak sedang kerasukan apapun. Aku menemukan hidayah di dalam agama baruku ini. Aku merasakan kedamaian yang sejati dalam diriku."

"Kedamaian macam apa yang kamu cari! Ingat Nophi tidak ada kedamaian sama sekali di dalam kekafiran! Mereka ragu-ragu dengan apa yang mereka yakini. Mereka gelisah."

"Tidak Paman, aku sama sekali tidak ragu dan aku tidak gelisah. Sampai saat ini aku yakin dan aku sudah merasakannya sendiri. Hanya Tuhan Yesus lah satu-satunya jalan keselamatan dan hidup."

"Jadi kamu mau bilang tidak ada keselamatan di dalam agama Islam!"

"Bukan begitu Paman, Agama baruku ini mengajarkan, bahwa Tuhan berkarya lewat berbagai macam hal, bahkan Tuhan juga bisa berkarya lewat agama Islam. Yang terpenting adalah tiap pribadi manusia mengenal kasih dan berbuah dalam kasih itu, sebab Tuhan adalah kasih."

"Kalau begitu kenapa kamu tidak tetap tinggal di dalam agama Islam saja?" ucap Bibinya.

"Tidak bisa Bibi, sebab Tuhan sudah menyapaku secara langsung. Lagi pula untukku secara pribadi, aku tidak menemukan kasih di dalam diriku saat aku memeluk agama Islam. Aku tidak menemukan kedamaian sama sekali ketika aku masih seorang Muslim."

Sang Rasul Jalanan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang