Sang Rasul Jalanan part 6

3 0 0
                                    

Harusnya cinta itu tidak melukai. Cinta juga tidak membuatnya sakit hati. Namun apalah itu cinta? Manis mulutnya busuk lakunya. Apalah itu cinta yang murni antara dua orang manusia? Lenyap sudah semua harapan juga cinta.

Tak ada kabar,

Sama sekali tak ada kabar,

Lelaki itu seperti hilang ditelan langit dan bumi. Manis senyumnya dan tampan rupanya bukan jaminan seorang untuk setia dan bertanggung jawab. Kalau begitu kenapa dia mengungkapkan cintanya?

Veronica menangis di dalam kamarnya. Air matanya tak berhenti menetes keluar. Ia tak tahu dimana lagi ia harus mencari kekasihnya. Ia sudah mulai putus asa. Semuanya mendadak gelab. Ia tak pernah terpikirkan akan ditinggal begitu saja. Setidaknya ia memberinya alasan.

Mungkin Nophi sudah bosan dengannya? Hingga ia pergi begitu saja tanpa memberi kabar. "Ah, Tuhan sedang cemburu mungkin," ucap Veronica di dalam hatinya. Ia tidak bisa membohongi dirinya sendiri. Memang faktanya rasa cintanya pada Nophi lebih besar ketimbang rasa cintanya pada Tuhan.

Untuk sekejap saja Tuhan membuat Veronica sadar. Ini semua tentang prioritas hidupnya. Mana yang lebih penting. Cintanya pada Nophi atau cintanya pada Tuhan. Tapi ini semua cuma asumsi saja. Lagi pula Veronica tidak pernah mendengar Tuhan berkata langsung padanya. Atau mungkin ia yang kurang peka.

Kalau dipikirkan terus rasanya semakin sakit saja. Padahal Veronica sudah memberikan semuanya. Ia benar-benar tulus mencintai Nophi. Apakah ketulusannya benar-benar berbuah hal yang pahit seperti ini?

"Semua laki-laki kalau dikasih hati pasti akan meminta lebih! Semua laki-laki sama saja. Baik di luar busuk di dalam."

Tuhan memberinya sebutir pil pahit dalam hidupnya, dan Veronica tidak menolak meminumnya. Sama seperti Bunda Maria saat mendapati dirinya hamil sebelum menikah. Kejadian ini benar-benar membuat Veronica sadar. Hasrat dan cinta saja tidak cukup. Diatas segalanya haruslah kepentingan Tuhan yang didahulukan. Meskipun itu orang yang paling kita cintai, rasa cinta kita pada mereka harusnya tidak  lebih besar dari rasa rasa cinta kita pada mereka harusnya tidak  lebih besar dari rasa cinta kita pada Tuhan. Tuhan memang adalah kasih, memang kasih itu tidak cemburu, kasih juga murah hati. Tentu itu dari sisi Tuhan. Namun dari sisi manusia, ketika kita mencintai segala hal di dunia ini melebihi cinta kita pada Tuhan, kita telah mengkhianati Sang Pemilik Cinta Sejati.

Pil pahit itu membawa Veronica ke jalan spiritual menuju Tuhan. Entah kenapa kekecewaannya pada sosok Nophi membawa Veronica dekat dengan Tuhan. Meski dalam dirinya ia kehilangan rasa percayanya pada laki-laki. Pada akhirnya hal itu lah yang memaksa dia untuk menengok ke Tuhan.

Sedikit rindu memang, ah bukan sedikit lagi. Memang ia sangat rindu pada Nophi. Tapi mau bagaimana lagi jika Sang Pemilik Cinta tak merestui. Ia tentu berhak menarik cinta itu kapan saja sesuka hati, sudah pasti karena Ia yang berkuasa atas seluruh cinta di alam semesta ini.

Hambar sudah rasanya. Mana bisa Veronica menjalin ikatan cinta lagi dengan laki-laki selain Nophi. Nophi sudah merogoh tulang rusuknya dan menarik serta memotong jantung hatinya. Mungkin Nophi masih menyimpannya. Atau mungkin juga laki-laki itu membiarkan dirinya menerima luka.

Menangis saja percuma. Menangis memang dapat mengurangi rasa sesak di hati. Tapi menangis tak dapat mengubah keadaan apapun. Bunda Maria pun menangis saat melihat Tuhan sekaligus putranya terpaku dikayu salib. Apa salahnya wanita menangis? Tentu salah, bukan pada menangisnya tapi pada apa yang kita tangisi. Percuma menangisi hal yang fana dan tak berarti. Percuma menangisi laki-laki yang pergi, anggap lah saja ia tak tahu diri.

Tapi...

Apa jangan-jangan Nophi pergi karena salahnya? Jika iya, maka pantaslah Veronica menangis. Bukan menangisi kepergiannya, tapi menangisi kebodohannya yang membuat laki-laki yang ia cintai pergi. Sebab kalau cinta harusnya tak memberikan luka. Kenyataannya Nophi tetap pergi  begitu saja.

Sejak saat itu Veronica berjanji dalam hatinya. Sebelum ia memutuskan mencintai seorang laki-laki, terlebih dulu ia harus belajar mencintai Tuhan dari sosok Bunda Maria.Tekatnya itu membawa perjalanan spiritual panjang dalam hidupnya. Ia menjelajahi goa Maria. Mencari keheningan dan ketenangan batin dari Sang Bunda Perantara. Meneladani hidupnya. Mengenalnya lebih dekat lagi. Belajar mencintai tanpa pamrih. Belajar menerima keadaan. Belajar untuk kuat dalam keadaan apapun. Belajar mengenal Tuhan.

Sejak awal bukankah ia memang sendirian? Lalu apa yang membuat Veronica sangat kecewa? Tentu satu hal saja, karena ia terlalu mencintai Nophi.

"Kalau Tuhan menghendaki, biarlah aku dipertemukan lagi dengan dia. Sebab aku benar-benar mencintai. Namun jikalau tidak dipertemukan kembali. Biarlah Tuhan sendiri yang menuntunku kemana langkah kakiku ini membawa aku pergi."

Veronica berlutut dihadapan patung Bunda Maria. Ia tahu Bunda Maria tidak akan berhenti mendaraskan doa untuknya dari Surga. Jemarinya menggenggam Rosario. Mulutnya tak berhenti mendaraskan doa salam Maria.

Cinta yang akan membawanya dalam kekudusan hidup. Itulah yang ia cari sekarang. Bukan cinta yang semu yang membawanya kedalam kekecewaan. Itulah cinta duniawi yang fana.

"Andai saja aku tidak pernah bertemu dengan Mas Nophi. Mungkin perasaan kecewa dan sakit hati ini tak akan pernah aku rasakan."

Tuhan menyiapkan ribuan jalan. Manusia diberi kehendak bebas untuk memilih jalan mana yang akan ia tempuh selama hidupnya. Namun jangan sampai manusia menyimpang dari jalan-jalan yang sudah disiapkan Tuhan. Kehendak daging membawa penderitaan, namun kehendak Tuhan akan membawa manusia ke dalam hakikat cinta yang sejati.

Memang cinta Veronica pada Nophi tidak salah. Tapi ketika ia mulai kehilangan Tuhan karena cinta itu, itu lah yang salah. Maka tangan Tuhan sendirilah yang akan menampar pipi anak-anakNya yang mulai melangkah jauh dari kediamanNya.

Perlahan Veronica mulai menyadari arti dari semua kejadian yang ia alami. Tuhan sayang padanya, ini semua hanya cambuk kecil saja. Agar Veronica sadar kalau Tuhan lah sang pemilik cinta sejati. Hanya dariNya lah cinta sejati berasal.
Dan jika Nophi memang dikehendaki Tuhan untuk diberikan kepadaNya, maka segala kehendakNya terjadilah. Upaya manusia untuk mencintai adalah sia-sia jika landasannya bukanlah Tuhan melainkan ego dan nafsu duniawi.

Veronica paham bahwa ia harus menyerahkan segalanya pada Tuhan. Terserah Tuhan saja pada akhirnya. Jika Tuhan berkehendak mempertemukan ia kembali dengan Nophi kekasih hatinya maka terjadilah. Lagi pula ia tahu satu hal yang pasti, Tuhan tidak akan pernah membawa dia kearah yang buruk.

Sang Rasul Jalanan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang