Hari ini adalah hari dimana Nophi mengambil langkah besar di dalam hidupnya. Tanpa sepengetahuan keluarganya, ia mengajukan permohonan pendidikan calon baptis di Gereja.
Sebuah gedung Gereja Katolik megah dibangun di sudut kota Solo yang asri. Tempat dimana Nophi akan melakukan pendidikan calon baptisnya. Tentu saja semua itu tidak diketahui oleh keluarga Nophi. Nophi benar-benar menemui kesulitan. Karena ia benar-benar harus mendapatkan izin dari walinya. Tentu saja itu tidak mungkin.
Seorang laki-laki tua datang menemuinya. Matanya berbinar seolah sedang melihat satu barang berharga miliknya yang sudah lama hilang. Lalu laki-laki tua itu mengajak Nophi masuk ke ruangannya.
"Saya Romo Paulus, ada yang bisa saya bantu?"
Nophi agak kaget, selama ini Nophi hanya melihat Romo memimpin Ibadah Misa dari bangku umat paling belakang. Kini Pastor Katolik itu ada dihadapan Nophi. Nophi agak gugup dan cara bicaranya mulai terbata-bata.
"Saya ingin dibaptis Romo," ucap Nophi.
"Apa kamu sudah minta izin pada orangtuamu?"
Nophi menggelengkan kepalanya.
"Kenapa?"
"Saya takut Romo," ucap Nophi.
"Gereja Katolik itu terbuka untuk siapapun. Siapapun orangnya dari latar belakang apapun, Gereja Katolik akan menerimanya. Iman Katolik itu iman yang universal. Kristus datang untuk menyelamatkan semua orang, bukan sekelompok orang saja."
"Lalu apakah orang seperti saya diterima?"
"Tentu," jawab Romo Paulus sambil tersenyum.
"Siapa namamu?"
"Saya Nophi Wahyu Hidayat," ucap Nophi.
"Datanglah lagi kemari besok, saya yakin Tuhan pasti memberi jalan untuk orang-orang yang sudah dipanggilnya."
Nophi kemudian izin meninggalkan ruangan. Ia memutar otak, bagaimana caranya agar Paman dan Bibinya mau memberikan izin. Nophi mulai frustasi. Mana mungkin ia bilang pada Paman dan Bibinya kalau ia mau pindah agama.
Akhirnya muncul ide cemerlang dalam otak Nophi. Bukan, sebenarnya bukan ide cemerlang. Lebih tepatnya ide gila yang sekilas melintas di otak Nophi.
Nophi akhirnya memalsukan tandatangan Pamannya. Sebab ia tahu Paman dan Bibinya tidak akan setuju. Keluarganya adalah keluarga Muslim garis keras. Apa jadinya jika mereka tahu Nophi pindah agama?
Nophi kembali ke sekertariat paroki Gereja di hari berikutnya. Dengan surat-surat yang sudah ditandatangani lengkap. Ia tahu bahwa perbuatannya ini jelas salah, tapi bukankah memeluk agama adalah kebebasan setiap individu dan hal itu juga dijamin oleh negara? Tentu Nophi sangat tidak membenarkan perbuatannya, namun Nophi tetap melakukannya, semuanya demi imannya yang sekarang. Ia tidak bisa terus menerus tunduk pada sesuatu yang ia tidak percayai. Memaksakan dirinya untuk percaya hingga kedamaian diri lenyap. Terkubur dalam fanatisme dan egoisme diri yang sebenarnya lahir dari ketidak damaian diri.
Akhirnya Nophi mengikuti pelajaran calon baptis di Gereja. Dengan sembunyi-sembunyi tentunya. Nophi masih takut mengungkapkan jati dirinya pada keluarganya.
Inilah kali pertamanya Nophi memilih jalannya sendiri. Tentu ia akan bertanggung jawab atas apa yang ia pilih. Ia mengerti dan paham betul resiko yang ia ambil. Memilih menjadi seorang Katolik di tengah-tengah keluarga Muslim garis keras.
Ini juga adalah kali pertamanya Nophi mengenal pribadi luar biasa seperti Romo Paulus. Beliau adalah seorang imam dengan jiwa militan Katolik yang tinggi. Cara beliau mengajar sangat menarik.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sang Rasul Jalanan
EspiritualSANG RASUL JALANAN "Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu." (Yohanes 15:16) Pace e Bene fratelli... Panggilan Allah itu merupakan suatu misteri, dan tak ada satupun yg menduga. Walaupun kita membenci-Nya, jika Dia berkenan Dia...