Sebenarnya akan lebih mudah membantah argumen para penganut agama Kristen ketika berdebat bagi Nophi. Masalahnya adalah sebanyak apapun Nophi membantah argumen mereka, hal itu seperti tidak berpengaruh pada iman mereka. Tetap saja mereka tidak mau berpaling dari agama mereka. Sampai sekarang itulah yang menjadi tanda tanya besar bagi Nophi. Kenapa mereka sekuat itu mempertahankan keimanan yang jelas-jelas tidak masuk logika. Hari berganti hari bulan berganti bulan. Tanpa Nophi sadari, ia mulai terlalu jauh menyimpang dari keyakinannya. Begitu banyak pertanyaan rumit dalam otaknya yang tak mampu ia jawab, namun disisi lain lingkungan keluarganya yang sangat fanatik, membuat hati dan pikirannya seperti saling beradu.
Terkadang Nophi jadi terlalu radikal. Terkadang juga ia terlalu menyimpang. Ia jadi lebih sering mengunci diri di kamar dan membaca buku-buku atau artikel-artikel dengan tema agama, khususnya perdebatan agama.
Suatu saat ia menemukan sebuah artikel menarik di internet. Artikel itu secara garis besar berisi kajian-kajian Qur'an namun disajikan dengan cara yang benar-benar berbeda. Yang jelas adalah berbeda dari apa yang selama ini ia pelajari.
Semakin tertarik Nophi pada artikel itu. Semakin penasaran ia lalu mulai mencari tahu. Sebuah istilah yang sepertinya sangat asing di telinga Nophi.
"Manunggaling Kawulo Kan Gusti."
Sebuah istilah dalam bahasa Jawa yang kira-kira mempunyai dua arti secara harfiah:
Pertama adalah "Bersatunya hamba dengan Tuhan"
Yang kedua adalah "Bersatunya rakyat dengan raja."
Secara garis besar artikel itu menjelaskan, bahwa puncak spiritualitas seorang manusia hanya dapat terwujud ketika manusia kembali pada Tuhan. Sebuah konsep filsafat Jawa kuno tentang "Parinibana" ataupun "moksa".
Namun tentu Nophi benar-benar tidak mengerti tentang semua itu. Sebab jelas konsep "manusia bersatu dengan Tuhan" ini sama artinya dengan "Manusia yang berusaha menjadi Tuhan" jelas bagi Nophi konsep ini sangat tidak sesuai dengan syariat Islam yang ia ketahui.
Meski sangat jelas konsep itu tidak sesuai dengan apa yang ia yakini. Tetapi karena rasa ingin tahu Nophi lumayan besar, Nophi terus melanjutkan membaca dan mencari artikel sejenis.
Sampailah ia pada satu kesimpulan, yaitu tentang spiritualitas orang Jawa jauh sebelum Islam masuk ke tanah ini. Dimana Tuhan adalah yang utama bagi masyarakat Jawa. Maka adalah wajar jika masyarakat Jawa melandasakan laku hidupnya pada agama yang mereka anut. Masalahnya sekarang adalah, semakin Nophi mengerti, semakin lemah iman Nophi. Apakah ini juga adalah perbuatan syaiton? Tentu tidak, masalah utama yang Nophi miliki adalah Nophi sama sekali belum menemukan kedamaian dalam hidupnya saat memeluk agama Islam.
Bagaimana bisa agama dijadikan landasan hidup jika ia tidak dapat menemukan kedamaian saat tinggal di dalamnya.
Suatu ketika saat Nophi sedang asyik berselancar di Media Sosial. Bertemulah ia dengan seorang bernama Muis. Saat itu ia terlibat obrolan dengannya di kolom komentar di suatu unggahan milik seseorang yang berbau rasis agama. Lalu obrolan itu berlanjut ke pesan pribadi.
Muis: [Asli mana Bang?]
Nophi: [Asli Solo.]
Muis: [Salam kenal Bang saya dari Banten.]
Nophi: [Argumen mu di kolom komentar tadi cukup menarik.]
Muis: [Ya begitulah Bang, saya heran sama orang jaman sekarang. Itu agama kok pakai dibawa-bawa di media sosial. Agama kan urusan pribadi. Terserah kan orang mau beragama atau tidak, itu kan tanggung jawab dia sama Sang Khalik nanti. Yang penting kan kita ga saling singgung dan saling sikut, harusnya udah selesai. Malah justru yang berbahaya itu yang katanya beragama tapi sikut sana sikut sini.]
KAMU SEDANG MEMBACA
Sang Rasul Jalanan
EspiritualSANG RASUL JALANAN "Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu." (Yohanes 15:16) Pace e Bene fratelli... Panggilan Allah itu merupakan suatu misteri, dan tak ada satupun yg menduga. Walaupun kita membenci-Nya, jika Dia berkenan Dia...