Sang Rasul Jalanan part 3

5 0 0
                                    

"Kalau aku bisa sedikit mengerti konsep ketuhanan dalam ajaran Katolik. Mungkin aku bisa sedikit mengerti tentang Yesus."

Nophi membuka lembar demi lembar Alkitab. Ia masih saja asyik membaca kitab itu di dalam kamarnya. Beberapa kali waktu sholat sudah ia lewatkan.

Tok... Tok... Tok

"Nophi..."

Bibinya dari luar kamar mengetuk pintu. Segera ia menyembunyikan Alkitab yang ia baca tadi. Bergegas membuka pintu kamarnya.

"Ada apa Bibi?"

"Kamu sudah sholat? Dari tadi pagi Bibi lihat kamu tidak keluar kamar sama sekali."

"Sudah Bibi, tadi Nophi sholat sendiri di kamar."

Untung saja Bibinya percaya. Setelah Bibinya pergi, Nophi mengunci rapat pintu kamarnya. Kembali ia membaca Alkitab yang tadi ia sembunyikan.

Ia menemukan satu ayat yang menarik perhatiannya. Satu ayat dari rathsan ayat Alkitab yang telah ia baca. Ayat itu mengatakan kalau Firman itu adalah Allah dan Firman itu telah menjadi manusia.

"Apakah ini sama seperti yang aku pikirkan selama ini? Bahwa Tuhan menciptakan segala sesuatu dengan berfirman lalu segalanya jadi. Tetapi ada yang aneh di dalam ayat itu, bahwa Firman Tuhan yang menjadikan segala sesuatu itu telah menjadi manusia."

Tentu saja logika Nophi memberontak. Bagaimana bisa kata-kata menjadi manusia. Bagaimana bisa kata-kata itu hidup? Bagaimana bisa Tuhan menjadi manusia yang Ia ciptakan sendiri. Tuhan macam apa yang seperti itu. Dititik ini Nophi kembali ragu, jangan-jangan kitab itu telah dipalsukan.Siapa Yohanes penulis Kitab Injil ini? Bagaimana bisa ia berani memalsukan ayat-ayat suci dari Tuhan. Nophi menutup Alkitab itu. Memasukannya di dalam almari. Untuk beberapa saat sepertinya ia tidak akan membuka kitab itu.

Baru saja ia ragu akan apa yang ia baca. Rasa penasarannya menghantuinya. Akhirnya ia kembali meneruskan apa yang sudah ia baca tadi. Dari situ ia mengenal sang penulis kitab. Namanya adalah Yohanes, ia adalah salah satu dari kedua belas murid Yesus. Mungkinkah seorang murid memalsukan apa yang sudah diajarkan oleh gurunya?

Lalu ia mulai sadar akan satu hal. Sadar atau tidak, bukankah selama ini apa yang ia imani sedikit lebih mirip dengan apa yang diyakini oleh orang-orang Kristen? Misalkan saja tentang Qur'an.

"Bukankah setiap ayat-ayat suci di dalam Qur'an adalah firman Allah? Kalau kata-kata Tuhan bisa turun menjadi ayat-ayat suci, bukankah itu artinya sama saja dengan apa yang ditulis di dalam kitab itu? Firman menjadi manusia. Ah, apakah aku sudah gila berani mengucapkan ini? Memahami ayat suci Qur'an secara sempurna adalah keniscayaan. Sama seperti memahami Firman yang menjadi manusia secara sempurna, bukankah juga sebuah keniscayaan? Ah, ngomong apa aku ini."

Belum selesai Nophi melamun. Pintu kamarnya diketuk lagi. Ia melihat jam di dindingnya. Rupanya sudah masuk waktu sholat isya. Lalu Nophi segera bergegas membuka pintu kamarnya.

"Sekali-sekali sholat berjamaah, pahalanya kan lebih besar dari pada kamu sholat sendirian," ucap Bibinya.

"Iya Bi," ucap Nophi.

Segera Nophi mengambil air wudhu dan pergi sholat berjamaah dengan Paman dan Bibinya. Kali ini Nophi tidak bisa mengelak. Suka atau tidak suka, bukankah sholat adalah kewajiban setiap Muslim? Seharusnya Nophi tidak melewatkan sholatnya, sesibuk apa pun dia. Meski sama sekali tidak memberikan rasa damai pada dirinya. Tentu saja ia tetap harus pergi sholat.

Selesai sholat mereka duduk di ruang tengah. Bibinya membuatkan Pamannya segelas teh hangat. Nophi mengambil kopi manis dan duduk di sebelah Pamannya.

"Kamu enggak kepikiran buat berangkat ke Afganistan sama seperti kakak-kakakmu yang lain?" ucap Pamannya.

Sang Rasul Jalanan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang