13 - Tsunami Petaka

4.9K 29 0
                                    

Pagi itu, Mila akhirnya menceritakan kepada Wulan apa yang sebenarnya terjadi. Pak Syamsul sebenarnya sempat meminjam uang kepada bank untuk mengembangkan bisnis. Untuk mendapatkan pinjaman tersebut, Pak Syamsul harus memberikan sertifikat rumah yang mereka tinggali kepada pihak bank sebagai jaminan.

Sebentar lagi, pinjaman tersebut akan jatuh tempo, dan Pak Syamsul harus membayar seluruh uang yang ia pinjam beserta bunganya. Mila sudah berkali-kali mengingatkan ayahnya untuk selalu membayar pinjaman tepat waktu, agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

Namun Pak Syamsul sering mempunyai pendapat yang berbeda dengan anaknya tersebut. Saat ini, permintaan akan barang jualan Pak Syamsul tengah meningkat, terutama dari luar Pulau Jawa. Berkali-kali rekan bisnis Pak Syamsul di kota lain meminta tambahan barang untuk dijual. Pak Syamsul pun tergoda untuk mengambil seluruh peluang tersebut.

Uang yang seharusnya digunakan untuk melunasi pinjaman, akhirnya ia gunakan kembali untuk memproduksi barang, dan mengirimnya ke luar kota. Mitra bisnis Pak Syamsul yang ada di kota lain tersebut baru akan mengirim uang begitu barang tersebut mereka terima. Beberapa mitra yang lain bahkan baru mau membayar setelah berhasil menjual barang tersebut.

Berita tsunami yang baru saja muncul di televisi merupakan kabar buruk bagi Pak Syamsul dan Mila. Menurut perkiraan keduanya, kapal laut yang membawa kontainer berisi barang jualan mereka tengah berlayar ke Padang saat tsunami tersebut terjadi.

"Cepat telepon perusahaan logistik itu, Ayah. Pastikan barang kita aman," teriak Mila kepada ayahnya.

"Iya, sabar. Ini juga Ayah sedang telepon," ujar Pak Syamsul.

Beberapa menit kemudian, Pak Syamsul dan Mila pun mendapat kepastian bahwa kapal yang membawa barang mereka hanyut tersapu tsunami. Seluruh barang jualan mereka pun tidak bisa diselamatkan. Hilang sudah semua uang yang telah mereka gunakan sebagai modal.

Mila pun terdiam memendam amarah kepada ayahnya. Namun ia tidak tega melepaskan kemarahan tersebut karena ada Wulan yang sedang menginap di situ. Temannya tersebut pasti akan merasa sangat tidak nyaman apabila melihat Milaribut dengan ayahnya.

Namun Wulan ternyata mengerti situasi yang sedang terjadi di hadapannya, dan memutuskan untuk pulang lebih cepat. "Mila, Pak Syamsul, Wulan pulang duluyah. Takut nanti dicari Ayah," ujar perempuan cantik tersebut sambil tersenyum.

"Kamu mau aku antar?" Tanya Mila.

"Gak usah, Mil. Kamu selesaikan saja dulu masalah kamu dan ayah. Jangan ragu untuk menghubungi aku apabila kalian butuh bantuan," jawab Wulan dengan lembut, seolah berusaha menenangkan Mila dan Pak Syamsul yang sama-sama sedang dalam perasaan kecewa, marah, dan emosi.

Mila pun memeluk tubuh sahabatnya tersebut. Ia merasa sangat beruntung mempunyai sahabat sebaik Wulan. Setelah membereskan barang-barang yang ia bawa, Wulan langsung memesan transportasi online untuk kembali ke rumahnya.

Setelah Wulan pergi, Mila dan ayahnya berusaha mencari solusi terbaik dengan kepala dingin. Mereka coba menghubungi mitra bisnis sang ayah yang berada di Padang, tetapi mereka juga mengaku tidak mempunyai uang saat ini. Tidak hanya barang yang dikirim Pak Syamsul, barang-barang lain yang mereka pesan pun banyak yang ikut hanyut ditelan tsunami. Kerugian mereka sudah tidak dapat dibayangkan lagi.

Pak Syamsul kemudian berusaha untuk menghubungi teman-teman terdekat dan keluarganya, tetapi hampir semuanya menolak dengan alasan sedang tidak punya uang. Kalaupun ada yang bersedia memberi uang, apa yang mereka miliki pun tidak cukup untuk membayar pinjaman ke bank. Pak Syamsul dan Mila mulai kehabisan akal.

"Oke, begini saja Mil. Besok kamu coba bicara baik-baik dengan pihak bank, minta tolong kepada mereka untuk memberikan keringanan. Bila gagal, kita coba cara terakhir dengan menjual toko, mobil, dan aset-aset kita untuk membayar pinjaman tersebut. Kalau perlu, adik kamu berhenti kuliah saja dulu," ujar Pak Syamsul pasrah.

Pengkhianatan SahabatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang