15 - Perempuan Penggoda

5.5K 28 0
                                    

Ketika Wulan baru sampai di rumah setelah menginap dari rumah Mila, Om Burhan ternyata sedang menyantap sarapandi ruang tamu. Ia pun heran mengapa Wulan pulang sangat cepat.

"Loh, katanya kamu menginap di rumah Mila? Kenapa jam segini sudah sampai di rumah?" Tanya Om Burhan heran. Biasanya, bila Wulan menginap di rumah Mila, ia baru pulang menjelang malam.

"Ada masalah di rumah Mila, Yah. Aku gak enak kalau terlalu lama di sana," jawab Wulan sambil duduk di samping ayahnya.

"Masalah apa?"

Wulan akhirnya menceritakan tentang apa yang terjadi dengan bisnis Pak Syamsul, pinjaman mereka ke bank, dan hubungannya dengan tsunami yang baru saja terjadi di sekitar Pulau Sumatera. Ia menjelaskan mengapa hal tersebut bisa berakibat tidak baik pada kehidupan Mila dan keluarganya. Om Burhan pun mendengarkan cerita anaknya dengan seksama.

"Kasihan sekali Mila. Memangnya mereka pinjam uang di bank mana?" Tanya Om Burhan.

"Kalau gak salah yang di deket kios Pak Syamsul deh. Kurang tahu juga Wulan," jawab anaknya.

"Oh. Baiklah, semoga mereka baik-baik saja ya. Kamu beli makan dulu sana, biar gak lapar."

"Wulan tadi sempat sarapan di rumah Mila, sekarang sudah kenyang."

"Bagus kalau begitu. Oh iya, minggu depan Ayah ada urusan bisnis ke Bali, kemungkinan bisa sampai seminggu. Kamu gak apa-apa kan Ayah tinggal?"

"Gak apa-apa Ayah, lagipula sebelumnya juga Wulan memang selalu Ayah tinggal untuk kerja di Australia, kan," tanggap Wulan setengah meledek ayahnya.

"Anak Ayah sudah mandiri ya sekarang. Sebagai hadiahnya, Ayah mau kasih hadiah yang sudah lama Ayah janjikan ke kamu," ujar Om Burhan sambil tersenyum.

Wulan tiba-tiba langsung tersenyum bahagia. "Ayah jadi belikan Wulan mobil?" Teriak perempuan cantik tersebut.

Ayahnya pun mengangguk.

"Asyik, terima kasih Ayah," ujar Wulan sambil memeluk erat sang Ayah.

"Tapi kamu urus sendiri ya semuanya, Ayah nanti tinggal bayar saja. Kalau boleh saran, kamu mampir saja ke leasingyang searah dengan tempat kamu mengajar bimbel. Ayah sering ke situ, dan mereka bisa kasih cicilan yang murah," ujar Om Burhan.

"Tenang saja, semua pasti beres. Terima kasih Ayah," ujar Wulan sambil bersenandung riang ketika ia berjalan kembali ke kamarnya.

Terlepas dari masalah yang menimpa Mila dan ayahnya, akhir pekan ini terasa sangat menyenangkan bagi Wulan. Ayahnya akhirnya mau membelikan mobil, sehingga ia tidak perlu lagi memakai mobil secara bergantian dengan sang ayah. Semalam pun ia berhasil menggoda Pak Syamsul.

Wulan memang telah memperhitungkan hal tersebut. Sejak diantar pulang beberapa hari yang lalu, Wulan menyadari bahwa ayah sahabatnya tersebut mempunyai ketertarikan yang berbeda kepada dirinya. Ia makin yakin setelah Pak Syamsul ketahuan membuka-buka akun Facebook Wulan, bahkan sampai memberikan Like ke salah satu foto. Sejak saat itu, Wulan berusaha menggoda Pak Syamsul lewat pesan-pesan singkatnya. Ia bahkan sengaja mengambil foto di tempat tidur dengan pose yang cukup menggoda dan mengirimkannya kepada Pak Syamsul.

Saat Pak Syamsul meminta Wulan untuk keluar pada tengah malam, perempuan muda tersebut sebenarnya tidak kaget. Namun demi memanaskan suasana, ia pun pura-pura mengirim emoticon kaget kepada Pak Syamsul. Sesuai bayangannya, Pak Syamsul benar-benar tampak bernafsu sekali dengan tubuhnya.

"Seru sekali rasanya menggoda ayah Mila," gumam Wulan dalam hati. Ia pun langsung merebahkan tubuhnya yang sintal di ranjang dan langsung tertidur.

Di hari senin, Wulan memutuskan untuk langsung pergi ke tempat leasing mobil yang direkomendasikan ayahnya. Ia sudah tidak sabar untuk segera memiliki mobil dan bisa mengendarainya ke mana pun ia mau. Wulan pergi ke sana setelah selesai mengajar di tempat bimbel.

Ketika sampai, tempat leasing tersebut tampak tidak begitu ramai. Ia langsung menanyakan kepada petugas keamanan di situ, ke mana ia bisa mendapat informasi harga dan cicilan mobil. Sang petugas keamanan pun langsung menunjuk meja yang ada di pojok ruangan utama.

Ketika sampai di meja yang ditunjuk, alangkah kagetnya Wulan karena ia mengenal pria berperut buncit yang ada di balik meja tersebut. Pria berkulit gelap tersebut pun tampak kaget melihat Wulan di hadapannya.

"Kamu, Irfan kan?" Tanya Wulan yang langsung duduk di depan meja tersebut.

"Iya, kamu Wulan kan? Temannya Mila?" Ujar Irfan.

"Iya betul. Kita waktu itu sempat ketemu di mal kan? Ya ampun, jadi kamu kerja di sini?"

"Haha, bisa kebetulan sekali ya. Aku memang kerja di sini. Jadi apa neh yang bisa aku bantu?"

Wulan menceritakan bahwa ia ingin membeli mobil, dengan tipe dan jenis yang telah ditetapkan oleh ayahnya. Ia meminta bantuan kepada Irfan untuk menghitung berapa uang muka dan cicilan yang harus ia bayar setiap bulannya. Selain itu, Wulan pun menanyakan apa saja persyaratan untuk bisa mendapat fasilitas pinjaman.

Dengan lengkap, Irfan menjelaskan perhitungan yang akan muncul, serta syarat-syarat yang harus dilengkapi oleh Wulan ketika melakukan pengajuan. Ia meminta Wulan untuk mengisi sebuah form, dan menuliskan nomor teleponnya.

"Nomor telepon ini ada WhatsApp-nya kan?" Tanya Irfan setelah Wulan mengembalikan form tersebut.

"Ada kok, nanti mengurus pinjamannya pakai WhatsApp ya?" Tanya Wulan heran.

"Nggak. Buat aku ngobrol sama kamu aja, hee. Boleh kan?" Jawab Irfan.

Wulan pun tertawa lepas. "Iya boleh kok. WhatsApp aja kalau mau ngobrol."

Mereka berdua pun melanjutkan obrolan tentang berbagai macam hal. Mulai dari proses leasing, pekerjaan dan status mereka masing-masing, hingga tentang Mila yang merupakan teman mereka berdua.

Di perjalanan pulang, Wulan memikirkan bagaimana Irfan tadi berusaha menggodanya. Ia yakin bahwa lelaki gendut tersebut juga punya ketertarikan secara seksual kepada dirinya. Wulan sadar bahwa meski tubuhnya tidak seseksi Mila, tetapi ia tetap mempunyai daya tarik seksual yang memikat.

"Apakah aku harus melakukan hal yang sama kepada Irfan, seperti yang aku lakukan kepada Pak Syamsul?" Pikir Wulan dalam hati.

Pengkhianatan SahabatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang