9 - Kencan Rahasia

3.5K 35 0
                                    

Seperti janjinya, Irfan sampai di rumah Mila pada waktu yang telah dijanjikan. Seperti biasa, rumah Mila yang bercat putih nampak begitu sepi. Sepertinya ayah dan adik Mila tidak ada di rumah, seperti ketika terakhir kali ia ke sana. Ia pun langsung memarkir motornya dan mengetuk pintu depan.

Tak beberapa lama kemudian, Mila muncul dari dalam rumah dan membuka pintu. Hari itu Mila memutuskan untuk mengenakan kaos lengan panjang berwarna merah muda yang ketat membungkus tubuhnya, dengan jilbab yang berwarna senada.

Irfan sampai terpana dibuatnya. 

"Hei, Irfan. Kok bengong?" Ujar Mila.

"Eh, gak apa-apa kok," ujar Irfan yang sudah mulai tersadar. "Kamu sudah siap untuk jalan?"

"Sudah, yuk kita langsung," ujar Mila. Perempuan cantik tersebut pun langsung keluar dan mengunci pintu rumahnya.

Irfan langsung duduk di posisi pengemudi motor matic miliknya. Sedangkan Mila turut naik di belakangnya. Perempuan tersebut hanya membawa sebuah tas kecil yang ia gendong di belakang. Sejak naik ke atas motor, Mila tampak tidak menjaga jarak dengan Irfan. 

Namun pada akhirnya, mereka pun sampai di mal. Mila dan Irfan seperti masih sama-sama mengetahui posisi masing-masing. Irfan masih sadar bahwa Mila merupakan pacar sahabatnya, dan Mila pun tidak ingin terlihat murahan dengan menggandeng tangan sahabat pacarnya. Karena itu mereka pun masih tetap menjaga jarak dan tidak saling bersentuhan ketika berjalan.

Mereka berdua akhirnya sampai di toko buku dan langsung memisahkan diri. Mila tampak asyik melihat deretan komik-komik baru, sedangkan Irfan memilih untuk melihat-lihat rak majalah yang tidak terlalu jauh dari tempat Mila berdiri. Hal itu ia lakukan agar bisa mencuri-curi pandang ke arah tubuh Mila.

"Beruntung sekali Egi bisa mendapatkan pacar yang cantik seperti Mila," pikir Irfan dalam hati. "Coba kalau Mila itu adalah pacarku."

Sekitar lima belas menit berlalu, Mila pun kembali menghampiri Irfan.

"Sudah selesai, Mil? Jadi beli buku apa?" Tanya Irfan.

"Gak ada yang bagus, jadi males beli."

"Ohh."

"Aku mau lanjut nonton, kamu mau temenin, gak?" Ujar Mila tiba-tiba.

Irfan pun langsung sumringah. Kapan lagi ia bisa mendapatkan kesempatan berduaan nonton dengan seorang perempuan cantik seperti Mila. "Boleh, yuk," jawabnya spontan.

Mereka berdua langsung meninggalkan toko buku dan naik ke lantai lima, tempat bioskop berada. Mereka mengantri tiket dan Mila pun memilih sebuah film untuk ditonton. Film tersebut sebenarnya tidak terlalu terkenal, tetapi Irfan tidak menolak. Yang terpenting baginya adalah bisa nonton bioskop berdua dengan Mila, tak peduli apa film yang mereka saksikan.

"Mau duduk di mana?" Tanya penjaga tiket kepada mereka berdua.

"Di sini saja," Mila langsung menunjuk sepasang tempat duduk yang berada di pojok ruangan bioskop. Dua bangku tersebut berada di baris yang berbeda, terpisah dengan bangku-bangku lain, sehingga tidak akan ada orang yang duduk di sebelah kiri dan kanan mereka berdua. Irfan merasakan ada maksud tertentu mengapa Mila memilih bangku tersebut, tetapi ia tidak ingin terlalu percaya diri terlebih dahulu.

Irfan dan Mila beruntung karena mereka hanya perlu menunggu sekitar tiga puluh menit sebelum bisa masuk ke ruangan bioskop. Sebelumnya, mereka menyempatkan diri untuk membeli popcorn dan minuman ringan. Begitu film dimulai dan lampu ruangan dimatikan, Irfan dan Mila sama-sama berusaha untuk fokus menyaksikan jalan cerita yang tersaji di dalam film.

Mereka tetap menjaga jarak ketika duduk di awal-awal pemutaran film. Namun ketika akhirnya muncul sebuah adegan yang mengagetkan, Mila yang duduk di sebelah kanan Irfan tiba-tiba langsung memeluk lengan kanan Irfan. Mila tidak langsung melepaskan lengan Irfan, bahkan justru memeluknya lebih erat begitu ada adegan mengagetkan yang kembali muncul di layar bioskop.

Merasakan hal tersebut, Irfan akhirnya mulai berani dan mengarahkan tangan kirinya untuk menyentuh tangan Mila yang masih menempel di lengannya. Ternyata Mila membiarkan saja perlakuan Irfan tersebut. Tatapan Mila masih tetap ke layar bioskop ketika Irfan mulai menggenggam dan mengelus-elus tangannya yang lembut.

Irfan memang masih belum mempunyai banyak pengalaman, dan ia tidak tahu harus berbuat apa di situasi seperti itu. Sepanjang pemutaran film, ia hanya menggenggam tangan Mila yang tampak tidak marah diperlakukan seperti itu. Namun menjelang akhir film, Mila justru berinisiatif merebahkan kepalanya ke pundak sebelah kanan Irfan.

Dengan memberanikan diri, Irfan menoleh ke arah wajah Mila. Mengetahui hal itu, Mila membalas tatapan tersebut. Perempuan itu tampak tersenyum dengan tatapan yang sayu. Tanpa diperintah, Irfan mengarahkan bibirnya mendekat ke wajah Mila. Bibir tersebut pun berlabuh di kening perempuan tersebut. Ini adalah pertama kalinya Irfan mencium tubuh seorang perempuan. Untungnya, Mila tidak menolak. Begitu Irfan melepaskan kecupannya, perempuan seksi tersebut hanya tersenyum, dan kembali memandang layar bioskop.

Sesaat kemudian, film selesai dan lampu kembali dinyalakan. Mila langsung melepas pelukannya di lengan Irfan, dan membetulkan posisi duduknya. Irfan merasa sedikit kecewa, tetapi apa yang terjadi di bioskop saat itu benar-benar melampaui ekspektasinya akan pertemuan hari ini dengan Mila.

Mereka berdua kemudian keluar dari bioskop bersama dengan penonton lain, dan memutuskan untuk mampir di foodcourt terlebih dahulu. Mereka sama-sama menghindari pembicaraan tentang apa yang terjadi di dalam ruangan bioskop tadi, dan lebih memilih untuk membicarakan hal lain. Mereka berdua bahkan tidak menyadari ketika ada seorang perempuan cantik yang tengah mendekati mereka.

"Halo, Mila," ujar perempuan tersebut sambil menepuk punggung Mila. Hal tersebut membuat Mila sangat kaget. Namun begitu ia menoleh ke arah perempuan tersebut, ia hanya tertawa.

"Dasar kau Wulan, bikin kaget saja," ujar Mila. Irfan pun bingung dengan apa yang sedang terjadi di hadapannya.

"Hayo, lagi sama siapa," ujar Wulan sambil melirik ke arah Irfan. Perempuan berkacamata itu pun langsung duduk di meja yang ditempati Mila dan Irfan tersebut.

"Oh iya, kenalkan ini Irfan, temannya Egi. Irfankenalkan ini Wulan, teman terbaikku sejak masa SMA," ujar Milamemperkenalkan mereka berdua. Irfan dan Wulan pun saling berjabat tangan. Sejenak Irfan tampak mengagumi kecantikan Wulan.

"Trus, kalian lagi ngapain di sini?" Tanya Wulan penasaran.

"Aku mau beli buku, tapiEgi lagi sibuk banget. Jadi aku ajak Irfan," ujar Mila.

"Kenapa gak ajak aku?" Tanya Wulan.

"Hmm, aku kira kamu ada jadwal ngajar bimbel hari ini," ujar Milasekenanya.

"Owhh," tanggap Wulan. Ia sebenarnya masih merasakan ada yang janggal, tetapi memilih menahan diri dan tidak langsung membicarakannya.

"Kamu hari ini bawa mobil gak?" Tanya Mila tiba-tiba kepada Wulan.

"Iya bawa, kenapa?"

"Kamu sekarang udah mau pulang?"

"Iya, ini udah mau jalan ke tempat parkir, eh malah ketemu kalian berdua."

"Irfan, kalau aku pulangnya bareng Wulan gak apa-apa, kan?" Tanya Mila kepada Irfan. Kebetulan, makanan di hadapannya memang telah habis disantap.

Irfan tampak kecewa dengan pertanyaan tersebut, karena artinya kebersamaan ia dan Mila harus berakhir, dan ia tidak bisa menemani Mila pulang ke rumah. Namun ia sadar bahwa ia tidak punya hak sama sekali untuk melarang Mila. "Iya, gak apa-apa kok."

"Oke, mau jalan sekarang, Mil?" Tanya Wulan.

"Yuk," jawab Mila sambil berdiri. "Dah Irfan."

Pengkhianatan SahabatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang