26 - Rencana Jahat

2.2K 14 0
                                    

Beberapa hari terakhir, Wulan merasakan beberapa kejadian aneh dalam hidupnya. Dalam hati, ia merasa seperti akan ada kejadian buruk yang menimpa dirinya. Namun ia berusaha menenangkan hati, karena ada ayahnya tercinta di sisinya.

Namun kemudian, ayahnya tersebut tiba-tiba mengatakan bahwa ia ingin liburan ke vila pribadinya di Bali. Wulan sebenarnya ingin ikut, namun ayahnya menolak.

"Ayah sedang ingin sendiri saja, Wulan," ujar Om Burhan pada waktu itu. Wulan pun merelakan kepergian ayahnya, karena merasa ia masih bisa bermain dengan Mila, sahabatnya.

Namun Wulan kembali kaget, karena tiba-tiba Mila menghubungi dirinya lewat telepon. Hal tersebut memang terdengar biasa, tetapi Wulan bisa merasakan bahwa Mila menelepon bukan untuk menghubungi dirinya. Mila seperti mempunyai maksud lain yang ia tidak ketahui.

"Oh iya, ayah kamu lagi di rumah nggak, Wulan?" Tanya Mila.

"Ayah lagi ke vila pribadinya di Bali, Mil," ujar Wulan lewat telepon pada waktu itu.

"Kapan?"

"Hari ini, barusan saja dia bilang ke aku."

"Owh. Boleh tahu gak alamat vila pribadi ayah kamu di mana?" Tanya Mila.

"Hmm, kamu ngapain nanya itu?"

"Ehhh ... Hmmm ... Jadi gini ... Errr ... Kemarin Om Burhan mau minta sampel kain yang aku jual. Katanya mau ada bisnis apa gitu, dan butuh cepet. Makanya mau aku kirim ke sana agar cepat diterima," jawab Mila.

Meski ragu dengan jawaban sahabatnya tersebut, Wulan akhirnya tetap memberikan alamat vila ayahnya yang ada di Bali. Setelah itu, pembicaraan mereka pun terputus.

Wulan berusaha menghilangkan pikiran-pikiran aneh yang berkecamuk di kepalanya, dan berusaha fokus untuk menjalani hidupnya seperti biasa. Ia meyakinkan dirinya sendiri, bahwa semuanya akan berjalan baik-baik saja.

Seperti hari ini, Wulan beraktivitas di bimbel seperti biasa. Kegiatan mengajar di kelas berjalan normal, tidak ada hal aneh apa pun yang terjadi. Wulan pun bernapas lega ketika jadwal mengajarnya telah selesai sekitar pukul tiga sore.

Karena tidak ada rencana lain, Wulan berpamitan kepada rekan-rekan kerjanya di bimbel, dan berjalan pulang ke rumah. Ia pun kembali menunggu angkot di tempat biasa ia menunggu, tepat di pinggir jalan.

Tempat tersebut terlihat sangat sepi, dan hanya ada seorang lelaki yang tengah bersandar di sebuah tiang listrik di belakang Wulan. Sekilas ia merasa seperti pernah melihat laki-laki tersebut, tetapi tidak bisa mengingat kapan dan di mana. Terlebih laki-laki tersebut terlihat mengenakan topi dan sedang membaca koran, sehingga Wulan tidak bisa melihat jelas wajahnya.

Dari kejauhan, terlihat sebuah mobil van putih yang sedang melaju ke arah tempat Wulan menunggu. Di belakangnya tidak terlihat angkot yang ditunggu Wulan. Perempuan cantik berkacamata tersebut pun kembali kecewa karena ia harus menunggu lebih lama lagi.

Alangkah terkejutnya Wulan ketika mobil van tersebut justru berhenti tepat di hadapannya. Perempuan cantik tersebut bingung, apakah mobil van itu ingin menjemput seseorang, ingin menanyakan alamat, atau apa?

Belum selesai rasa bingung di kepala Wulan, tiba-tiba ia merasakan tubuhnya dipeluk dari belakang, dan sehelai kain langsung menutupi mulut dan hidungnya. Ia menghirup bau gas yang tidak pernah ia kenal sebelumnya. Dalam sekejap, perempuan berparas cantik tersebut mulai memejamkan mata dan kehilangan kesadaran. Ia hanya bisa merasakan bahwa tubuhnya didorong ke depan, dan dibawa masuk ke dalam mobil van tersebut.

***

Perlahan, mata Wulan mulai terbuka. Ia bisa merasakan bahwa dirinya kini tengah terbaring di sebuah ruangan bercat putih. Sinar matahari masih bisa menerobos masuk dari balik jendela yang tertutup tirai berwarna gelap, tanda hari belum menyentuh malam. Namun perempuan muda tersebut tidak bisa mengetahui telah berapa lama ia kehilangan kesadaran sejak ia pulang dari tempat bimbel tadi siang.

Pengkhianatan SahabatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang