6 - Dilema Hati

3.6K 50 0
                                    

Hari ini, matahari telah tenggelam di ufuk barat, dan kegelapan malam pun mulai datang. Seluruh penduduk ibu kota mulai pulang ke rumah masing-masing, kecuali sebagian yang masih sibuk kerja lembur hingga larut malam di gedung-gedung tinggi di Jalan Thamrin dan Sudirman.

Dulu Mila tahu betul kondisi itu, dengan pekerjaan yang begitu menuntutnya untuk terus menerus kerja lembur. Namun kini, perempuan cantik tersebut sudah bisa beristirahat sejak sore. Di malam hari, ia sudah bisa bersantai di kamarnya, yang kemarin menjadi saksi pergumulan dirinya dengan sang pacar, Egi.

Mengingat kejadian kemarin, perasaan Mila campur aduk, antara senang dan kecewa. Ia tahu hal tersebut terkesan salah dalam menjalin sebuah hubungan. Namun, ia juga tidak bisa berbohong pada diri sendiri tentang perasaannya yang sesungguhnya.

Semuanya bermula beberapa bulan lalu, ketika mereka berdua tengah menonton film di ruang keluarga rumah itu, dengan laptop milik Mila. Film tersebut sebenarnya hanya film Hollywood biasa, meski menampilkan sebuah adegan ranjang yang memang cukup panas. 

Menyaksikan hal tersebut, birahi Egi dan Mila pun naik. Egi mulai menunjukkannya dengan menggenggam tangan Mila. Sedangkan sang perempuan membalasnya dengan meremas-remas tangan Egi. Sang pria kemudian mengambil inisiatif dengan mendekatkan wajah ke arah Mila, dan mencium bibirnya yang indah.

"Hmm, Sayang ..." desah Mila.

Perempuan yang masih mengenakan jilbab tersebut pun membalas ciuman kekasihnya dengan kuluman yang tak kalah liar. 

Aktivitas tersebut membuat kedua insan tersebut semakin dibakar birahi, yang kemudian diakhiri dengan keputusan Egi untuk menggendong Mila ke dalam kamar. Begitu tubuh sang perempuan telah rebah di atas ranjang, pria berusia 25 tahun tersebut langsung menindih dan mencecar tubuh kekasihnya dengan ciuman serta rabaan.

Baru sekitar sepuluh menit dirangsang, pria yang memang bertubuh kurus tersebut sudah tak tahan. Ia tak mampu bertahan dari serangan nafsu Mila yang memang terhitung cukup lihai untuk ukuran pemula.

Kejadian itulah yang kini tengah menguasai lamunan Mila saat ia tengah sendirian di kamar. Apakah Irfan hanya imajinasinya semata, atau ia memang menginginkan tubuh Irfan secara nyata?

Mila pun memutuskan bahwa ia perlu melakukan uji coba secara langsung. Ia mengambil smartphone dan mengirimkan WhatsApp kepada Irfan. "Halo Irfan, sudah tidur belum? Kamu ada waktu gak hari sabtu besok? Bisa temenin aku ke toko buku?"

Tidak lama kemudian, Mila menerima balasan. "Sabtu besok kosong sih, memangnya kamu gak jalan sama Egi?"

Mila sempat bingung harus menjawab apa. Ia terpaksa mengarang cerita yang masuk akal agar Irfan tidak curiga. "Lagi males sama dia, habis sibuk mulu," akhirnya Mila memutuskan untuk mengirim balasan seperti itu.

"Oke, Mil. Nanti aku jemput ke rumah ya," Mila pun tersenyum membaca balasan dari Irfan tersebut dan kembali meletakkan smartphone miliknya.

Tiba-tiba, ia mendengar suara pintu kamarnya diketuk dari luar.

"Masuk saja, tidak dikunci," ujar Mila.

Sesaat kemudian, ayahnya muncul dan masuk ke dalam kamar. "Kamu belum tidur?"

"Belum Yah, ada apa?"

"Besok bantu urus pengiriman barang ke Padang ya."

"Ayah yakin tetap mau kirim ke sana? Itu modalnya kan dari uang yang harus disetor untuk bayar pinjaman ke bank," ujar Mila mengingatkan.

"Gak apa-apa, nanti kan setelah barangnya sampai mereka janji mau langsung bayar. Baru setelah itu kita bayar utang ke bank, lumayan untungnya, Mil."

"Ya sudah, terserah Ayah saja."

Pak Syamsul baru akan beranjak keluar dari kamar anaknya, sebelum kemudian ia mengingat sesuatu. "Oh iya, kemarin Ayah ketemu Wulan. Dia sekarang ngajarbimbel ya?"

"Iya, Ayah. Lebih senang kerja dengan anak-anak katanya."

"Dia sudah punya pacar atau belum sih?"

"Belum tuh. Memang kenapa Ayah tanya-tanya?" Ujar Mila curiga.

"Nggak, umur-umur segitu kan sudah waktunya punya pasangan. Kamu saja sudah beberapa tahun kan sama Egi," jawab sang Ayah.

"Setiap orang kan beda-beda, Yah. Katanya Wulan juga mau main ke sini lagi, tapi belum tahu kapan," ujar Mila.

"Ohh," ujar Pak Syamsul menanggapi sambil berjalan keluar kamar. Ketika Mila sudah tidak bisa melihatnya, pria tua tersebut tersenyum mengetahui bahwa Wulan akan datang ke rumah itu dalam waktu dekat.

Ia pun bergegas ke kamarnya dan langsung mengunci pintu. Duda berusia 52 tahun itu kemudian mengeluarkan smartphone miliknya dari kantong dan membuka aplikasi Facebook. Ia membuka profil seorang perempuan yang ia temukan di daftar teman Mila, anaknya.

Pak Syamsul tidak sadar bahwa tangannya yang tengah memegang smartphone tak sengaja menekan tombol 'Like'.

Pengkhianatan SahabatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang