22 - Mencari Pelampiasan

3.2K 27 0
                                    

Om Burhan baru selesai mengurus transaksi bisnisnya pada hari itu menjelang malam hari. Karena itu, seperti biasa ia langsung memesan kamar hotel untuk menginap. Jika pulang ke rumah, Pak Burhan khawatir akan membuat repot Wulan, yang nanti akan membuatkan sarapan untuknya dan membereskan kebutuhan pribadinya yang lain.

Di dalam kamar hotel, ia menghabiskan waktu dengan menonton siaran olahraga di televisi, sambil meminum bir yang sengaja ia bawa ke kamar hotel. Seharian berbicara tentang bisnis membuat ayah Wulan tersebut ingin melupakan semuanya di malam hari dan beristirahat dengan santai.

Tiba-tiba, terdengar dering notifikasi dari smartphone miliknya, tanda ada sebuah pesan yang masuk. Alangkah terkejutnya ia ketika mengetahui bahwa pesan tersebut datang dari Mila, yang mengajak Om Burhan untuk bertemu malam itu.

Naluri Om Burhan mengatakan bahwa ada sesuatu yang tidak beres dengan Mila. Ia pun langsung mengundang Mila untuk datang ke kamar hotel tempatnya menginap, agar tidak ada hal buruk yang terjadi dengan perempuan cantik tersebut. Ia kemudian mengirimkan nama hotel yang ia tempati beserta nomor kamarnya.

Ingatan Om Burhan pun kembali pada kebersamaan dirinya dan Mila di Bali. Di Pulau Dewata tersebut, ia berusaha untuk menjadi lelaki yang bisa diandalkan untuk melindungi Mila, bukan menyakitinya. Namun situasi yang tidak diduga justru mendorong mereka berdua untuk larut dalam lautan nafsu birahi.

Untungnya, Om Burhan masih mempunyai akal sehat untuk menahan libidonya. Dalam hati ia sempat merasa menyesal, karena ia yakin Mila telah siap melepaskan keperawanannya malam itu. Ia tentu akan merasa bangga dan puas menjadi orang pertama yang menyetubuhi perempuan bertubuh seksi itu. Namun ia tahu bahwa bila hal tersebut terjadi, ada risiko ia justru akan kehilangan Mila untuk selama-lamanya.

Sejak kembali ke Jakarta, Mila tidak pernah menghubungi Om Burhan sama sekali. Ia pun menganggap hal tersebut sebagai sebuah penolakan. Namun ia tetap setiap pada janjinya untuk tidak lagi bermain wanita. Karena itu, malam ini pun Om Burhan hanya sendirian di kamar hotel, tidak bersama siapa pun.

"Tokk, tokk ..." terdengar suara ketukan di pintu kamar.

Om Burhan yang hanya mengenakan celana boxer karena sudah akan tidur langsung beranjak menuju pintu. Ketika pintu dibuka, ia bisa melihat jelas wajah Mila. Perempuan tersebut tampil sangat cantik malam ini, dengan kaos berwarna kuning dan jilbab berwarna senada. Celana panjangnya yang berwarna krem membentuk kakinya dengan indah. Mila sebenarnya berdandan seperti itu karena akan bertemu dengan Egi, kekasihnya. Sayang malam ini ternyata berakhir dengan tidak menyenangkan bagi Mila.

Memandang sekilas, Om Burhan kembali kagum akan kecantikan Mila. Namun ia pun bisa melihat tetes air mata yang mulai mengering di pipi perempuan muda tersebut. Ini tentu bukan saat yang tepat untuk berbicara soal birahi.

"Ayo masuk, Mil," ujar Om Burhan.

Mila pun masuk ke dalam kamar dan langsung duduk di tepi tempat tidur. Berbeda dengan kamar yang mereka berdua tempati di Bali, hanya ada satu ranjang besar di kamar itu, karena Om Burhan memang tidak mengharapkan siapa-siapa untuk datang malam itu. Om Burhan kemudian menutup pintu dan langsung mengambil kursi. Ia menempatkannya di hadapan Mila, lalu duduk di atasnya.

"Ada apa sebenarnya, Mil?" Tanya Om Burhan.

Mila pun menceritakan seluruh kejadian yang ia alami mulai dari saat ia dan Irfan datang ke kostan Egi untuk memberi kejutan, hingga apa yang ia lihat di kamar Egi. Sambil menahan tangis, ia mengungkapkan kekecewaan yang ia rasakan kepada kekasihnya tersebut.

"Akhirnya tadi aku putusin Egi, Om," ujar Mila.

"Kamu harus sabar, Mil. Hidup terkadang memang tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan. Kita sebagai manusia hanya perlu menjalaninya dan optimis menatap masa depan," ujar Om Burhan.

Pengkhianatan SahabatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang