Jun POV
Menari..
Menari..
Dan menari..
Aku harus melupakannya. Lupakan itu Jun. Lupakan!
Bruk!
Tubuhku terjatuh di lantai. Tanganku gemetaran dan aku bisa merasakan suhu tubuhku yang naik. Ditambah lagi rasa pusing dan sakit di dada.
"Sial! Kenapa.. Kenapa harus saat ini!" ucapku frustasi. Tubuhku selalu ngga bisa diajak kerja sama, terutama disaat-saat seperti ini. Selalu saja kambuh.
Aku menutup mataku singkat tapi tidak membantu. Aku pun langsung berusaha bangkit dan menyandarkan diri ke tembok terdekat. Biasanya duduk lebih efisien daripada tiduran.
Tubuhku udah bener-bener limit banget. Aku bisa rasakan itu.
Setelah akhirnya ngga tau seberapa keras aku memaksa tubuhku bergerak akhirnya aku bisa menyenderkan diriku. Aku langsung menekuk kakiku dan memeluknya. Posisi favoritku kalau lagi kambuh.
Aku bisa merasakan mataku udah mulai ada kunang-kunangnya dan sedikit lebih gelap dari biasanya.
Tidak! Jangan sekarang. Hansol masih dibawah. Ada banyak kemungkinan dia bisa datang kesini. Jangan sekarang kumohon tubuhku..
Ceklek..
Ada orang masuk? Siapa?
"Jun hyung!"
"Minghao?" ucapku sambil mencoba menggerakkan kepalaku. Nope, tidak berhasil.
Aku masih di posisi favoritku sambil membalas Minghao. Bukan favorit sih cuma energiku udah bener-bener ngga bersisa. Kalau begini caranya aku ngga bisa pulang dong :')
"Jun hyung? Kambuh lagi kah?" tanya Minghao sambil mendekat.
Aku hanya menganggukkan kepalaku.
"Bawa obat?"
Dan mengangguk lagi.
Minghao yang sudah berkali-kali melihat keadaanku terutama sebulan terakhir ini yang malah semakin parah langsung mencari obat yang biasa aku minum.
KAMU SEDANG MEMBACA
My name is Jun
RomanceJust a little story about Jun's life and a hint of Hansol