Jun POV
Aku mendengarnya..
Dengan jelas..
Setiap kata..
.
.
Waktu itu aku memang masih dalam pengaruh obat bius dan penenang, tapi telinga dan otakku tidak. Hanya tubuhku yang tidak bereaksi apapun.
Mungkin itu kata orang-orang.. Jangan berbicara dengan orang yang belum sadar karna bisa jadi mereka sebenarnya sadar namun tubuhnya belum. Seperti aku...
"Sangat buruk.." ucapku sambil memandang plafon.
Papi mami papa mama dan hansol sedang keluar. Sepertinya mereka dipanggil di pertemuan dokter hari ini. Mereka beralasan kalau mereka mau makan diluar. Tapi aku tau kalau semua itu bohong karna mereka ngga mungkin membiarkan aku sendiri hanya untuk makan. Mereka akan lebih memilih makan bersamaku meskipun aku belum sadar sekalipun.
Aku memandang diam plafon siang itu.. Siang hari yang indah.. Matahari memunculkan sinarnya dan awan tidak menyembunyikan langit siang itu. Langit sedang berbahagia..
Sedangkan aku engga..
Aku teringat kalau dulu aku sangat menyukai cuaca seperti ini. Memang terkadang terasa panas tapi itu membuatku bersemangat untuk berkeliling kota. Bahkan dari sebelum matahari muncul menyinari bumi.
Hari itu.. Langit sangat cerah, tanpa awan hanya ada langit yang menampakkan dirinya yang sesungguhnya. Ditemani dengan matahari yang mulai muncul dari tempat persembunyiannya.. Itu merupakan saat-saat membahagiakan bagiku.
Karna..
Aku tau aku diberi kesempatan hidup lebih lama..
Aku terus memikirkan hari itu. Hari dimana aku mengetahui semuanya tanpa sengaja. Hari dimana mereka semua sedih, bukan untuk dirinya tapi diriku.
Aku gagal karena aku udah membuat mereka menangis.. Bukan tertawa bahagia..
Tanganku meraih ke atas, mencoba menggapai plafon. Tentu ngga bisa.. Sama seperti aku berusaha menolak semua kenyataan namun ngga bisa.
.
.
Ngga lama setelah kejadian itu aku merasakan bisa menggerakkan tubuhku tapi aku memilih untuk diam. Aku terus berpura-pura tidur hingga malam hari.
Hansol menyadari kalau aku udah bangun dan langsung membangunkan yang lain.
Sial.. Aku belum mau ketahuan.
"Jun.." ucap Hansol memastikan kesadaranku.
"Hm.." ucapku serak. Berdiam cukup lama membuat tenggorokanku kering.
Hansol langsung mengambil segelas air dan membantuku minum, sedangkan ortu kami memanggil dokter..
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
My name is Jun
RomanceJust a little story about Jun's life and a hint of Hansol