Beberapa tahun sebelumnya, hubungan rumah tangga kami begitu baik. Namun, setiap harinya aku dihantui sebuah rasa bersalah.
Ya, bagaimana tidak? Hasil hubunganku dengan Freza menghasilkan benih cinta.
Aku begitu takut untuk mengatakan sejujurnya kepada Furqon. Tidak sanggup menerima kekecewaan darinya.
Lagi pula itu belum tentu anak Freza. Kami hanya bermain sekali tidak lebih.
Suatu pagi, aku memutuskan untuk menemui Freza di tempat biasa. Huft! Aku harus membicarakannya terlebih dahulu.
Jantung berdegup begitu kencang—rasa takut tiba-tiba datang menyelimuti diri. Tentu, membuatku merasa tidak berdaya, padahal belum mengucapkan sepatah kata pun.
Freza menangkup wajahku. Kami saling bertatap seakan sedang menyelam.
"Kenapa?"
Baru mendengar suaranya saja sudah membuat hatiku bergetar. Keliatannya aku tidak mampu, untuk sekedar berterus terang.
Aku menggeleng—memaksakan senyum agar terlihat baik-baik saja. "Kangen."
Dia memiringkan kepala, mengernyit. "Kangen?"
Menggangguk, lalu berhambur dalam dekapannya. Tiba-tiba dia mengangkat tubuhku, dan, berputar seakan-akan sedang bermain komedi putar.
Setelah itu, kami menginap di sebuah hotel. Tentu, Freza yang mengajakku.
Hari itu, kami menikmati minuman alkohol seperti biasanya. Terlihat sorot mata tajamnya berubah kemerahan—penuh nafsu juga telah mabuk.
"Gua pengen sekarang juga!" Freza menarik tengkuk, lalu mencumbuku dengan rakus.
Srek!
Sudah tidak terkejut lagi, saat dia merobek kemeja yang kukenakan. Dapat terasakan tangan kekarnya mencari pengait lalu melepaskannya.
Suara desahan seakan mengiringi air liur kami. Dadaku telah basah oleh ludah kami yang menetes.
Aku mendesah tertahan, saat Freza memijat dua puding itu penuh irama. Memutar ujungnya seakan itu adalah mainan.
Tak mau kalah dengannya, aku semakin memperkuat lilitan lidah kami, seraya memilin puting miliknya sebagai rangsangan.
Kemudian dia membantingku di atas kasur yang cukup empuk, tidak lupa menindih. "Lo sangat panas saat di bawah kendali gua." Dia merapikan anak rambutku. "Kita main dengan alur lambat serta kasar."
Dia membenamkam wajahnya, diantara kedua pangkal paha dalam miliku. Seketika ada gelenyar aneh dari dalam diri, ketika sesuatu menyentuh bagian yang sensitif di bawah pusarku.
Tentunya, tidak pernah kudapatkan dari seorang Furqon. Adrenaline bergejolak perlahan naik, saat Freza membuka lembah yang basah akibat rangsangan dari alam, tampaknya dia sedang menyedot lubang kenikmatan itu.
Aku mengeluarkan suara yang lembut, dan, mengontrol diri, saat merasakan tusukan kecil dari jemarinya yang kasar. Belum sempat diri mengatur napas, seketika itu dia mengeluarkan pusaka panjang nan berurat—memaksa menerobos masuk ke lembah kenikmatan.
Bergerak maju mundur seakan sedang memacu kuda besinya, bak seorang kesatria yang gagah perkasa.
Berbagai macam posisi kami lakukan, hingga aku dibuat lemas setelah pelepasan.
****
Pagi itu, ketika bangun aku merasakan sakit di bagian inti. Tidak heran, sebab kami melakukannya hingga pagi datang.
Segera aku membungkus diri dengan selimut—bergegas untuk membersihkan diri. Akan tetapi, pelukan Freza menghentikan langkah.
"Mau kemana?" tanya Freza khas bangun tidur.
![](https://img.wattpad.com/cover/301299036-288-k618638.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
KETULUSAN CINTA
RomanceAndini-wanita berusia dua puluh delapan tahun, mengemban pendidikan di salah satu perguruan tinggi, Jakarta. Dia wanita cantik tapi barbar. Dia menjalin hubungan dengan Freza-laki-laki liar tapi tidak mendapatkan restu. Hingga dia harus menerima per...