Chapter 6 : Boyfie

84 28 3
                                    

"Can i be your boyfriend?" Tanyanya seraya menatap kedua bola mata Bulan yang sangat indah.

Bulan terdiam sesaat, ia menatap balik kedua bola mata Bima. Bulan bingung, ia tak mengerti dengan perasaannya. Ia memang menyukai Bima dan memang benar bahwa beberapa minggu terakhir ini Bulan sedang mengode Bima. Bulan tak menyangka jika Bima peka dengan segala kode-kode darinya.

Berharap Bima mengatakan ini memang sudah ia inginkan dari beberapa bulan lalu. Namun, entah mengapa saat ini ia menjadi seperti tidak yakin. Ada yang aneh pada hatinya saat Bima mengatakan itu.

"Jadi gimana, Lan?" Tanya Bima yang membuat Bulan kembali menoleh pada Bima, ia mengangguk kecil.

Bima yang melihat anggukan kecil dari Bulan itu mengernyitkan dahinya, "maksudnya?"

Bulan memutar kedua bola matanya malas lalu memukul lengan Bima kuat-kuat, membuat Bima meringis.

"Awsss, sakit, Lan. Kok gue dipukul sih? Kan gue nanya."

"Ngga usah sok ngga ngerti gitu. Pertanyaan lo ngga bermutu."

"Loh? Gue serius ngga ngerti."

"Hilih. Udah ah, gue mau pulang."

Bulan beranjak dari duduknya, bersiap untuk pergi. Namun, Bima lebih dulu menghentikan langkahnya. "Eit, mau kemana? Gue anter aja."

"Gue dijemput Abang, dia udah di depan. Gara-gara lo, dia jadi nunggunya kelamaan."

"Lah, kok gara-gara gue?" Tanya Bima tak terima.

"Ya, iyalah! Lagian lo pake ngomong gitu doang aja harus ke taman belakang. Ribet!" Ucap Bulan lalu langsung pergi meninggalkan Bima.

Bima memperhatikan Bulan yang sudah semakin menjauh. "Lah? Terus gue ditinggal gitu?"

"Lan, tunggu!" Bima berlari mengejar Bulan yang sudah tak terlihat lagi.

"Oh, ternyata dia udah ada. Hahaha, nggapapa. Ternyata sakit juga rasanya dipaksa mundur sebelum maju." Ucap seseorang yang tak sengaja mendengar dan melihat semuanya dari awal hingga akhir.

Di sisi lain, Bulan terkejut kala melihat sahabat-sahabatnya serta sahabat-sahabat Bima yang masih berada di sekolah. Padahal, tadi mereka mengatakan bahwa mereka sibuk dan ingin cepat-cepat pulang saat Bulan meminta ditemani untuk ke taman belakang.

"Kok lo pada masih di sini? Ngapain?"

"Gimana-gimana?" Tanya mereka antusias tanpa menghiraukan pertanyaan Bulan.

"Apanya yang gimana?"

"Ayang!"

Baru saja mereka ingin kembali membuka suara, tetapi tak jadi karena Bima yang tiba-tiba datang lalu membungkukkan badannya. Bima terlihat sedang menormalkan napasnya. Bima lelah berlari, Bro.

Semuanya memperhatikan Bima dengan tatapan bingung.

"Lo kenapa, Bim?" Tanya Ibnu.

"Skip, itu ngga penting. Jadi gimana, Bro? Berhasil ngga?" Tanya Raden.

Bima kembali menegakkan tubuhnya lalu menoleh ke arah Bulan. "Tanya aja tuh sama dia."

"Apa?" Tanya Bulan.

"Gimana, Lan?" Tanya mereka.

"Ngga gimana-gimana. Udah ah, gue mau balik. Di depan udah ada Bang Rey, kan?"

Dhiva, Suci, Bella dan Pelangi mengangguk membuat Bulan langsung melangkahkan kakinya keluar. Namun, lagi-lagi Bima menahannya.

"Pake jaket gue. Sebentar lagi hujan, pasti Bang Rey ngga bawa jaket buat lo." Ucap Bima seraya memberikan jaketnya.

Memeluk RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang