Chapter 31 : Ini Terlalu Sakit, Lan.

35 11 6
                                    

Dua bulan berlalu dan selama dua bulan itu pula Bintang selalu berusaha untuk menghilang dari pandangan Bulan. Setiap kali mereka diberikan suatu kepercayaan untuk bekerja sama, Bintang selalu menolak dengan berbagai alasan. Bintang juga sudah tidak pernah lagi menghubungi Bulan. Tak pernah lagi menyapa Bulan, bahkan untuk sekedar melempar senyuman tipis saja Bintang juga sudah tak pernah lagi.

Apabila boleh jujur, Bulan sedih, bahkan sangat sedih. Bagaimana pun juga, Bintang lah yang selalu membuat senyuman Bulan terbit setiap saat. Bintang tak pernah sekali pun membuatnya mengeluarkan air mata. Melihat perubahan Bintang kepadanya yang sangat berbeda membuat hati Bulan sedikit teriris. Iya, hanya sedikit, karena ia masih memiliki Bima di sisinya. Namun, Bulan tetap saja sedih.

Bulan ingin memperbaiki semuanya, tetapi Bintang selalu saja menghindar. Bintang seakan tak ingin memperbaiki semuanya. Bulan baru menyadari akan perasaan Bintang kepadanya setelah mereka kembali menjadi asing.

Sampai saat ini, Bulan masih berpikir dimana letak kesalahannya? Bulan hanya kembali menerima cinta Bima, tetapi mengapa seakan-akan dirinya telah melakukan kesalahan besar?

Dua bulan jauh dengan Bintang cukup membuat dirinya sedikit tersiksa. Biasanya Bintang akan mengajaknya jalan-jalan mengelilingi taman setiap hari sabtu pagi. Bintang selalu memberikannya coklat apabila ia sedang bersedih, tak lupa juga Bintang selalu menghiburnya supaya senyuman manis itu tetap terbit di wajah cantiknya.

Bintang begitu sempurna, tak bisa dijelaskan dengan kata-kata.

***

Kondisi Bintang di pagi hari ini sedikit membuat Risma khawatir. Pasalnya, anak laki-lakinya ini tengah sakit, tetapi ia tetap memaksa untuk pergi sekolah dan selalu mengatakan bahwa dirinya baik-baik saja.

"Mah, Abang akan baik-baik aja kok. Mamah tenang aja, ya?"

Risma menghela napasnya, "oke, Mamah izinin kamu untuk berangkat sekolah, tapi kamu ngga boleh ikut upacara, ya, Bang!"

"Iya, Mah, iya," Bintang meminum susunya, "tapi ngga janji."

"Kamu kenapa sih, Bang hari ini maksa banget buat sekolah? Takut kangen sama Bulan kalo sehari aja ngga ketemu?"

"Pah, please...." Bintang kembali meminum susunya sampai habis, "hari ini ada ujian lisan, Abang ngga mau susulan. Udah ah, Abang mau berangkat dulu, takut terlambat."

Bintang mengambil tasnya lalu menyalami kedua orang tuanya, "Abang duluan, assalamualaikum."

"Wa'alaikumussalam, hati-hati, Bang."

"Semangat ujian lisannya, Bang."

Bintang mengangguk dengan senyuman manis yang selalu ia berikan untuk orang-orang tersayangnya.

***

Upacara baru saja berjalan, tetapi Bintang sudah merasakan pusing yang sangat menyerang kepalanya. Bintang berkali-kali mencoba membuka dan memejamkan matanya guna meredakan pusingnya, tetapi nihil. Rasa pusingnya semakin menyerang kepalanya.

Juna yang berada di sampingnya pun menyadari setiap pergerakan Bintang. Ia sedikit menyenggol bahu Bintang, "pstt!"

Bintang menoleh, ia mengangkat sebelah alisnya.

"Anjir! Lo sakit? Muka lo pucet banget!"

"Berisik!"

"Jawab anjir, Tang!"

"Nggapapa gue, biasa aja."

Juna menoleh ke belakang, ia melihat adanya Bulan yang berdiri di barisan paling belakang kelas mereka. Juna sedikit melambaikan tangannya kepada Bulan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 01, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Memeluk RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang