Sepatu - Kyuhoon

926 55 8
                                    

Junkyu as Raka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Junkyu as Raka

Jihoon as Rama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jihoon as Rama























































































































































































"Kakak, sepatunya yuk murah!"

"Mampir Buk Pak? Liat liat dulu boleh!"

"Sepatunya bagus bagus nih lagi diskon!"

Rama menghela napas kasar karena tak seorangpun minat untuk datang ke toko sepatu miliknya.

Padahal keadaan pasar tengah ramai karena tahun baru akan tiba. Benar sih jika mereka mungkin datang untuk membeli bahan makanan untuk malam nanti.

Namun bukankah bagus jika mereka membeli sepatu juga? Bisa untuk dipamerkan mungkin.

Entahlah yang penting Rama ingin seseorang atau banyak orang membeli dagangannya hari ini.

Pemuda itu duduk di atas kursi plastik merah depan toko. Kacamata yang ia pakai dari pagi akhirnya dilepas untuk dibersihkan.

Sudah agak berembun membuatnya tidak bisa melihat dengan jelas. "Gak ada yang mau beli sepatu tah? Sepi banget padahal banyak yang lewat."

"Permisi," Seseorang tiba-tiba datang.

"Eh?!" Kacamata Rama terjatuh karena terkejut. "Masuk aja, Kak. Liat-liat dulu ya."

Entah di mana kacamata itu terjatuh. Rama berjongkok meraba-raba lantai berusaha mencari kacamatanya.

Penglihatannya begitu buruk yang membuatnya tak bisa melihat dengan jelas. Benar-benar harus memakai kacamata.

Dia masih sibuk meraba lantai sambil takut-takut pengunjung itu pergi karena dirinya yang terlalu lama.

"Ini," Rama mendongak mendapati suara itu begitu dekat padanya. "Kacamatanya udah saya ambilin."

"O-oh Terima Kasih ya! Maaf merepotkan," Ujar Rama berdiri lalu meraih kacamata tersebut. "Silakan diliat lagi ya."

Kacamata Rama sudah terpasang apik di pangkal hidungnya. Matanya kini dapat melihat dengan jelas lagi.

Senyumnya masih mengembang namun tak lama pudar kala melihat seorang di depannya. "RAKA?!"

"Kukira lupa sama aku," Balas Raka sambil terkekeh.

Rama masuk dalam pelukan Raka begitu erat. "Suara kamu makin berat ditambah aku gak bisa liat dengan jelas. Jadi mana bisa aku kenalin kamu."

"Aku kangen kamu. Kangen, kangen, kangen banget," Ucap Rama jujur.

"Aku juga. Kuliahku udah selesai di sana. Empat tahun kita gak ketemu ya hahaha," Balas Raka tertawa. "Kamu juga makin gembul aja."

"Aku lagi ga mood berantem jadi aku iyain aja. Intinya aku kangen kamu," Rama masih memeluknya bahkan menenggelamkan kepalanya pada bahu Raka.

"Jadi kamu masih mau kangen-kangenan ama aku atau mau lanjut jualan?" Tanya Raka.

Rama melepas peluknya. "Sebenernya masih mau peluk sih tapi jualan aja dulu aja deh. Biar tutup lebih awal hehehe."

Akhirnya mereka berdua berseru ria memanggil orang orang untuk mampir ke toko.

Sesekali bercanda satu sama lain hingga membuat mereka tertawa bersama kalau siang menjelang sore itu.

Tak terasa beberapa orang berhasil mereka tarik untuk membeli sepatu. Mungkin karena mereka bahagia jadi orang tertarik untuk datang? Duh, pikiran Rama sedang tidak beres.

Karena bersemangat, Rama memutuskan untuk menutup toko lebih awal. Otaknya sudah merencanakan banyak acara untuk dihabiskan oleh kekasihnya setelah sekian lama dalam jarak.

"Bentar, aku mau kunci dulu pintunya," Tukas Rama merogoh kunci pintu tokonya.

"Rama, aku mau ngomong serius sama kamu," Tiba-tiba Raka bersuara. "Kita udah lama ya pacaran bahkan LDR, aku mau berterima kasih karena kamu setia banget sama aku."

Jantung Rama berdegup kencang. Lalu perlahan menghadap Raka yang tengah tersenyum. "Oke. . .?"

"Aku punya sesuatu buat kamu," Raka mengambil sesuatu dari balik jaketnya lalu memberikannya pada Rama.

Rama menatap benda itu bingung. "Apa ini?"

"Coba liat."

Benda itu dibuka oleh Rama perlahan dengan sesekali menatapnya secara bergantian pada Raka. "Kamu serius? Kamu bercanda 'kan Raka?"

"Aku gak bercanda, Ra. Aku serius," Ujar Raka menunjukkan senyum tipisnya.

Mulut Rama tertutup bahkan air matanya mulai membasahi pipi.

"Maaf, Ra."

"Aku setia nunggu kamu empat tahun di sini. Dan kamu dateng ke sini langsung mau ngasih surat undangan pertunangan kamu?" Tukas Rama tak percaya. "Kamu bahkan senyum, Ka."

"Maaf, Ra. Maaf sekali lagi," Sahut Raka pelan. "Jangan lupa dateng ya."

"Gimana aku bisa dateng kalo tunangan kamu sahabat aku sendiri," Balas Rama dengan mata yang berkaca-kaca.












































































Gimana cerita kali ya ini?








Treasure Oneshot Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang