5. Dream?

1.4K 212 5
                                    

“Dewi Athena, saya sudah membersihkan kuil.” Ucap gadis cantik bernama Medusa sambil tersenyum.

“Terimakasih, Medusa.” Balasku.

‘Tunggu, apa? Athena? Medusa? Aku berada diingatan Athena?’ Batinku, walau begitu, aku tidak bisa menggerakkan tubuhku sama sekali. Sepertinya aku hanya dapat melihat saja ingatan Athena.

“Medusa, saya akan pergi terlebih dahulu. Tolong jaga dan lindungi kuil ini.” Pintaku kepada Medusa.

“Baik, akan saya laksanakan, Dewi Athena.” Medusa menunduk hormat.

Saat aku kembali, aku melihat Medusa yang sedang diper*osa oleh Poseidon.

“Medusa.” Aku memanggilnya disaat Poseidon sudah pergi. Ia melihatku dengan penuh ketakutan dan penyesalan.

“De-dewi Athena, saya mohon ampuni saya... Dewa Poseidon lah yang berlaku seenaknya k-kepada saya... Saya mohon maafkan sa--” Athena menyela perkataan Medusa.

“Medusa tau syarat agar bisa menjadi pendeta di kuil-ku?” Tanyaku.

“... Perawan dan mengabdi kepada Dewi Athena..” Jawab Medusa.

“Benar, namun Medusa tau apa yang baru saja Medusa lakukan dengan musuhku?” Tanyaku kembali.

“Dewi Athena..! De-dewa Poseidon yang sudah melakukan itu kepada saya! Saya tidak bersalah sepenuhnya, Dewi...!” Jawab Medusa lagi.

“... Saya tau, namun maaf. Medusa harus pergi dari kuil ini agar menjaga kesuciannya.” Aku mengutuk Medusa menjadi wanita yang buruk rupa dengan rambut ular, lalu mengirimnya ke pulau yang jauh.

Sepertinya aku merasa sedih karena Medusa harus ku kutuk dan ku usir dari sini.

Dua hari berlalu, aku meminta Perseus untuk datang ke kuil-ku.

“Saya sudah datang dikarenakan permintaan Anda dan permintaan raja Argos. Ada apa, yang mulia Athena?” Perseus berlutut di hadapanku.

“Permintaan saya, apakah Perseus bersedia memenggal kepala Medusa untuk saya?” Tanganku berada di kepala Perseus, dan sepertinya Perseus agak terkejut.

“... Maaf, jika boleh saya tau, mengapa raja Argos dan Anda ingin memenggal kepala Medusa? Bukankah Medusa pendeta di kuil yang Anda cintai ini?” Tanya balik Perseus.

“Medusa telah resmi menjadi istri dewa Poseidon, Perseus.” Jawabku.

“Ah, jadi begitu alasannya. Baiklah, saya bersedia untuk memenggal kepala Medusa.” Ucap Perseus.

“Terimakasih. Jika sudah, tolong berikan kepada saya agar saya memasangkan di perisai saya.” Pintaku.

“Sama-sama, yang mulia Athena. Sebelum itu, bisakah saya menggunakan kepala Medusa untuk pertarungan saya?” Tanya Perseus lagi.

“Tentu saja, saya tidak terburu-buru. Silahkan kembalikan kapanpun Perseus tidak membutuhkannya lagi. Saya juga menyediakan perisai untuk Perseus.” Ucapku.

“Terimakasih, yang mulia Athena. Saya akan menggunakannya dengan baik untuk menjalankan perintah Anda. Kalau begitu, bisakah saya pamit pergi?” Tanya Perseus.

“Terimakasih kembali, Perseus. Silahkan.” Aku mempersilahkan Perseus untuk pergi.

Sebulan lamanya sejak aku meminta Perseus untuk memenggal kepala Medusa, mungkin ia sedang menggunakannya dalam pertarungannya.

Keesokannya, Perseus datang kembali ke kuil-ku.

“Selamat pagi, yang mulia Athena. Hadirnya saya disini untuk memberikan kepala Medusa untuk dipasangkan ke perisai Anda.” Perseus berlutut dan memberikan kepala Medusa kepadaku.

Ah, melihatnya saja aku ingin muntah.
“Terimakasih, Perseus. Perseus sudah banyak berjuang untuk saya.” Aku menerima itu dan memasangnya di perisai-ku.

“Sama-sama, yang mulia Athena. Jika Anda membutuhkan saya lagi, silahkan kirim surat kepada saya. Saya juga ingin mengembalikan perisai yang Anda berikan kepada saya sebulan yang lalu.” Perseus mengeluarkan perisai-nya.

“Tak apa, tidak perlu dikembalikan. Saya memberikan itu kepada Perseus sebagai permintaan terimakasih saya.” Aku memegang pundak Perseus yang berlutut kepadaku untuk mengisyaratkannya agar berdiri.

“Terimakasih, yang mulia Athena. Saya akan menjaga dan menggunakannya untuk membantu orang-orang yang berada didalam kesulitan.” Perseus menunduk hormat kepadaku.

“Terimakasih kembali, Perseus. Saya mempersilahkan mu untuk pergi dari sini dan menjalankan perintah dari dewa lain.” Ucapku yang berniat mengusir Perseus dengan halus.

“Baiklah, kalau begitu saya pamit dulu. Selamat pagi dan semoga hari Anda indah, yang mulia Athena.” Pamit Perseus.

“Pagi, semoga harimu indah juga, Perseus.” Ucapku menatap kepergian Perseus.














*Byur!

“Bangun kak!! Ini sudah jam 6 astaga! Kau tidak sekolah atau bagaimana, hah?! Mamah bisa marah!!” Kay menyiramkan air kepadaku agar aku bangun.

“Hah?! Jam 6? Astaga!” Aku bergegas beranjak bangun dan mandi untuk sekolah.


-Saya rasa sudah cukup untuk bagian “5. Dream?” ini. Tekan bintang dibawah untuk vote, dan jika berkenan silahkan beri komentar. Sekian dari saya selaku author cerita ini, jika ada yang kurang atau typo silahkan ingatkan author. Terimakasih.-

Windbreaker x Reader Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang