06

3 1 0
                                    

Mei yang sedang asik mengobrol dan merasa ada yang melihatnya diseberangnya. Mei terdiam, dan benar saja seseorang sedang menatapnya dengan senyumnya. Senyuman yang pernah laki-laki spesial berikan kepadanya.

Bela yang melihat Mei terdiam dari tadi berusaha untuk menetralkannya. "Mei lo kenapa?" tanya Bela khawatir terjadi apa-apa.

"Hah? Gu-gue gapapa" Mei menjawab kikuk.

"Beneran lo gapapa?" Bela berusaha menyakinkan bahwa Mei tidak apa-apa.

"Beneran" Mei terus memandangi seseorang dari arah sana. Tapi ia langsung mengalihkan pandangannya.

Dilain sisi Ray terus memandanginya bahwa sampai tidak sadar, sedari tadi Zidan mengajaknya ngobrol. "Heh Ray lo kenapa dah?" Zidan menepuk pundak Ray sedikit keras.

Ray tersadar. "Hah? I-iya kenapa?" tanyanya bingung.

"Lo lagi liat apaan si? Sampe gue ngomong panjang lebar diem aja" Zidan berusaha mencari seseorang yang sedari tadi Ray pandangi.

Pada akhirnya Zidan tertangkap dengan adanya Mei diseberang sana. "Oh lo daritadi gak dengerin gue ngomong karena lo lagi liatin Mei?"

Jidat Ray mengernyit. "Itu Mei?" tak percaya.

"Iya Mei, masa lo gak tau mantan sendiri"

"Beda dia sekarang, lebih cantik" ucap Ray sambil memandangi Mei yang sedang tertawa bersama sahabatnya.

"Samperin lah kalau mau ngobrol" Zidan menyenggol lengan Ray.

"Gue samperin nih?" tanya Ray.

"Ya samperin lah anjir. Udah sana samperin gue mau nyusul Vito sama Erik."

Ray menaruh minum itu dimeja dekatnya. Lalu ia mulai melangkah menghampiri Mei berada.

"Semoga berhasil!" teriak Zidan seraya meneguk minuman.

"Hi" sapa Ray ketika sampai disebelah Mei.

Mereka yang tadinya asik tertawa dan mengobrol, seketika berhenti dengan kedatangan Ray secara tiba-tiba.

"H-hi" Mei menjawab pelan dan tersenyum tipis.

"Eum gue kesana dulu ya Mei" Lita langsung menarik tangan Bela dan Lola untuk menjauh dari mereka berdua.

"I-iya"

"Apa kabar Mei?" tanya Ray seraya memasukkan kedua tangannya kedalam kantong celana.

"Baik, lo sendiri gimana kabarnya?" Mei menanyainya balik.

Jujur Mei agak sedikit asing berjalan berdua dengan Ray. Sudah lama mereka tidak kembali berjalan berdua.

"Lo sekarang lanjut kemana?"

"Trisakti" Mei tersenyum tipis.

Mereka mengobrol sambil melangkah dan menuju taman tidak jauh dari arah kolam renang.

"Satu sekolah dong sama Zidan, Erik?" Ray mempersilahkan Mei duduk terlebih dahulu.

"Makasi. Iya satu sekolah"

"Satu kelas juga?" Kini Ray menatap Mei secara intens.

Namun Mei tidak berani menatap Ray yang memiliki alis yang lentik dan mata yang indah itu.

"Nggak beda. Lo sekarang lanjut kemana? Apa lo lanjut di luar negeri lagi?" Mei berusaha menenangkan rasa gugupnya.

Bukan, bukan karena ia masih mempunyai perasaan. Namun ia gugup karena sudah lama tidak mengobrol jarak dekat lagi.

Ray yang melihat gerak-gerik Mei yang menurutnya risi dan tidak nyaman jika ia menatapnya. "Lo risi gue natap lo kayak gini?" tanya Ray.

"Liat gue dong. Dimana-dimana kalau lagi ngobrol itu eyes contact, lah lo malah natap kedepan. Liat apa sih?" lanjut Ray.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 06, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tokoh Utama Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang