Bagian 10

6K 497 6
                                    

Hollaa.. Author Come back

Happy Reading :)

_________-----------------__________

Suasana aneh menyelimuti kamar milik Ardya.

Ardya, Dito, dan Raihan berwajah pucat dengan garis hitam tebal di bawah mata mereka, terduduk berdesakan di atas tempat tidur yang kecil.

"Kalian Minggir! Biarkan Gua Istirahat!!" Ardya berkata dengan suara serak dan nada kesal.

"Turun Han, gua tidur di atas sama Ardya." Kata Dito dengan Suara Lemah.

"Gak! Pokoknya hari ini gua tidur di kasur!!" ucap Raihan

Posisi mereka cukup menghawatirkan, dengan Ardya yang berada di tengah serta Dito dan Raihan berada di kedua sisinya. 

Mereka saling berdempetan di atas tempat tidur seakan bergulat satu sama lain untuk memperebutkan daerah kekuasaan.

Mendengar perkataannya dibantah, Dito pun melotot ke arah Raihan.

"Han, Tidur dibawah!" tegas Dito.

Masih memungkinkan jika dua orang di atas tempat tidur, tapi sangat mustahil untuk 3 orang.

Ardya mengangguk menyetujui ucapan Dito dan menyusul melotot pada Raihan

Raihan balik menatap Ardya dengan tegas. Namun, detik berikutnya saat melihat Dito, raut wajah Raihan berubah menjadi sedih dan sedikit memelas.

"Ayolah.. gua ngantuk banget sumpah, udah 2 minngu lebih gua gak tidur nyenyak! Kramiknya dingin parah! Badan gua pada sakit kaya maling abis dipukulin warga sekampung!!" Keluh Raihan.

Ardya melotot pada Raihan dan mencoba mendorongnya untuk memperluas beberapa ruang.

"Bukan lo doang yang ngantuk!!"

Memang, mereka bertiga hampir tidak tidur sepanjang malam sejak Rey dan Ray lahir. Ketiga pria itu saling bergantian mengurus si kembar di tengah malam, namun tangisan dua roti kecil milik Ardya itu sangat kencang dan menggema di seisi rumah, menyebabkan semua orang yang berada didalamnya terjaga sepanjang malam.

Keterampilan mengurus bayi yang mereka miliki sangat minim. Hanya bermodalkan arahan dokter dan pencarian internet yang bisa mereka andalkan.

Keras kepala Ardya yang tidak ingin memperkeejakan pembantu rumah tangga kini membuat mereka kewalahan. Sudah puluhan kali Dito membujuk untuk setidaknya menaruh satu suster guna mengurus si kembar tapi nihil, Ardya tetap kekeuh dengan pendiriannya. Dito hanya bisa menyerah dan menghela nafasnya kasar.

Perdebatan perebutan wilayah terus berlanjut di atas tempat tidur.

Namun,

Berbanding terbalik dengan keadaan ketiga orang itu. Dua penghuni kecil dalam ruangan terlihat sangat damai dan cerah. 

Disamping jendela yang terbuka dan bermandikan cahaya matahari pagi, Rey dan Ray sedang menggeliat di atas keranjang bayi kecil mereka.

Kain yang membalut tubuh Rey dan Ray telah terbuka, menampakan kulit merah mereka yang perlahan memutih dan menjadi kulit lembut nan halus. Kedua tangan kecil mereka yang di bungkus sarung tangan saling bersentuhan ketika mereka menggeliat, seperti harmonisasi yang diciptakan antara saudara kembar untuk saling berkomunikasi satu sama lain.

Tapi kedamaian itu tak berlangsung lama.

Rey terlihat mengerutkan dahinya dengan keras, tangannya sedikit bergetar dan suara tangisan pu pecah dari mulut kecilnya.

Oooekkk... Ooekkk....

Ketiga orang dewasa disisi lain langsung berhenti berdebat dan menghela nafas secara bersamaan.

M-Preg TwinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang