Bagian 1

20.4K 878 1
                                    

Akhir dari masa SMA telah tiba. Seluruh siswa kelas 12 telah kembali dari medan pertempuran dan  kini saatnya mereka untuk bersenang-senang.

Sembilan bis berwarna oren berbaris rapih di depan pintu gerbang SMA Tunas Bangsa. Untuk kegiatan perpisahan kelas 12 di Bali selama seminggu.

Oh iya guys… Kenalin, namaku Ardya Daefara, cowo ganteng calon maba Universitas. Asekk…

Sudah sangat lama aku menantikan kegiatan ini. Kalian tau? Bali coyy.. tempatnya bersemayamnya Bh sama Cangcut lalu lalang dengan bebas.

Tentu saja, kamera dan memori telah ku persiapkan dengan sempurna.

‘Akan ku kumpulkan seribu foto bikini bule di sana.’ Batinku bersemangat.

Saat ini bis yang kami gunakan telah bergerak perlahan, mengikuti bis yang ada di depannya. Aku dan teman sekelas ku ditempatkan di bis terakhir, karena kami ‘sekelompok cowo paling rusuh’ katanya.

“Ardya… Siapin kresek buat Dito!!”  Teriak Raihan dari belakang.

‘Dasar nih anak! Giliran doi nya sakit ajah gercep.’ Batinku

Aku tetap menghampirinya dan kulihat Dito meringkuk menahan mual di kursinya.

“Astaga DI! Belom juga masuk Tol udh tepar duluan! Nih.” Kuberikan kantong plastik bekas minuman serta obat pereda mual yang ku punya.

“Thanks Ar..” diambilnya dengan wajah pucat.

“Han, Jagain yang bener doi lo. Kalo dia bergadang, marahin!! Bukannya malah ikut bergadang juga!!”  Omelku padanya.

Ya, kalian benar. Mereka berdua adalah sepasang kekasih berkelamin sama. Aku tidak merasa jijik saat bersama mereka, memang mungkin sebagian orang merasakan seperti itu namun, aku hanya berpikir ‘toh itu juga bukan urusan gua.’ Yang pasti aku udh bersahabat dengan mereka dari masa TK. 

“Iyaa Ar, gua tau… Kek emak-emak ajah lo ngomel mulu.”

Aku menatapnya dengan tajam. “Gua ngomong buat kebaikan lo ya!”

“Iya,iya, maap. PMS mulu.”
Dengan wajah kesal aku kembali ke tempat dudukku di depan.

Perjalanan ini sangat panjang, tanpa terasa rasa kantuk menyerang dan langsung membawaku ke alam mimpi.

****

Tepat tengah malam kami sampai di hotel yang telah di pesan. Hotel itu sangat besar dan mengah, dapat ku lihat di depan hotel itu ada air mancur dengan patung gadis menari berwarna emas. Apa itu emas asli?

Ku senggol lengan Dito yang sudah tanpak segar. “Di,Kepsek duit darimana dapet hotel bagus begini?”

“Orang dalem.” Balasnya cepat. Aku hanya menganggukan kepalaku tanda mengerti.

Pembagian kamar untuk seluruh siswa telah di tentukan dan sudah pasti aku dan kedua temanku ini berada di kamar yang sama, bersama tiga orang lagi yang kami kenal dari kelas sebelah.

Kami mendapatkan kamar bernomor 360 yang berada di paling ujung.

Saat pintu kamar terbuka menampilkan suasana modern dengan tiga kasur yang tersusun bersebelahan.

“Anjir.. Tumben kepsek dermawan.” Puji Raihan.

“The power of orang dalem” jawabku dan langsung masuk untuk menjamah kasur empuk itu.

“Owalah, pantesan.”

Kami semua memasuki kamar dengan rasa kagum dan penasaran. Tiga teman sekamar kami, Maul, Tian dan Ojan sangat antusias meneliti setiap sudut kamar.

Dengan mata berbinar mereka mencoba satu persatu barang yang ada di dalam kamar hotel ini.

Yang membuatku merasa kagum ialah kamar mandinya, sangat nyaman dengan bathub panjang dan showe pemanas yang canggih. 'Astaga.. aku bisa seharian mandi di sini.'

Dan jangan lupakan pemandangan hijau persawahan yang dapat dilihat dari kaca kamar ini. Kolam renang besar pun terlihat jelas dari dalam kamar. Bisa cuci mata tiap hari guys..

“Ehhh… Main King game yok.” Tian berkata dengan penuh semangat. Dito dan Raihan tanpak tertarik.

“Tidur bego. Besok ke pantai.” Tolakku pada mereka.

“Elah, Alesan lo. Bilang aja takut.” Ujar Tian.

“Apa? Gua takut? Kuy main!”


*****


“SUMAPAH DEMI KOLOR BABEH LO CANTIK BANGET AR!!”

Tamat hidup gua udah.

“Fix, besok lu harus ngedate sama gua!”

Gua dikerjain abis-abisan sama tiga tuyul brengsek itu. Bayangin coba sekarang gua lagi pake baju cewe dengan wig hitam panjang sebahu. Astaga martabat gua sebagai cowok ganteng luntur!!

Ntah benar kesialan sedang menghampiri atau emang itu adalah ulah mereka bertiga yang bersekongkol buat jadiin gua kaya gini. Ini adalah hukuman yang gua dapet setelah kalah tiga kali berturut-turut.

“Anjirr lo! Ayo maen lagi! Kalo gua menang, gua alihin ini semua ke lo Tian!” Azab ku padanya.

Permainan pun kembali dimulai dan sepertinya benar, dewi keberuntungan menjadi penghianat, gua kalah lagi anjir!!!

Hukuman kali ini lebih ekstream. Gua disuruh turun ke bawah, beli snack dan naik lagi ke atas, DENGAN DADANAN CEWEK DAN GAK BOLEH DILEPAS!

“Bangsad lo semua!” Hardik ku pada mereka.

Dengan rasa takut dan malu yang besar, aku pergi menjalankan hukuman ini. Sandal jepit berwarna biru menjadi pelengkap alas kaki ku saat ini.

Aku menunggu lif yang akan membawa ku turun dengan cepat, malas menggunakan tangga, nanti kalo ketemu anak cewe sekelas bisa panjang rentetan gossip yang mereka umbar.

“Anjir lama banget si turunnya.” Marah ku pada lif ini yang masih menunjukan angka 20-an.

Saking kesalnya menunggu, ketiga tombol lif itu aku tekan dan akhirnya salah satu lif pun terbuka.

Tanpa basa basi aku pun langsung menaikinya dan menekan tombol lantai dasar namun, bukannya turun kebawah, lift ini malah naik ke atas, dapat ku lihat tombol tertinggi bernomor 31 menyala.

‘Mungkin ada orang yang ingin naik dahulu’ Batinku.

---------

Masih Awal Gaess...

M-Preg TwinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang