5. Boldness

316 33 11
                                        

Korea. Negara kecil dengan sumber daya luar biasa. Yang katanya sumber kebahagiaan terbesar. Namun kelam bagi dirinya. Seorang ibu yang kehilangan buah hatinya.

Jung Taeyong menghela napas kecil. Setitik perasaan rindu membuncah dari lubuk hatinya. Dia tengah merajut sebuah syal yang sengaja ia buat untuk sang putra yang jauh disana.

"Selesai.." ia bergumam pelan. Mengangkat syal yang selesai ia rajut ke udara. Senyum yang semula mengembang, kembali luruh ke bawah. Menatap syal yang sepertinya salah peletakan benang. Terlihat tidak rapi dan membentuk garis yang salah. Taeyong mengambil jarum sulamnya dan menghapus rangkaian yang salah.

Kemudian ia menyerah. Meletakkan jarum dan benang sulam kembali ke tempatnya. Tangannya bergerak mengambil ponsel yang dari tadi ia isi ulang. Mendial nomor dengan kode kebangsaan asing dan menunggu hingga tersambung.

"Halo?" Taeyong mengucap syukur dalam hati. Diseberang sana, Fillo menjawab dengan nada gembira.

"Hai. Bagaimana kabarmu disana?"

"Semuanya baik, Mama. Kami bahagia disini. Beomgyu juga. Semuanya berkat Papa Jaehyun. Hahaha ...." Fillo tertawa ringan disana.

Taeyong juga turut tersenyum. "Benarkah? Bolehkan Mama mendengar suara Beomgyu?"

Fillo terdiam sejenak. Kemudian memperbolehkan setelah beberapa detik. "Tentu saja, Ma. Sebentar ya.. Beomgyu sedang kelelahan.."

Taeyong nampak kebingungan, namun kemudian ia tertawa kecil karena merasa mengganggu pasangan ini.

"Aduh ... Pasangan baru."

💜

Kursi dengan roda itu berderit pelan ketika sang pemilik memutar arah hingga kembali menghadap ke bawah. Tepat dimana seorang lelaki yang nampak hampir tak bernyawa itu terbaring lemah, tertutup beberapa kain kotor.

Tatapan lelaki dengan surai kehitaman itu nampak kosong tanpa kehidupan. Seakan seluruh jiwanya telah hilang dan menyisakan raganya yang kosong. Ia sibuk meratapi nasibnya yang penuh kesialan, sementara penyebab semua kejadian ini hanya duduk memandangnya rendah dari ujung ruangan.

"Semuanya baik, Mama. Kami bahagia disini. Beomgyu juga. Semuanya berkat Papa Jaehyun. Hahaha ...."

Beomgyu tersentak. Pandangan yang semula tak bernyawa itu secara tiba-tiba bergetar pelan. Menahan isak tangis yang siap ditumpahkan. Satu kata yang berhasil membuat Beomgyu merasa rematan kecil di dadanya.

"Tentu saja, Ma. Sebentar ya.. Beomgyu sedang kelelahan.."  Fillo di ujung sana merendahkan tatapannya. Menatap Beomgyu dengan tatapan mencemoohnya yang khas. Bibirnya membentuk kurva miring. Mengejek Beomgyu yang kini menatapnya dengan tatapan nanar. Tangan mungil dengan guratan luka itu mengepal di atas tanah beralaskan jerami.

"Mama, jangan seperti itu ... Aku jadi merasa bersalah. Baik-baik. Ini Beomgyu sudah bangun. Mama bisa berbicara dengan Beomgyu." Fillo bangkit dari singgasananya. Berjalan pelan ke arah Beomgyu yang justru bergerak mundur dengan badan bergetar.

Fillo mendekat, kemudian berjongkok di hadapan Beomgyu. Ia mengulurkan tangannya ke depan. Mengarahkan ponsel mahalnya ke depan wajah si lelaki manis. Kemudian sebuah suara lembut terdengar, "Beomgyu sayang ... Ini Mommy ...." tak ayal membuat air mata yang sebelumnya ia rasa hilang perlahan luruh ke tanah.

"Mommy ... Rindu ...." Ia berujar dengan suaranya yang hilang, akibat memberontak. Fillo dengan gerakan bibirnya mengancam Beomgyu. Supaya lelaki itu bisa menjaga kata-katanya atau ia akan memberi hukuman yang lebih besar daripada ini.

Beomgyu tentu tak terima. Ia hanya ingin kebebasan dan lepas dari jeratan pria kejam di hadapannya. Dengan suara seraknya, Beomgyu berucap tanpa pertimbangan. Ia siap menerima segala konsekuensinya.

"Mommy ... Tolong bawa Gyu pergi dari—" Selanjutnya, telepon langsung tertutup. Fillo membantingnya ke lantai dengan kekuatan penuh. Menyebabkan benda canggih itu hancur berkeping-keping. Tangannya menarik surai Beomgyu kasar. Menggeram penuh ancaman.

"Aku pikir ... Kau benar-benar harus diberi pelajaran lebih kasar dibanding tadi," ucap Fillo sembari melepaskan cengkeramannya dengan kekuatan penuh. Ia menyugar helai rambutnya ke belakang. Menarik napas panjang dan dengan sengaja menginjak telapak tangan Beomgyu dengan ujung pantofelnya yang keras.

Pekikan kesakitan yang terdengar seakan menjadi alunan merdu baginya. Fillo kembali berucap, "Dasar menjijikkan. Kau masih ku beri kesempatan untuk hidup, namun kau lancang sekali meminta lebih! Memang seharusnya aku tidak memberi kesempatan." Fillo menggeram kesal. Kembali mengarahkan kakinya ketika lelaki manis di bawahnya tidak melakukan pergerakan apapun. Beomgyu memejamkan mata dengan napas tak tenangnya.

"Sial. Kev! Ace!" Dua pria berbadan besar dan tegap dengan balutan setelan serba hitam tiba-tiba datang setelah terpanggil. Fillo menatap Beomgyu lewat ujung matanya dan dua anak buah itu tau apa yang harus mereka lakukan.

"Bawa dia ke ruangan itu. Minta dokter bodoh itu melakukan tugasnya!"

Selanjutnya Fillo tidak lagi peduli dengan apa yang terjadi. Dia bergegas pergi menyegarkan pikirannya yang dipenuhi dendam.

💜

Keesokan paginya, ada yang membuat Taeyong terkejut sampai menjatuhkan vas bunga mahalnya untuk berlari ke pintu gerbang dengan sangat cepat. Pria manis dengan senyuman itu nampak syok sekaligus bahagia ketika melihat mobil berwarna putih metalik yang tentunya ia tau siapa pemiliknya, nampak berhenti beberapa meter dari tempatnya berdiri.

Seorang pria dengan setelan mahalnya nampak keluar dari kursi kemudi. Bergerak memutar ke kursi di sebelahnya untuk membukakan pintu. Kemudian Taeyong tak bisa menahan kakinya untuk bergerak. Ia berjalan ke arah mobil itu dan merengkuh lelaki manis yang ia rindukan dengan penuh kasih.

"Beomgyu nya Mommy ...." Lelaki manis yang dipanggil hanya tersenyum kaku.

"Halo, Ma. Aku pulang ...." Ia berujar dengan nada tenang. Membuat Taeyong kembali gemas dan tangannya bergerak meremas pipi Beomgyu yang terasa sedikit tirus.

Merasa tak dipedulikan, Fillo berdehem pelan. Membuat atensi dua lelaki manis itu mengarah padanya. Ia menampilkan senyum terbaiknya. Kemudian mengecup punggung tangan Taeyong dengan sopan, "Selamat pagi, Mama Cantik," ucapnya dengan senyum manis.

"Pagi juga, menantu. Apa yang membawamu ke Korea?" Tanya Taeyong dengan nada yang ramah.

"Ada keperluan bisnis, Ma. Penerbangan ku ke Los Angeles selama dua bulan dan tidak mau meninggalkan istriku sendiri di rumah kami. Jadi.. boleh ya titip Beomgyu bersama Mama?" Tangan pria itu bergerak menggenggam pergelangan tangan Beomgyu yang nampak semakin cerah.

Taeyong tentu saja tak menolak. Ia dengan senang hati menerima Beomgyu karena bagaimanapun, ia juga merindukan putra bungsu kecilnya.

"Baiklah, Beomgyu sayang ... Disini bersama Mama. Aku akan kembali setelah dua bulan. Jadi ... Lakukan apa yang harus dilakukan, oke? Jangan terlalu lelah. Kamu mengerti apa yang aku katakan, hm?"

Pria manis bersurai coklat itu mengangguk patah-patah. "Mengerti. Aku harus melakukan apa yang menjadi tugasku. Membantu Mama dan menghubungi mu setiap saat agar kamu tidak khawatir," balasnya dengan senyum lembut.

"Pintarnya ... Jaga diri disini oke. Aku berangkat." Tangan Fillo melayang ke arah Surai Beomgyu, kemudian memberi elusan singkat sebagai perpisahan. Disambung dengan kecupan kening ia lakukan. Membuat Taeyong memekik kecil di ujung sana.

Atensi Fillo kembali ke arah Taeyong yang masih menutup mulutnya dengan satu tangan. "Baiklah Mama. Aku pamit ya."

"Iya-iya. Jangan khawatir. Beomgyu akan Mama jaga agar tidak ada satu pun lecet di tubuhnya. Hahaha ... Berhati-hatilah, Fillo."  Taeyong melambai kecil ketika Fillo perlahan kembali ke dalam mobil bersama satu pengawal bersamanya.

Selanjutnya, mobil putih metalik itu perlahan pergi meninggalkan rumah besar dengan cat putih gading. Taeyong menggandeng tangan halus Beomgyu, membawanya masuk ke dalam dengan hati yang berbunga-bunga.

—TBC

11 vote dalam dua hari!!! Terimakasih! TERIMAKASIH BANYAK-BANYAK! Aku senang, kalian juga menyukai apa yang aku tulis.

Dan mungkin ini akan menjadi buku bergenre Hurt Jungfam terakhir.. aku tidak mau buat cerita menyakitkan seperti ini lagi! Q_Q

SOLENESS [JungFam]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang