"Kau akan menikah."
Beomgyu tersentak. Menatap sang ayah yang tengah mengiris daging steak dengan gaya elegannya. Jung Jaehyun terlihat tidak terganggu dengan tatapan tak suka yang dilayangkan sang putra bungsu.
"Daddy? Tidak mau! Aku tidak mau menikah dengan pilihan kalian!" Beomgyu berucap dengan nada penuh penolakannya.
"Daddy tidak meminta pendapatmu. Ini perintah."
Lagi-lagi Beomgyu menggeram di tempatnya. Manatap tajam kearah Jaehyun yang masih menikmati makanannya. Kemudian ia berdecih, dan berdiri. Meninggalkan ruang makan dan teriakan Taeyong yang memintanya kembali.
Tak mendengar jawaban Beomgyu, Taeyong langsung tak berminat pada apa yang maid sajikan di meja makan. Tatapannya mengarah ke Jaehyun. Menghela napasnya dan berbicara, "Beomgyu tidak boleh menikah di usianya yang baru dua puluh tahun. Beomgyu ku bisa mencari pendamping nya sendiri."
"Keputusan ini sudah bulat, Darl." Gumam Jaehyun.
"Tidak dan tetap tidak. Kau tidak bisa menikahkan anakku Jae. Tidak boleh. Aku sebagai Mommynya tidak merestui pernikahan ini."
"Tapi kan Darl-"
"Berhenti memanggilku Darling! Sebelum kau menarik kembali keputusanmu untuk menjodohkan Beomgyu, atau kau mau kita berpisah, Jae!" Putus Taeyong sebelum pergi tanpa menyelesaikan acara makan malamnya. Tak peduli lagi pada Jaehyun yang terus memanggil namanya. Dia hanya ingin menemui Beomgyu yang mungkin sedang gusar di kamarnya.
❇️❇️❇️
Taeyong dan pikirannya adalah kebenaran. Nyatanya Beomgyu tengah berbaring di kasurnya sambil memeluk boneka beruang kecil yang Taehyun berikan.
Namanya Mua. Pemberian Taehyun yang masih ia simpan bertahun-tahun. Boneka beruang berwarna kuning langsat dengan mata bentuk dan senyumnya adalah satu-satunya boneka yang Beomgyu peluk setiap malam, dan tempat keluh kesahnya.
Seakan-akan boneka itu adalah Taehyun kedua yang akan selalu menemaninya. Secinta itulah Beomgyu pada pria sederhana yang kesehariannya hanya kerja serabutan sambil mencari pekerjaan yang lebih mapan.
Dan tentang hari ini, Beomgyu tau pembahasan ini akan terjadi. Waktu itu, tak sengaja telinga kecilnya mendengar telepon sang papa bersama seseorang yang dipanggil sekretaris nya itu. Beberapa bulan yang lalu, tepat dimana ia sudah berniat jujur kepada orang tuanya jika ia sudah memiliki kekasih namun dalam tingkatan yang tak sama.
Langkah kakinya berhenti tepat di ujung tangga. Satu meter jauhnya dari pintu kamar ayah ibunya yang terbuka. Samar namun jelas, Beomgyu mendengar Jaehyun berbicara pembicaraan yang cukup serius dengan sekretarisnya.
"Apa kita tidak bisa mengimbangi dengan penjualan lain selain pembangunan proyek tidak berguna itu?"
"Tidak bisa tuan.. kerugian dari proyek itu hampir 50% dari dana keuangan yang kemarin saya serahkan. Terlebih, hampir semua saham perusahaan-perusahaan besar mulai ditarik dan membuat keuntungan kita menurun drastis. Jika tidak mendapat suntikan saham yang lebih besar lagi, kita tidak akan bisa kembali dan perusahaan bisa terancam bangkrut, Tuan."
"Itu sedikit buruk.. ck, padahal aku bisa menyuntikkan saham dari perusahaan lainku. Tapi itu akan dicurigai kepolisian.. hm.. Begini saja, Doy, aku akan meminta bantuan kepada seseorang.. untuk sementara jangan biarkan perusahaan itu lepas."
"Baik."
Beomgyu tidak mengerti tentang perusahaan. Terlebih-lebih tentang saham yang membuat papanya kalut. Tapi mendengar kata bangkrut.. ia tau masalah itu tidak bisa dianggap enteng.
Dan Beomgyu mengerti jika orang yang dimaksud sang papa adalah pria itu. Pria yang akan dinikahkan dengannya itu.
Sejenak, otaknya berputar. Rasa iri dan ketidak-adilan yang sekilas membuatnya nampak egois. 'kenapa bukan kakaknya saja yang menikah?' 'mengapa harus dirinya, sementara kakaknya juga sudah waktunya untuk menikah?' 'kenapa ayahnya berniat menukarnya dengan beberapa saham?'
Dan Beomgyu tahu. Dia sangat mengerti jika sejak awal dia memang hanya sebuah beban yang tersingkirkan dengan mudah dan menguntungkan. Termasuk ditukarkan dalam bentuk perjodohan.
Memangnya ada orang yang mau memiliki seorang putra dengan sifat feminimnya yang bahkan tidak bisa mengandung? Beomgyu tau ia tidak seperti Mommynya yang memiliki keistimewaan dengan rahim di perutnya. Beomgyu hanya laki-laki biasa yang sialnya terlahir cantik. Sebuah kecacatan bukan?
Beomgyu masih memeluk bonekanya ketika dia mendengar suara kenop pintu diputar namun tak terbuka karena ia menguncinya dari dalam. Beomgyu meremas pelan lengan boneka manis yang terus tersenyum itu.
"Mua -nama bonekanya-, apakah menurutmu aku harus menyetujui perjodohan ini? Padahal aku sayang banget sama Taehyun. Mua, aku harus bagaimana?" Mua menatapnya. Mata benik itu menatap Beomgyu dengan senyum khas benang boneka. Seakan menenangkan pikiran Beomgyu yang tengah berkecamuk.
"Mua.. aku takut. Aku sudah berjanji kepada Taehyun.. kami sudah berjanji untuk hidup bersama.." boneka itu tetap diam di tangannya. Tak bergerak dan hanya tatapannya yang seakan menemani Beomgyu. Sejak tadi, Beomgyu sudah puluhan kali menghubungi Taehyun untuk mendapat saran tentang perjodohan ini. Tapi sayangnya, sejak tadi lahar handphone nya hanya menunjukkan kata memanggil yang membuat hati kecilnya tercubit. Ia khawatir sekaligus heran. Biasanya Taehyun selalu menjawab pesannya beberapa detik setelah ia kirim. Tapi ini sudah hampir setengah jam dan tak ada tanda-tanda centang dua yang muncul.
Mengingat janji mereka dulu di gembok yang-
"Oh benar! Taehyun sudaj berjanji akan menggagalkan rencana pernikahan jikalau memang terjadi! Mua, kau benar! Aku harus percaya kepada Taehyun. Aku akan menyetujui perjodohan itu. Aku yakin Taehyun akan datang dan membawaku pergi nanti!" Ucapnya semangat. Kemudian ia pun tertidur dengan memeluk Mua. Bersiap untuk kehidupannya yang mungkin tidak sesuai harapannya nanti.
❇️❇️❇️
Seseorang, dengan rambut terbelah tengah yang mengilap dengan dagu lancipnya tengah duduk di kursi kebesarannya. Sebuah cincin bergambar naga tersemat di jari tengah tangan kanannya. Jika ia melepas kemeja putihnya, kalian akan dapat melihatnya. Beragam tato yang tergambar indah di tubuhnya. Dari lengan kanan, kemudian tangan kiri hingga pinggir leher bawahnya. Tiga kancing sengaja ia buka untuk menunjukkan betapa berkuasanya ia.
Tangan kirinya memegang sebuah cerutu dengan asap yang mengepul. Sementara tangan kanannya memegang sebuah pistol yang ia masukkan ke mulut lelaki malam di atas meja, tepat didepannya.
"Sial! Lakukan tugasmu dengan benar!!" Ia menggeram penuh amarah ketika laki-laki yang telanjang di depannya tidak dapat menelan pistol yang ia masukkan bahkan setengahnya.
"Hrrkkh!!!"
Lelaki tanpa busana itu telah menangis menahan rasa panas di tenggorokannya. Bibirnya terasa kelu menelan pistol yang cukup panjang itu. Tangannya dengan segera menahan pergelangan tangan pria di depannya yang semakin memajukan pistol yang bersarang di mulutnya.
DOR!!
Darah keluar ketika pria itu tak sengaja -atau sengaja menekan pelatuknya. Membuat peluru langsung merusak organ dalam lelaki itu dan ia menghirup napas terakhirnya.
"Ah sial!" Cerutu di tangannya ia lepas. Berganti mengeluarkan sapu tangan abu-abunya untuk mengelap cipratan darah yang mengenai wajah tampannya.
Sejenak, ia menatap tak minat lelaki yang kini sudah terbaring di lantai, di depan kakinya. Sebelum suara deringan ponsel memecah keheningan.
Ponsel yang menampilkan sebuah nama yang membuat bibirnya tersungging lebar.
"Wah~ mantan pemilik mainanku menelepon.."
Jung Jay is Calling..
➖➖➖➖➖➖➖TBC➖➖➖➖➖➖
Maaf saya belum bisa lanjut jika belum 10 vote🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
SOLENESS [JungFam]
Fanfic[crime] [jungfamily] [hurt] [bl] Jung Beomgyu, putra bungsu keluarga Jung yang dinikahkan demi perluasan wilayah kekuasaan. Ketika takdir membawanya kembali ke pelukan sang ibunda, Beomgyu tetap terkekang dengan beban dipundaknya. ©HwaaNdii Present�...