Part 1 | Karena Rasa Penasaran

412 26 0
                                    

Sesampainya di rumah, Liera langsung menuju komputernya dan berkutat selama kurang lebih dua hari. Dia benar-benar fokus akan sesuatu yang mengganggu perasaannya itu.

Liam yang melihat itu menghela nafasnya. Dia mengambil obat dilaci meja dan meminumnya. Dia menatap ponselnya dan mulai bermain-main dengan benda pipih tersebut.

Kantung mata Liera menghitam, tentu saja selama dua hari dia tidak meninggalkan komputer. Liera hampir merasa putus asa. Namun, setelah kerja kerasnya dia menemukan titik terangnya. Dia menatap terkejut pada komputer.

"APA-APAAN INI??!" Teriaknya. Liam yang mendengar itu langsung menuju ke Liera.

"Ada apa?" ucapnya dengan nada yang jujur saja tidak tertarik.

"Dengarkan aku, kau tau foto yang kulihatkan kepadamu tempo hari itu?" Tanya Liera dan Liam mengangguk. Liera melanjutkan, "Setelah kutelusuri ternyata sekitar dua taun yang lalu juga ditemukan kasus yang sama. Disini dituliskan bahwa mereka sedang melakukaan ritual menyembah iblis. Katanya dulu ada sekelompok yang berhasil ditangkap polisi dan akhirnya mau mengaku. Tapi yang kutemukan kasus berita ini tidak cuma satu, tapi ada banyak dan tersebar diseluruh dunia. Jika dipertimbangkan lagi, kemungkinan mereka masih ada banyak, lebih banyak lagi."

" Jadi, menurutmu apa yang akan kau lakukan? Bukankah itu berbahaya?" Ucap Liam yang mulai terlihat khawatir.

" Ahaha.. Ayo puji aku, sijenius ini sudah menemukan markas utama sekte penyembah iblis ini" Ucap Liera dengan nada sombong dan tertawa gembira.

"Lalu?" Ucap Liam dengan nada tak yakin, karena dia sudah paham apa yang akan terjadi.

"Tentu saja kita harus berkunjung!" Ucap Liera lantang. Liam melotot.

"Apa kau gila?! Kau bilang mereka sekte penyembah iblis kan?? Lalu kenapa kau--aghh" Ucap Liam dengan nada pasrah, dia memijat keningnya yang terasa sakit.

"Ahh.. Sudahlah.. Kalau kau tidak mau ikut tidak masalah, aku bisa pergi sendiri.  Enyahlah....Aku mau tidur" Ucap Liera mengusir sambil menguap. Dia segera menuju kasur dan tidak lama kemudian dia tertidur nyenyak, wajahnya sama sekali tidak ada kekhawatiran tentang apa yang diucapkannya tadi.

Liam yang melihat itu menghela nafas panjang. Dia tidak punya pilihan lain, selain harus mengikuti kemauan saudari kembarnya itu.

"Hahh.. Lindungi kami selalu Ya Tuhan, " Ucap Liam agak tidak tau malu, sudah tau pembunuh bayaran tapi tetap minta perlindungan Tuhan.

•••••••••••

Pagi hari, sekitar pukul 5 pagi mereka sudah bersiap-siap untuk melakukan kunjungan. Liera sedang memasukkan macam-macam senjata, dari senjata tajam yaitu pisau dan pistol. Bahkan didalam kaus kakinya terdapat pisau dan peluru cadangan. Dia mengemas dengan baik dan rapi.

Liera menengok Liam yang sedang mempersiapkan 3 pistol dan diletakkan diikat pinggangnya. "Kau jangan lupa pakai jaket, cuaca hari ini entah mengapa terasa sangat dingin." Seperti yang diucapkan Liera, Udara hari ini terasa sangat dingin padahal selama ini selalu panas karena mereka tinggal di perkotaan yang padat. Dingin tapi pengap. Perasaan Liera  memburuk.

" Apa kau sudah meminum obatmu?" Liam menoleh dan mengangguk. Sebenarnya tubuh Liam itu cukup lemah, ia harus meminum obat setiap harinya supaya kondisi tubuhnya tidak menurun. Obat itu seperti suplemen atau vitamin.
Dan karena itu Liam tidak terlalu bisa menggunakan energi ki sebagai senjata, ia hanya mampu mengendalikannya untuk melindungi tubuhnya.

"Lalu, kau tak membawa pedangmu?" Tanya Liam ditengah-tengah berkemas. Liera menoleh.

"Sebenarnya ingin, tapi itu susah dibawa." Ucapnya. Liera memang punya hobi yang aneh. Liera suka dengan pedang, karena sebenarnya sejak dulu Liera ingin jadi pendekar.

Selesai mereka berkemas, mereka segera berangkat dan menuju markas mereka. Sebenarnya markas mereka sangat jauh, butuh 3 jam perjalanan menggunakan mobil dan berjalan kaki selama 4 jam. Jadi mereka bisa sampai kurang lebih jam 12 siang nanti. Tempatnya itu sangat terpencil, bahkan sangat jauh dari pemukinan. Kemungkinan itu hutan? Liera pun juga masih belum tau. Itu masihlah kabar angin.

Setelah menempuh perjalanan panjang nan melelahkan itu, mereka sampai saat jam menunjukkan pukul 2 siang. Ini karena banyaknya istirahat, Liam punya fisik yang lemah jadi harus sering-sering istirahat untuk memulihkan tenaga. Yah, Liera pun tak masalah.

Tempat ini benar-benar hutan, dan sangatlah jauh dari pemukiman warga. Tapi setelah berjalan-jalan hingga semakin masuk kedalam hutan, Liera dan Liam tak menemukan tanda-tanda adanya manusia disini.

Mereka istirahat sejenak, "Ah.. Lelahnya.." Ucap Liera sambil mengurut-urut kaki Liam.

"Kau yang merasa lelah, kenapa memijat kakiku?" Ucap Liam sambil menepis tangan Liera. Ujung bibirnya sedikit tertarik.

Bibir Liera mengerucut sedih, dia mengelus-elus tangannya. Namun, tiba-tiba Liera berdiri membuat Liam terkejut.

"Ada ap-" Sebelum ucapannya selesai, Liera mengisyaratkan untuk diam dengan menempelkan jari telunjuknya kebibir.

Liera duduk kembali, namun sedikit merapat ke Liam. "Sebenarnya sejak kita masuk hutan, perasaan dan firasatku mengatakan jangan masuk hutan ini." Ucapnya membuat alis Leon mengkerut tidak paham.

"Kalau jangan masuk, kenapa malah masuk?" Tanyanya.

"Ya karna larangan adalah perintah bagiku." Ucapan Liera yang menurut Liam sangat tidak masuk akal.

"Dengarkan dulu, " Potong Liera sebelum percakapan ini semakin berbelit-belit. "Kau pasti merasakan kan? Udara disini sangat sesak, padahal disini hutan yang banyak pohonnya. Dan lagi kemana suara burung? Hewan-hewan kecil? Seharusnya tak sesunyi ini. Dan lagi, setelah ku gunakan energi ki untuk memperkuat pendengaranku, suara yang terdengar seperti suara bisik-bisik yang ramai." Jelasnya yang membuat Liam pun meng'iya'kan.

" Lalu, apakah kita harus kembali?" Tanya Liam yang jujur saja berharap seperti itu.

"Apa? Mengapa kita harus kembali?! Ini semakin menarik!" Ucapan Liera membuat Liam mengehela nafas. Tatapan mata Liam tampak lelah, dan dia juga aneh sekali memberikan pertanyaan yang sudah tau jawabannya.

Mereka kembali berjalan mengikuti suara yang didengarkan Liera. Waktu terus berjalan, mereka mulai menemukan titik terang. Ada obor!

"Liammm.. Bisa kau lihat iniii.. Ahaha.. Disini memang ada markas itu." Ucap Liera riang, wajahnya amat sangat bahagia. "Dan, dan aku mendengar suaranya semakin keras, ayo ikuti aku!" Lanjut Liera dan mulai memimpin jalan.

Mereka berjalan mengendap-endap sambil menyembunyikan hawa keberadaan menggunakan energi ki. Kemudian merayap bersembunyi di semak-semak. Mereka mulai mengintip apa yang sebenarnya terjadi.

Agak mengejutkan, disana ada banyak sekali orang. Dan sekitar 100 orang, mungkin? Mengelilingi api hitam yang membara. Tunggu? Apa? Api hitam?

"Liam-" sebelum menyelesaikan ucapannya, Liam mengangguk paham. Wajah mereka penuh keringat, tangan mereka dingin dan saling menggenggam, jantung berdetak dengan cepat. Wajah ceria Liera saat menemukan tempat ini menghilang. Mereka hanya mampu membeku ditempat. Mereka tau bahwa mereka telah salah datang kemari.

•••••••••

Seru gak nihh?? Lanjut dong

Salam,

_____________

DAISY - ATTACHED ABSOLUTE VICTORY
Ⓒ︎Ⓗ︎Ⓐ︎Ⓡ︎Ⓘ︎

______________

DAISY - Attached Absolute Victory Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang